Saat malam tiba, malam mulai mengeluarkan bisa, dengan sepoi-sepoi angin berhembus merembes ke kesekujur tubuh. Detak jantung perlahan mulai pelan di ikuti dengan sunyinya malam. Tubuh bergejolak saat bergetar di saku celana, entah apa gerangan, semalam ini masih saja ada yang meng-sms ku. Dalam wajah busuk dan mata memandang lirih ternyata sms tersebut dari sahabatku.Â
Sahabat yang dulu pernah sebangku denganku, dulu segelas kopi denganku dan menawarkan wacana perubahan. Dengan mata mulai terbuka secara perlahan, hati mulai memaikan perannya dalam memberikan rasa penasaran dan menimbulkan tanda tanya, apakah gerangan?
  Pelan-pelan ke keluarkan Hp itu dari saku celanaku dan mulai membaca secara saksama.
Oh ternyata...
    Dia hanya memberiku sepenggal puisi cinta, puisi yang tidak akan aku dapatkan di tokoh-tokoh dunia tetapi akan aku dapatkan dalam kopi inspirasinya.
Tak ingin ku sebut namanya cukup aku dia dan Allah yang tahu, karna ini puisi cinta.
Puisi itu akan ku sajikan agar kaupun merasa getaran yang sama sahabat.Â
Puisi yang akupun tak tahu judul yang pantas untuk menggambarkan Puisi ini, berilah aku sedikit gambaran yang jelas akan rasa yang sempat melintas di benakmu saat membacakan puisi.
"Dulu aku bangga ketika perisai itu disematkan di dadaku.
Dulu bumi ku rasa berguncang, tatkala aku berjalan.
Kemudian para cecunguk itu berbisik bahwa aku berdarah biru kuning.