Mohon tunggu...
Budi Wahyuni
Budi Wahyuni Mohon Tunggu... Lainnya - Seorang Ibu bersuami yang dianugerahi 2 putri dan 1 putra

Belajar ilmu-ilmu bermanfaat sampai akhir hayat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kisah Gaib di Rumah Orang Tua (2)

4 Juli 2022   09:29 Diperbarui: 4 Juli 2022   09:32 347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

       Dengan berakhirnya kemunculan belatung-belatung montok di rumah Ibu, bukan berarti selesai masalah makhluk gaib di rumah itu.  Cewek gaib yang pertama kali dilihat anak bungsu saya Reza, masih sering terlihat di halaman rumah Ibu. Begitu yang saya dengar dari para tetangga. Tetangga sebelah kanan rumah kami, Pak Imam, punya usaha membuat tas kulit sintetis. Tenaga kerja yang jumlahnya belasan orang dan semuanya laki-laki itu  didatangkan Pak Imam dari kampung asalnya, Pemalang. Merekalah yang sering diperlihatkan keberadaan cewek itu.

       Jam kerja para pembuat tas memang tidak sama dengan umumnya pekerja kantor. Mereka bekerja intensif di sore hari sampai subuh. Siang hari mereka istirahat dan sebagian menyiapkan bahan-bahan keperluan tas. Saat tengah malam ada saja pekerja yang keluar untuk sekadar beli kopi di warung pojok dekat rumah kami. Kalau mereka ke warung, pasti harus melintas rumah kami. Pagar tembok di bagian depan rumah  mem ang hanya setinggi satu meter. Dikombinasi dengan pintu besi berwarna putih dan material tembok jeruji khas zaman dahulu. Rumah Ibu bisa dikatakan salah satu rumah tertua dari sekitar rumah-rumah di lingkungan rukun tetangga kami. Berusia sekitar 65 tahun dengan mengalami beberapa kali renovasi. 

       Menurut cerita mereka, cewek gaib  memang hanya berdiri saja di bawah pohon Tin di halaman depan pojok rumah. Posisi pohon tepat di pinggir pagar yang berbatasan dengan jalan kecil yang harus mereka lewati. Kadang kemunculannya mendadak, sehingga bikin sport jantung, kata mereka. Bersyukurnya mereka bukan orang-orang yang takut hantu.

       Ada pula seorang tetangga  yang diperlihatkan keberadaan cewek gaib itu. Ia sering keluar rumah jam tiga pagi untuk membeli bensin yang akan dijualnya di pagi hari, namanya Pak Zaki. Suatu kali saat saya sedang membersihkan pohon Tin, Pak Zaki melintas di jalan depan rumah.

       "Bu, di situ posisi kuntilanak sering muncul. Untungnya saya nggak dikasih lihat mukanya. Cuma kelihatan aja kulit tangannya kayak rusak gitu.Tapi dia nggak suka ganggu Ibu sekeluarga kan? Nggak apa-apa lah kalau nggak ganggu."

       Kerongkongan saya seolah tercekat waktu Pak Zaki meluncurkan kalimat-kalimatnya.  Hanya bisa menggeleng dan tersenyum kepadanya saja. Saya pun cepat-cepat menyelesaikan pekerjaan bersih-bersih di bawah pohon Tin. Deg-degan juga!

       Sehabis medengar cerita Pak Zaki saya jadi kepikiran cewek gaib itu. Ternyata dia masih ada di sekitar rumah, mungkin tidak masuk ke rumah karena kami sekeluarga tidak ada yang melihatnya. Bagaimana cara menyuruhnya pergi agar tidak mengganggu orang-orang yang melintas rumah, senandika saya.

 *******

       Ibu masih terbaring sakit di tempat tidur. Saya berusaha merawatnya sendiri dan hal itu membuat Ibu lebih ceria. Saya, anak-anak dan suami sering bercanda dengan Ibu. Terkadang hanya melihat wajah suami saya yang senang guyon itu, Ibu sudah terkekeh. Senang sekali kalau melihat Ibu tertawa. Usia Ibu sudah delapan puluh empat tahun saat kami kembali ke rumahnya. Ibu tidak bisa berjalan karena pangkal pahanya lepas saat terjatuh dari tempat tidur. Karena Ibu sakit gula,  kakak beradik saya tidak mengizinkan Ibu dioperasi.

       Sudah tujuh bulan kami tinggal di rumah Ibu. Suami sudah mendapat pekerjaan di sebuah perusahaan Korea saat kami dua bulan  tinggal di rumah Ibu. Ibu tampak lebih ceria dan ayu, saya bersyukur karena tidak ada keluhan sakit saat merawatnya.

       "Bu, terasa sakit ndak kakinya? tanya saya pada Ibu setiap kali memandikan di tempat tidur khususnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun