Mohon tunggu...
ibs
ibs Mohon Tunggu... Editor - ibs

Jika non-A maka A, maka A

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Meski Sudah Seribu Laga, Timnas Inggris Tetaplah "Ayam Sayur", Apa Sebabnya?

7 Desember 2019   13:19 Diperbarui: 7 Desember 2019   21:28 397
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diolah dari eveningstandard.co.uk

"Hal lain yang juga mendarah daging pada diri mereka adalah pandangan bahwa Sabtu malam adalah akhir dari hari-hari, dan karenanya adalah saat yang baik untuk 'gila-gilaan'," imbuh Ferguson.

Permasalahan lainnya, para kaum buruh memandang bahwa sepakbola adalah sesuatu kegiatan yang bisa dipelajari sembari melakukannya, ketimbang dipelajari dengan bimbingan para pendidik yang menyandang ijazah, dalam hal ini adalah pelatih sepak bola. Dengan kata lain, mereka antipendidikan.

Kebanyakan pemain Inggris saat ini masih tidak melanjutkan sekolah setelah berumur 16. Karena mereka yakin, dengan cara itu mereka dapat berkonsentrasi penuh pada profesi yang akan atau sedang digelutinya. Parahnya, cara pikir demikian begitu mengakar dengan sangat kuat.

Seorang pengurus badan sepakbola nasional Inggris, yang mencoba mempopulerkan berbagai kursus pelatihan kepada klub-klub Inggris mengatakan upaya itu sebagai, "Sebuah omong kosong baru karangan anak-anak sekolah: mereka mendapat aib bila mengikuti pendidikan," katanya seperti mengutip tulisan Simon Kuper dan Stefan Szymanski dalam bukunya berjudul Soccernomics.

Ia juga mengungkapan, bahwa "pelatihan" dan "taktik dianggap sebagai kata-kata memalukan. "Dan orang-orang itu akan berkata, 'Permasalahan sepakbola dewasa ini adalah terlalu banyak pelatihan'," ungkpanya.

Fakta di atas benar adanya. Stuart Ford, yang pada usia 17 pernah bermain mewakili Inggris di kejuaraan internasional tingkat SMA, akhirnya meninggalkan impiannya menjadi pemain sepakbola profesional tingkat sekolah menenagah atas lantaran tak tahan mendapat ejekan dan dikucilkan oleh rekan dan pelatihnya yang tidak terdidik karena Stuart berasal dari keluarga menengah.

"Saya sering sekali diejek sebagai anak sekolahan priyayi atau karena pemahaman saya yang buruk tentang gaya jalanan. Itu baru dari kalangan manajemen tim saya," ujarnya.

Melihat fakta tersebut, menurut Simon dan Stefan, sebenarnya para pemain sepakbola tidaklah sedemikian sibuk sehingga mereka tidak punya waktu untuk pendidikan. Marcus Rashford contohnya.

Rashford masih bisa bersekolah sambil menekuni profesinya sebagai pemain Manchester United.

Sebagai mana kita pernah tahu bahwa Rashford masih tetap menjalani ujian pelajaran sekolah seusai dirinya melakoni laga bersama Setan Merah kala menghadapi Manchester City atau Arsenal, misalnya.

Bahkan, dilansir The Sun, menurut sumbernya, pemain 19 tahun ini masih bisa mendapatkan nilai 9 di kelasnya.

"Marcus pemain berkepala dingin. Baginya, pendidikan amatlah penting," kata sumber itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun