Mohon tunggu...
Stanislaus Johnathan
Stanislaus Johnathan Mohon Tunggu... Editor - Siswa SMA Citra Berkat

Hobi Belajar

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengemis di Era Digital

30 Januari 2023   17:39 Diperbarui: 30 Januari 2023   17:48 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Perkembangan teknologi bukan menjadi hal yang asing lagi untuk kita. Perkembangan teknologi di zaman sekarang sangat pesat. Kemajuannya telah kita rasakan bersama dan memudahkan kehidupan kita. Dengan melesatnya perkembangan ilmu pengetahuan , sekarang kita dengan mudah menggunakan kendaraan, berbelanja, hingga memesan makanan secara online. Kemajuan ilmu teknologi merupakan bagian dari ilmu pengetahuan manusia yang tidak bisa kita hindari, maka dari itu kita harus siap dengan segala kemajuan yang akan datang. Dengan kata lain  ilmu pengetahuan ini yang mempelajari keterampilan dan menciptakan alat dalam membantu menyelesaikan berbagai pekerjaan manusia. 

Perkembangan teknologi menciptakan seakan-akan dunia berada dalam genggaman kita sendiri. Tidak bisa dipungkiri bahwa hampir setiap manusia memiliki smartphone , bahkan Indonesia termasuk salah satu negara dengan pengguna smartphone terbanyak di dunia. Lewat smartphone kita dapat mengakses akses internet dengan mudah dan internet bisa menjadi wadah penghubung kita dengan dunia luar secara cepat dan efisien.

Dampak perkembangan teknologi sangat terasa di lingkungan kita, kita bisa merasakan kemajuan ini memudahkan kita dalam berbagai pekerjaan. Kenyamanan telah mempengaruhi gaya hidup dan pola pikir para remaja yang cenderung ingin mendapatkan sesuatu dengan mudah atau instan.  Baru - baru ini masyarakat dikejutkan dengan kemunculan pengemis online yang menggunakan live platform di sosial media sebagai perantaranya. Dengan hanya duduk diam dan melakukan perintah yang diinginkan, mereka dengan mudahnya mendapatkan penghasilan yang cukup fantastis. 

Pada zaman sekarang ini banyak orang yang menyalahgunakan teknologi demi kepentingan pribadi, salah satu peristiwa yang baru - baru ini terekspos di publik adalah fenomena mandi lumpur. Fenomena mandi lumpur ini merupakan sebuah cabang seseorang melakukan live di platform sosial media dan mengguyur tubuhnya menggunakan lumpur jika ada seseorang yang memberi uang pada mereka. Semakin banyak uang yang diberikan maka semakin besar volume lumpur yang dituang ke tubuh mereka. Pada awalnya peristiwa ini belum banyak dikenal dan dilakukan oleh kalangan remaja dengan tujuan menghibur penonton. Tetapi lama kelamaan fenomena ini meluas dan banyak sekali orang yang melakukan mandi lumpur untuk mendapatkan uang secara mudah dan cepat. 

Maraknya peristiwa ini menimbulkan banyak kontroversi di kalangan masyarakat, banyak yang tidak setuju dengan fenomena ini karena sama saja memperlihatkan pengemis berkeliaran dan tidak mendidik masyarakat, namun adapun orang yang tidak mempermasalahkan konten tersebut dan justru mendukung fenomena ini. Beberapa waktu belakang sosial media dikejutkan dengan banyaknya orang tua yang sudah berumur melakukan mandi lumpur tersebut, adapun mereka sekeluarga bergilir dari pagi hingga pagi lagi bergantian untuk melakukan live mandi lumpur. Hal ini menjadi kecaman masyarakat karena merasa perbuatannya tidak pantas karena setelah ditelusuri orang tua tersebut melakukan mandi lumpur atas perintah anaknya. Anaknya tersebut merupakan owner dari pemilik akun dan ia menggunakan uang hasil livenya untuk kepentingan pribadi dan membeli barang - barang kesukaan. Kecaman terlontar dari berbagai sumber karena orang tersebut dinilai mempekerja paksakan orang tuanya untuk dirinya sendiri. Pelaku demi pelaku mulai banyak bermunculan, sekarang fenomena mandi lumpur sudah seperti sebuah bisnis yang sangat menjanjikan untuk masyarakat.

Viralnya peristiwa ini membuat beberapa tokoh publik melakukan aksi untuk menghentikan mandi lumpur ini bahkan ada yang menawarkan pekerjaan dengan gaji tinggi. Namun, dengan kenyamanan dan hasil yang menjanjikan membuat penawaran itu ditolak bahkan pelaku meminta uang dengan nominal ratusan juta rupiah agar ia berhenti melakukan live lumpur. Banyak orang yang tidak tinggal diam dalam mengatasi pengemis digital ini hingga munculnya banyak ancaman kepolisian untuk menghentikan pelaku. Hingga pada hari ini sosial media tersebut resmi melakukan pemblokiran pada konten mandi lumpur.

Seharusnya kita lebih bijak dalam penggunaan teknologi yang ada, kita jangan mudah tersulut kenyamanan dengan apa yang kita dapatkan. Fenomena mandi lumpur ini merupakan cara yang salah dalam kita memanfaatkan teknologi seharusnya pelaku bisa menyadari kesalahannya dan tidak mengulanginya. Mandi lumpur ini menjadi contoh bahwasannya kita dengan mudah memanfaatkan sosial media dalam kepentingan tertentu, namun caranya saja yang salah. Maka demikian kita harus bisa memanfaatkan dan menggunakan teknologi dengan bijak seperti membuat konten - konten yang menarik dan mendidik untuk masyarakat.

Saat ini masyarakat dengan mudahnya menerima perkembangan yang ada, hal ini memunculkan banyak argumen tentang kehidupan manusia yang akan ketergantungan dengan teknologi. Masuknya teknologi harus di imbangi dengan pemahaman yang benar, jika tidak kita bisa saja kehilangan hal - hal yang seharusnya kita bisa nikmati dan dapatkan. Seperti halnya orang-orang dulu masih sering bermain, mengobrol, bercanda dan bertatap muka secara langsung dengan kemajuan teknologi kita bisa langsung melakukan interaksi via chat saja. Smartphone mampu mengubah pola pikir serta perilaku masyarakat yang awalnya sosialis menjadi individualis, mereka terlanjur nyaman dalam pusaran arus negatif dari majunya teknologi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun