Mohon tunggu...
Ian Kassa
Ian Kassa Mohon Tunggu... Freelancer - Merdeka dalam berpikir.

Percaya bahwa tak ada eksistensi tanpa perbedaan. Serta percaya pada proses, bukan pada mitos.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Coki, Agnostik, dan Moralitas

5 September 2021   07:17 Diperbarui: 5 September 2021   07:20 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Twitter.com/Badutmu

Namun, benarkah seperti itu? Apakah posisi sebagai agnostik atau ateis secara otomatis membuat seseorang menjadi amoral? Apakah kita,  jika menjadi ateis atau agnostik serta merta akan seenaknya berbuat jahat?

Lebih dari lima tahun lalu, tepatnya di tahun 2015, KPK menangkap Suryadharma Ali atas dasar penyalahgunaan wewenang serta memperkaya diri sendiri. 

Ketika itu dirinya berstatus sebagai menteri agama dan merupakan petinggi di salah satu Parpol Islam. Kasus korupsi menggiringnya ke penjara. Dipecat pula sebagai Ketua Umum Partai.

Dalam kasus yang berbeda, Indonesia merupakan negara yang sudah cukup kenyang diguncang serangan teror. Peristiwa Bom Bali hingga Bom Gereja di Surabaya kiranya masih segar dalam ingatan warga Indonesia.

Jika boleh jujur, pelaku dari dua kasus yang berbeda tersebut dilakukan oleh mereka yang beragama. Mungkin ada yang berusaha berkilah dengan berkata, "oh itu bukan salah agamanya. Mereka adalah oknum. Agama tidak mengajarkan korupsi dan teror." Namun, poinnya bukan soal oknum atau bukan. Ini tentang potensi.

Faktanya, percaya ataupun tidak terhadap eksistensi tuhan, sama sekali tidak menjadi penentu baik buruknya seseorang. Moralitas dan agama yang dianut tidak selalu inheren. Sejarah mencatat betapa agama menjadi pemantik peperangan.

Kita juga disuguhkan kabar, di mana nama tuhan yang suci diteriakkan sembari memenggal kepala, dan meledakkan bom di rumah ibadah agama yang lain. Bagaimana mungkin, sebuah agama yang menawarkan kedamaian surga, tetapi penganutnya menciptakan neraka bagi orang lain?

Sementara itu di belahan dunia yang lain, ada beberapa negara yang dikenal karena penduduknya tidak religius. Mereka cenderung bersikap "bodoh amat!" dengan agama. 

Tetapi, merekalah yang terdepan merefleksikan nilai-nilai luhur keagamaan. Penduduknya tertib, menghargai hak orang lain, kebersihan dijaga, angka korupsi ditekan ketitik terendah, cerdas dan maju.

Jadi, beragama ataupun tidak, hal tersebut tidak selalu berbanding lurus dengan moralitas. Mereka yang percaya terhadap tuhan ataupun tidak, sama-sama berpotensi melakukan kebaikan serta keburukan.

Pun demikian dengan kasus yang menimpa Coki Pardede. Posisi Coki yang menunda percaya terhadap keberadaan tuhan, yakni agnostik, tidak memiliki korelasi dengan penyalahgunaan narkoba yang telah dilakukannya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun