Mohon tunggu...
Ahmad Ibnu Rafii
Ahmad Ibnu Rafii Mohon Tunggu... Mahasiswa

Bermain bola

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Upaya Menghidupkan Tradisi Ilmiah dan Spiritualitas Komunitas Muslim

11 Oktober 2025   14:06 Diperbarui: 11 Oktober 2025   14:06 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kajian rutin yang di adakan di ponpes Darul akhyar bukan hanya di ikuti oleh santri lokal saja tetapi, masyarakat luar pun ikut dalam kajian tersebut biasanya di kenal didalam adat istiadat, pondok pesantren khususnya pondok kitab yang biasa di dengar dengan sebutan sorogan dimana kiyai membaca dan para jamaahnya memaknai apa yang di bacakan. pada kajian yang di adakan pada hari sabtu tanggal 4 oktober 2025, Dr. Syamsul yakin M.A selaku pimpinan pondok pesantren Darul akhyar mengkaji kitab tafsir jalalain, kitab ini seing dikaji pada umumnya, sebagai sarana awal memahami isi teks Al-Qur'an.

pada saat kajian ada beberapa pembahasan yang di bahas, disini saya ingin menguraikan pembahasan dan penjelasanya sebagai berikut:

1.Landasan ilahi: Tafsir surah Al-jinn 13-14

"Dan sesungguhnya ketika kami (jin) mendengar petunjuk (Al-Qur'an), kami beriman kepadanya. Maka barang siapa beriman kepada Tuhan, maka tidak perlu dia takut rugi atau berdosa."Al-jinn ayat 13

Ayat ini menjelaskan ketika jin-jin mendengar Al-Qur'an yang memberi petunjuk kepada jalan yang benar, mereka langsung beriman kepadanya serta mengakui bahwa Al-Qur'an itu dari Allah.

Menurut Qatadah, ayat ini memiliki pengertian bahwa barang siapa yang beriman kepada Allah dan membenarkan apa yang dibawa oleh para rasullah, tidak ada kekhawatiran baginya tentang pengurangan pahala kebajikannya dan tidak ada pula dosa orang lain yang harus dipertanggung jawabkannya. Dia akan menerima pahala amal baik sepenuhnya tanpa pengurangan sedikit pun. Pengertian lafadz alhuda dalam konteks Al-Qur'an dan As-Sunnah dalam konteks Al-Qur'an: Al-Huda sering disebut sebagai nama lain Al-Qur'an (misalnya dalam Q.S. Al-Baqarah: Hudallil Muttaqin "petunjuk bagi orang-orang bertakwa").

Sedangkan dalam konteks As-Sunnah: Secara hakikat, Al-Huda merujuk pada Islam dan kebenaran secara keseluruhan. Karena fungsi utama Nabi Muhammad SAW adalah menjelaskan dan mempraktikkan Al-Qur'an, maka As-Sunnah (perkataan, perbuatan, dan ketetapan Nabi) adalah penjelasan praktis dari Al-Huda yang terkandung dalam Al-Qur'an. Oleh karena itu, petunjuk sempurna (Al-Huda) yang wajib diikuti oleh umat Islam adalah Al-Qur'an dan As-Sunnah secara terpadu, sebagaimana disabdakan Nabi, "Aku tinggalkan untuk kalian dua perkara, yang kalian tidak akan tersesat selamanya selama berpegang teguh pada keduanya: Kitabullah (Al-Qur'an) dan Sunnah Rasul-Nya."

"Dan sesungguhnya di antara kami ada orang-orang yang taat dan ada pula orang-orang yang menyimpang dari kebenaran. Barang siapa yang yang taat maka mereka itu benar-benar telah memilih jalan yang lurus. (QS. Al-Jinn ayat 14)"

Dalam ayat ini di jelaskan bahwa di antara jin-jin itu ada yang beriman menaati Allah, khusyuk dan ikhlas, serta beramal saleh. Ada pula di antara mereka yang berpaling dari ajaran yang benar. Oleh karena itu, barang siapa yang beriman kepada Allah dan menaati-Nya, sesungguhnya dia telah menempuh jalan yang akan menyampaikannya kepada kebahagiaan. Hal itu juga berarti bahwa ia telah melakukan sesuatu yang menyelamatkannya dari siksa neraka.

2.Pengertian lafadz alhuda dalam konteks Al-Qur'an dan As-Sunnah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun