Mohon tunggu...
Ian Hidayat
Ian Hidayat Mohon Tunggu... Penulis - Sedang bercanda cita

Menempuh pendidikan di UIN Alauddin Makassar dengan beasiswa dari orang tua

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Kenapa Memilih Berjalan?

10 Maret 2024   12:18 Diperbarui: 10 Maret 2024   12:41 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: Dokumentasi Penulis di Jalur Pendakian

Cara paling memungkinkan adalah menumpang kendaraan warga, syukurnya di permukiman. Rata-rata dari mereka adalah petani sayur mayur. Selepas panen, warga akan membawa hasil taninya ke Makassar, Sungguminasa atau sekedar di pasar terdekat untuk dijual. Jadi, kami masih bisa menumpang truk untuk ikut ke Malino.

Saya masih ingat persis, kami harus menumpang 3 kali untuk sampai di Malino, tempat kami memarkir motor. Perjalanan pulang menumpang truk bukanlah pengalaman buruk. Kami bisa menikmati Lembah Bawakaraeng lewat bisingnya mobil truk.

Kami tiba di Lembanna, Malino sekitar pukul 01.00 dini hari. Saya masih ingat betul wajah Tata Rama dan istrinya waktu itu. Tata Rama adalah seorang warga Lembah Lembanna, disana saya menjadikan rumahnya sebagai tempat singgah. Tempat itu juga yang saya sarankan kepada teman teman yang lain.

Sumber Gambar: Dokumentasi Pribadi, lokasi rumah Tata Rama
Sumber Gambar: Dokumentasi Pribadi, lokasi rumah Tata Rama

Tata Rama menyambut kami dengan hangat, walau saya tau betul. Kedatangan kami malam itu mengganggu tidurnya. Tata Rama bahkan masih bersedia menemani kami untuk sedikit bercakap dan menyajikan teh untuk menghangatkan badan, mengingat suhu Lembanna yang cukup rendah.

Selepas menyeruput teh dan membersihkan badan kami memilih menunda pulang ke rumah, Rumah Tata Rama menjadi pilihan tempat tidur waktu itu.

Saya tidak akan bantah, suasana pagi di Lembanna sangat asri. Embun, kicau burung, dan senyuman warga desa akan selalu dirindukan. Entah mujizat apa yang diturunkan Tuhan waktu itu,  kami yang tidur larut di malam hari bisa bangun pagi. Hal yang sangat mustahil kami lakukan di perkotaan.

Selepas melaporkan kepulangan kami di tempat registrasi, kami bergegas pulang. Kami tidak lupa berpamitan dengan Tata Rama sekeluarga, keramahan nya selalu menarik kami untuk kembali ke tempat. Ah, bagaimana kabar orang tua itu, lama tidak bersua.

Saya dan kawan kawan lain, tidak pernah membayangkan cerita pendakian kami seperti ini. Apa yang kami pilih, jalan sunyi yang kami bahkan tidak paham seluk beluknya ternyata membawa cerita berkesan kepada kami.

Dari kejadian itu, sedikitnya mempengaruhi cara berpikir saya soal pertanyaan "Kenapa memilih jalan itu". Akibatnya, saya dan kawan kawan lebih senang memilih jalan yang lebih misterius. Dengan pertimbangan bahwa Tuhan selalu ada. Entah itu bagaimana bentuknya, bahkan jalan itu lebih berkesan untuk membawa perubahan perubahan baru.

Sebenanrya, dari kejadian saya sedikit banyaknya ingin  membahas soal bagaimana pola organisasi yang ada di Muhammadiyah. Wa bil khusus teman teman angkatan muda. Semoga bisa kita diskusikan bersama.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun