Keyakinan ini berakar pada ajaran tauhid bahwa rezeki, untung, dan rugi semuanya berada dalam kekuasaan Allah. Orang yang berbuat kebaikan atau ketaatan, seperti bersedekah atau istiqomah di jalan Allah, meyakini bahwa keberkahannya telah dijamin oleh Allah, sehingga dia tidak takut hartanya berkurang atau dirinya dizalimi oleh manusia. Sebaliknya, keikhlasan dalam beramal justru mendatangkan Taufiq yaitu pertolongan dan petunjuk dari Allah.
5.Kisah Nabi Ibrahim dan Kayu Bakar Neraka
Kisah Nabi Ibrahim melawan Raja Namrud dan kaumnya merupakan gambaran ekstrim dari konsekuensi penolakan terhadap Al-Huda yaitu petunjuk.
Penolakan dan Hukuman: Setelah Nabi Ibrahim menghancurkan berhala dan menantang kesombongan Raja Namrud, kaumnya bersepakat untuk menghukumnya dengan cara dibakar hidup-hidup.
Ayat Al-Qur'an tentang Pembakaran: Kisah ini diabadikan dalam Surah Al-Anbiya' ayat 68-70:
Q.S. Al-Anbiya' [21]: 68: (Ql arriqhu wa-nur lihatakum in kuntum f'iln)
Artinya: "Mereka berkata: ‘Bakarlah dia dan bantulah tuhan-tuhan kamu, jika kamu benar-benar hendak bertindak’. (Ayat ini menjelaskan perintah membakar).
Q.S. Al-Anbiya' [21]: 69: (Quln y nru kun bardan wa salman 'al Ibrhm)
Artinya: "Allah berfirman: ‘Wahai api, jadilah engkau dingin dan keselamatan bagi Ibrahim!’. (Ayat ini menjelaskan mukjizat penyelamatan).
Kayu Bakar di Neraka: Raja Namrud dan kaumnya yang sombong dan menolak kebenaran, bahkan setelah melihat mukjizat, menjadi contoh nyata bahwa penolakan terhadap Al-Huda akan berujung pada siksa. Sebagaimana dijelaskan dalam Al-Jinn: 15, orang yang menyimpang (Al-Qasitun) akan menjadi kayu bakar Neraka Jahanam.
6.Bahan Bakar Neraka (Kayu Bakar di Neraka)