Beberapa hari terakhir, jagat maya diramaikan dengan istilah baru yang mungkin terdengar asing di telinga kita: "Aura Farming." Istilah ini muncul berkat sosok Rayyan Arkan Dikha, bocah 11 tahun asal Riau yang viral karena ekspresinya yang begitu tenang ketika menari di atas perahu Pacu Jalur, sebuah tradisi balap perahu khas daerah Kuantan Singingi.
Apa Itu "Aura Farming"?
Secara harfiah, "aura farming" bisa dimaknai sebagai menanam atau memanen aura positif. Fenomena ini muncul karena publik, baik di Indonesia maupun dunia, merasakan energi damai dan menenangkan dari Rayyan saat ia menari di perahu. Dalam video yang beredar, ia tampak tanpa beban, tersenyum ringan, dan bergerak seolah menyatu dengan alam serta tradisi.
Netizen kemudian mengaitkan ketenangan itu dengan istilah "farming", seakan-akan siapa pun yang melihat Rayyan ikut "mengisi ulang energi positif."
Dari Tradisi ke Dunia
Yang membuat fenomena ini menarik adalah bagaimana sesuatu yang berakar dari budaya lokal bisa menembus batas global. Media internasional dari India, bahkan Eropa, sudah mulai membicarakan Rayyan. Mereka bukan hanya kagum pada anaknya, tetapi juga pada kekayaan budaya Indonesia yang bisa tampil di panggung dunia melalui cara yang sederhana namun kuat.
Ini mengingatkan kita bahwa tradisi lokal punya daya tarik universal bila dikemas dengan jujur, otentik, dan menyentuh hati.
Mengapa Bisa Viral?
Ada beberapa alasan kenapa "aura farming" cepat viral:
1. Ketenangan yang Menular -- Di tengah dunia serba cepat, ekspresi damai Rayyan terasa seperti oase.
2. Kesederhanaan yang Relatable -- Tidak ada gimmick, tidak ada setting berlebihan, hanya anak kecil di atas perahu dengan senyum tulus.