Mohon tunggu...
Alfiansyah
Alfiansyah Mohon Tunggu... Penulis - Pengamat

Pengamat

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kelakuan Konyol Netizen di Negara +62 Menjelang Pemilu

28 Maret 2019   03:26 Diperbarui: 28 Maret 2019   11:22 407
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh: Alfiansyah ||   

Mendekati pemilu 2019 sering kita dipertontonkan berita media online seputar politik, caleg, calon presiden dan lain sebagainya. Tidak hanya itu, dalam media Twitter, Facebook, atau page lainnya sering kali kita melihat perdebatan-perdebatan antar netizen yang terkadang  dirasa sangat menjengkelkan ya. tidak tahu apa yang sebenarnya mereka perdebatkan dan duduk permasalahannya.

Setelah diam-diam saya amati, tidak sedikit netizen yang memposting, membagikan atau berkomentar mengenai argument-argument politik. mulai dari argument yang mendidik yang bertujuan untuk menjaga kenetralitasannya, hingga argument-argument praktis konyol yang semata-mata hanya membela kandidat yang didukungnya.

Pernah tidak kita berpikir, bagaimana dan seperti apa sih isi kepala atau buah pemikiran netizen ini mengenai kelakuan konyolnya saat berdebat di sosial media hanya soal pemilihan umum? Dari mereka yang memberikan pernyataan positif-negatif terhadap kandidat, saling sindir antar pendukung, baku hantam sesama kawan atau saudara, dan bahkan tak sedikit yang berujung pada ranah hukum hanya soal beda pilihan didalam pemilu. 

Hello... setiap orang memiliki sudut pandang yang berbeda ya temen-temen. tentunya wajar sekali jika setiap orang memiliki pilihan kandidat yang berbeda-beda pula. Kita tidak bisa memaksakan orang lain untuk berpikir sama dengan kita. 

Perbedaan tersebut tumbuh dari berbagai banyak faktor seperti kebudayaan, lingkungan, pengalaman, kepercayaan, dan pendidikan yang berbeda-beda, Banyak faktor lain yang mungkin tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Namun dengan sebuah perbedaan, bukan harus berujung pada baku hantam ya temen-temen.

Setiap bermasyarakat, disana akan kita temukan buah pemikiran orang yang berbagai macam versi. Dalam perbedaan inilah yang kerap menjadi konflik antar individu/kelompok satu dengan individu/kelompok lainnya. Bahkan menurut Thomas Hobbes diistilahkan sebagai Homini Lupus untuk menyebut manusia sebagai makhluk sosial, yang berarti manusia yang satu menjadi serigala bagi manusia lainnnya. Samahal-nya dengan netizen pendukung calon politiknya nih, menjadi serigala bagi pendukung calon politik yang lain. :)

'Baku hantam' didalam sosial media tidak sedikit kita temukan antar pendukung satu dengan pendukung lainnya dengan segala persoalan dan sudut pandang yang berbeda dan kerap sekali argumen konyol yang terlontarkan oleh para netizen.

Kita tidak tahu apa yang dipikirkan dan diinginkan dari perdebatan konyol tersebut. apakah hanya cari perhatian saja di sosial media atau bahasa gaulnya caper nih. Atau mungkin hanya sekedar ikut-ikutan teman saja. mungkin biar dipandang masyarakat sosial media lainnya kalau dia pengamat politik kali ya. padahal saya pribadi juga memiliki beberapa temen-temen di sosial media yang tidak sedikit melakukan hal yang serupa, dalam riset & pengamatan saya, rekam jejak mereka didalam panggung politik dan pemerintahan tidak begitu berpengalaman.

Namun apa yang membuat mereka berani memberikan argument konyol dan spekulatif dalam sosial media mengenai politik dan pemerintahan? Atau mungkin argument dan informasinya hanya copy-paste dari tetangga sebelah ? Jika pun copy-paste, secepat itukah temen-temen sosial media memosting atau membagikan informasi orang lain tanpa menelaah substansi dari isi informasi, Mecari sumber-data kebenarannya, dan mengupas apakah isi informasi tersebut fakta atau opini belaka ? 

Jangan sampai kita yang sudah terlanjur memosting atau membagikan informasi didalam sosial media yang hanya untuk mendapatkan kepercayaan dan pengakuan masyarakat media belaka, tapi malah justru masyarakat sosial media menanggapi dan memberikan persepsi tindakan yang konyol kepada kita. Kalau sudah kita menyadari bahwa masyarakat media telah menganggap kita konyol atas kesalahan apa yang telah kita posting, baru lah kita hapus postingan itu. menghindari malunya kita dan bullying berkepanjangan dari masyarakat media. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun