Suku Baduy adalah komunitas adat yang tinggal di wilayah pegunungan Kendeng, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Mereka dikenal karena pola hidupnya yang sederhana dan menjunjung tinggi nilai-nilai tradisional. Suku ini merupakan bagian dari masyarakat Sunda yang masih memegang teguh ajaran leluhur mereka, terutama dalam hal kepercayaan, adat, dan cara hidup yang selaras dengan alam. Ajaran yang dianut dikenal sebagai Sunda Wiwitan, yang menekankan keseimbangan antara manusia, alam, dan kekuatan spiritual.
Secara garis besar, Suku Baduy terbagi menjadi dua kelompok, yaitu Baduy Dalam dan Baduy Luar. Baduy Dalam sangat tertutup dari dunia luar dan menjalankan adat dengan sangat ketat. Mereka tidak menggunakan listrik, alat elektronik, kendaraan bermotor, maupun sabun dan pasta gigi. Pakaian mereka berwarna putih polos dan tanpa motif, mencerminkan kesederhanaan dan kemurnian. Mereka tidak diperbolehkan menikah dengan orang luar karena bisa menyebabkan pengucilan dari komunitas.
Sebaliknya, Baduy Luar lebih terbuka dan bersentuhan dengan kehidupan modern, meski masih dalam batas-batas adat. Mereka bisa menggunakan pakaian modern dan alat bantu kerja seperti sepeda atau handphone. Namun demikian, nilai-nilai budaya dan adat masih dijaga dengan ketat. Baduy Luar juga berfungsi sebagai penjaga batas adat, yang membatasi akses orang luar ke wilayah Baduy Dalam.
TRADISI UNIK SUKU BADUY
Â
Seba Baduy
Salah satu tradisi paling dikenal dari masyarakat Baduy adalah Seba Baduy, yaitu upacara tahunan di mana mereka berjalan kaki puluhan hingga ratusan kilometer menuju kota Rangkasbitung dan Serang untuk menyerahkan hasil bumi kepada pemerintah daerah. Tradisi ini bukan hanya sebagai bentuk penghormatan kepada pemimpin, namun juga sebagai wujud komunikasi simbolik antara masyarakat adat dengan negara modern. Mereka membawa hasil tani seperti beras, madu, dan buah-buahan, serta menyampaikan pesan-pesan moral tentang pentingnya menjaga alam dan hidup bersih.
Kawalu
Kawalu adalah masa berpuasa dan penyucian diri yang berlangsung selama tiga bulan. Pada masa ini, masyarakat Baduy Dalam menutup total desanya untuk orang luar. Selama Kawalu, mereka memperbanyak doa, meditasi, dan ritual adat yang bertujuan untuk menjaga keharmonisan hidup. Tidak boleh ada pengunjung memasuki wilayah Baduy Dalam selama masa ini. Ini dianggap sebagai momen spiritual paling sakral dalam kalender adat Baduy.
Ngalaksa
Tradisi Ngalaksa adalah bentuk rasa syukur atas hasil panen yang telah diperoleh. Dalam prosesi ini, masyarakat Baduy membawa padi ke lumbung dengan prosesi adat, tanpa suara gaduh atau musik, sebagai simbol kesakralan padi sebagai sumber kehidupan. Padi disimpan dengan penuh kehormatan dan tidak boleh dijual, karena dianggap sebagai pemberian dari Sang Hyang Kersa.