Mohon tunggu...
Ian Kassa
Ian Kassa Mohon Tunggu... Freelancer - Merdeka dalam berpikir.

Percaya bahwa tak ada eksistensi tanpa perbedaan. Serta percaya pada proses, bukan pada mitos.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengajarkan Optimisme kepada Murid-murid

3 November 2017   21:24 Diperbarui: 3 November 2017   21:43 886
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

Rabu kemarin salah seorang muridku dari kelas VII A bertanya di sela-sela pelajaran yang sedang berlansung, "Kak, bagaimana cara kakak menguasai bahasa Inggris?" 

Sejujurnya pertanyaan tersebut bukanlah pertanyaan yang baru. Saya sudah beberapa kali mendengarkan pertanyaan serupa dari beberapa orang terdekat.

Kepada murid tersebut saya menjawab, "Jujur nih ya, posisi kakak bukan sebagai orang yang menguasai. Tapi sebagai orang yang mau berbagi. Apa yang kamu dapatkan, tak lebih dari apa yang kakak ketahui. Kelak kau dan kawan-kawanmu bisa jauh lebih hebat." Kataku sembari terseyum.

Ya, saya selalu bersikap optimistik bahwa kelak murid-murid saya akan bisa dan jauh lebih hebat dari gurunya. Bagi saya pribadi sikap optimistik ini bukan tanpa dasar.

Terbukti. Semalam teman kuliah saya, yang sekaligus pernah menjadi murid bahasa Inggris saya, menghubungi saya dan mengabarkan bahwa dia tengah mengembangkan sebuah kursusan bahasa Inggris di kota tempatnya berasal. Tak lupa saya berikan motivasi agar dia tetap semangat.

Waktu KKN dulu, saya sempat mengajarkan bahasa Inggris ke beberapa anak remaja. Eh, setelah sekian lama saya tidak bersama mereka lagi, tiba-tiba salah seorang di antara mereka mengontak saya. Sebut saja namanya 'Eka'. Eka mengabarkan bahwa ia berhasil masuk ke Universitas yang diipikannya dan mengambil jurusan Sastra Inggris. Saya bahagia mendengarnya. 

Beberapa bulan yang lalu, di sekolah tempat saya mengajar, saya membentuk sebuah klub bahasa Inggris. Tidak kurang dari 20 murid-murid yang tergabung di dalamnya. Hasilnya, murid-murid yang tergabung dalam klub ini berhasil menjadi menjadi juara dalam sebuah lomba bahasa Inggris yang sempat diselegarakan oleh teman-teman HMPBI Universitas Muslim Indonesia, Makassar.

Cukup? Ternyata belum. Saya juga pernah dapat kabar lansung dari Korea Selatan via email. Ternyata mantan murid saya juga. Dia mengucapkan banyak terimakasih atas bimbingan belajar dan motivasi yang saya berikan.

Tulisan ini tidak untuk memuji diri sendiri. Bukan juga ingin nampak sok hebat. Melainkan tak lebih dari sekedar catatan kecil untuk teman-teman guru, bahwa sikap optimistik itu perlu kita tumbuhkan. Bukan hanya untuk kita, tapi juga sebagai contoh untuk murid yang kita didik.

Ada yang berkata seperti ini, "kalau guru kencing berdiri, maka muridnya harus bisa kencing berlari." 

Tapi kalau saya agak beda sedikit. Saya melihat murid saya kelak bisa kencing sambil salto. Mereka belajar dari guru yang mempergakan kencing berdiri.

Salam damai. Mari belajar.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun