Mohon tunggu...
Mercy
Mercy Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu dua anak remaja, penggiat homeschooling, berlatarbelakang Sarjana Komunikasi, Sarjana Hukum dan wartawan

Pengalaman manis tapi pahit, ikutan Fit and Proper Test di DPR.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Siapa Duta Belajar Home Learning Indonesia?

15 Maret 2020   19:36 Diperbarui: 15 Maret 2020   19:37 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Selain demam ketakutan ketularan virus corona, ternyata ada demam lain yang sedang hot di Indonesia. Ya,  demam pemilihan Duta alias orang yang dianggap tepat mengkampanyekan, mempromosikan sesuatu yang diharapkan bisa memotivasi masyarakat umum.  

Menyambut keputusan Pemerintah mewajibkan  home learning bagi semua siswa di Jakarta dan  Indonesia, maka ijinkan  saya mengusulkan Duta Belajar home learning.   Tujuannya agar semua siswa di Jakarta maupun tempat lain,  yang akan memulai cara home learning dapat melihat langsung contoh nyata, mereka  yang sudah menjalani dan sukses. 

Home learning itu mendidik anak untuk menjawab How dan Why. Sementara pada umumnya, sistem belajar di sekolah biasa dengan para guru kelas, hanya mampu mengajarkan terbatas menjawab What, Who, Where, dan When. 

Implementasi dari pelajaran sekolah kuno adalah tes pilihan ganda yang kualitasnya Low Order Thinking Skills. Siswa cuma menghafal, itupun hasil latihan di bimbel sepulang sekolah. Karena guru-guru di sekolah formal sibuk bikin laporan dan tidak termotivasi mengajar bagus, ups. 

Sementara sejak Mas Menteri didapuk jadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, dia langsung menuntut HOTS, High Order Thinking Skills; yang intinya bisa membuat siswa menjawab How dan Why dalam berbagai materi pelajaran dan itu  tercapai jika siswa  home learning melengkapi pelajaran sekolah.   

Home learning is Homeschooling

Karena itulah yang layak jadi Duta home learning adalah siswa yang memang terbiasa belajar mandiri.  Mereka ada dalam komunitas belajar yang Tut Wuri Handayani atau  yang  Merdeka Belajar. 

Dan setahu saya, di Indonesia sudah ada beberapa komunitas pendidikan yang menerapkan konsep Merdeka Belajar, bahkan sejak sepuluh tahun lalu. Itulah yang dikenal dengan Homeschooling.  Buat yang baru dengar, Homeschooling adalah metode belajar mandiri yang terdaftar resmi sebagai lembaga edukasi di Kementerian Pendidikan Nasional dan Dinas Pendidikan.

Jadi yang paling cocok jadi Duta Homeschooling alias Duta home learning tak lain tak bukan adalah siswa yang sudah memilih jalur pendidikan Homeschooling. 

Jadi bukan  siswa yang bersekolah umum alias sekolah negeri, sekolah nasional, sekolah nasional plus, sekolah internasional atau entah apalah namanya. Numpang tanya, siapa siswa yang bersekolah umum mana yang terbiasa mempraktekkan home learning. Karena prakteknya, home learning hanya digunakan untuk mencari jawaban PR dan esoknya dinilai  guru kelasnya tanpa ada kesempatan berdiskusi. Itu mah bukan home learning, karena belum sepenuhnya mendapat kebebasan Belajar Mandiri, Merdeka Belajar.

Sementara di Homeschooling, khususnya di Homeschooling Mercy Smart, siswa belajar mandiri.  Mentor  sekadar memandu dan memantau. 

Misalnya berdiskusi mengapa siswa memilih membuat paper tentang asyiknya menjadi penerjemah Bahasa Inggris. Mentor memberi panduan agar siswa yang menggali info persyaratan menjadi penerjemah Bahasa Inggris. 

Di abad google translate,  penerjemah Bahasa Inggris  jaman now bagaimana bisa  show me the money, bisa mendapat penghasilan.  Mentor memberi masukan bahwa penerjemahan Bahasa Inggris masih sangat diperlukan sebagai penerjemah saksi di Pengadilan Negeri Indonesia untuk kasus perusahaan dengan mitra asing.  

Dan tidak sampai di situ. Jika ada kesempatan, mentor dan siswa akan mendatangi kantor penerjemah Bahasa Inggris. Bahkan mereka bisa hadir langsung jika ada kasus di Pengadilan Negeri Jakarta Utara yang sedang menghadirkan penerjemah Bahasa Inggris. 

Beda banget kan dengan model pengajaran di sekolah umum? 

Sedangkan untuk materi pembelajaran kurikulum, mentor mengoreksi jawaban siswa.  Namun siswa berhak tidak setuju dengan koreksi mentor dan di situlah home learning menjadi bahan diskusi penting. 

Misalnya  kasus pelajaran Pluto sempat dinyatakan bukan bagian dari Planet Tata Surya.  Tahun 2006 Pluto dikeluarkan dari daftar sembilan planet oleh Serikat Astronomi Internasional atau International Astronomical Union (IAU)  sebab Pluto dikategorikan sebagai 'planet kerdil' dan bukan planet. Ternyata di tahun 2019 Administrator Badan Antariksa Amerika (NASA) menyatakan bahwa Pluto masih menjadi bagian dari planet yang ada di tata surya. 

Nah kalau mentornya cuma belajar sampai tahun 2018, maka mentor pasti tidak tahu informasi terbaru 2019.

Perkenalkan Andre Christoga

Sebelum menutup tulisan ini, ijinkan saya memperkenalkan Andre Christoga sebagai Duta home learning Indonesia. Karena cukup panjang prestasinya, silakan googling saja ya, ketik Andre Christoga.  Andre pernah diundang  CEO Microsoft Satya Nadella ke Amerika 2016,  dan bersama tim, Andre menang kompetisi mewakili Indonesia menuju  final tingkat dunia di Beijing 2017.

Sejak usia 5 tahun,  Andre (dan orangtuanya) menekuni  home learning sampai sekarang.  Setelah 2010, lembaga edukasi Andre belajar home learning didaftarkan sebagai Homeschooling Mercy Smart di Dinas Pendidikan dan Kemdikbud.

Selain tetap ber-home learning  Andre sempat  bersekolah formal di SD Negri. Pengetahuan Andre yang banyak malah membuat Guru Kelas "kelabakan" menjawab pertanyaan sejenis "Pluto itu masih Planet Tata Surya atau bukan, dan mengapa?"

Selanjutnya di usianya ke-13, Andre membuktikan Homeschooling bisa tembus  kelas 10 SLTA. (standar usia 16 -18 tahun).  Dengan sistem komputerisasi yang fair untuk seleksi siswa SLTA, terbukti Andre yang baru 13 tahun diterima. Namun setelah dijalani satu semester, harus 9 jam di sekolah dirasa  tidak efektif, apalagi, kualitas pengajaran guru (maaf) rendah,  sering bolos,  dan pembiaran nyontek menyontek di kelas. Menimbang tidak ada lagi yang perlu dipertahankan dari sekolah negeri itu,  Andre kembali memilih jalur Homeschooling. 

Dengan memilih Homeschooling, Andre cukup 3-4 jam home learning perhari sesuai muatan kurikulum.  Waktu lainnya ia menggali minatnya sebagai programmer, sebagai Anggota Indonesia Artificial Intelligence Indonesia IAIS, dan sebagai karateka dan menyalurkan hobi bersepeda setiap sore.

Yang perlu digarisbawahi, Andre tidak ikut kursus ataupun bimbel pelajaran. Semua pengetahuan dan keterampilan dipelajari mandiri dengan pantauan orangtuanya dan mentor Homeschooling Mercy Smart. Termasuk belajar Bahasa Inggris secara mandiri dengan IELTS-nya > 7.5.

Saat ini, baru saja ulang tahun ke-16, Andre sedang bersiap Ujian Sekolah USBN dan Ujian Nasional UNBK Homeschooling setara SMA. 

Oya, kemungkinan Andre tidak berminat mengikuti Ujian Tertulis Berbasis Komputer UTBK yang menjadi syarat Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri SBM PTN karena sudah mengantongi beasiswa Sarjana Computer Sciences di luar negeri.

Home Learning dan Working From Home

Sebagai kesimpulan, Andre bisa mengambil banyak keuntungan dari sistem home learning adalah karena bisa membagi waktu untuk : 

1. Belajar materi Kurikulum termasuk mempersiapan ujian 

2. Mengerjakan proyek pembuatan aplikasi dari berbagai instansi. 

Jadi sejak 5 tahun terakhir, selain sebagai siswa  home learning, Andre juga sudah Working from Home. Andre sudah mengerjakan berbagai proyek aplikasi komputer pesanan  instansi pemerintah dan perusahaan startup asing.  Jangan bilang-bilang (haha) Andre sudah mengantongi Rp 3-4 juta perbulan untuk proyek komputer yang dia kerjakan sekitar 3-5 jam perhari dari rumah. 

Jadi mari kita mengambil hal-hal baik dari ketekunan dan teladan Andre Christoga yang layak menjadi  Duta Home Learning Indonesia. 

Kalau Andre yang hasil tes IQ nya biasa,  bisa, mosok  (anak) Anda tidak bisa?  Dimana ada kemauan, di situ ada jalan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun