Mohon tunggu...
Mahéng
Mahéng Mohon Tunggu... Author

Mahéng menulis di berbagai platform. Di Kompasiana, ia belajar menguleni isu-isu berat dengan adonan humor, kadang matang, sesekali gosong, adakalanya garing, dan nggak jarang absurd, persis seperti hidupnya sendiri. Intip X/IG @iamaheng.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Malu Bertanya Sesat di Jalan, tapi Kalau Malu Berusaha, Apa Jalannya dengan Meminta Lima Ribu Sambil Pasang Muka Kasihan?

23 April 2025   12:48 Diperbarui: 1 Mei 2025   09:39 11561
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak cuma di Jakarta atau Yogyakarta, di Purwokerto juga, fenomena "minta lima ribu" dengan wajah penuh drama sudah jadi pemandangan keseharian. Tapi, jangan salah. Ini bukan sekadar soal empati, tapi bagaimana kesedihan bisa jadi komoditas yang menguntungkan.

Saya baru saja turun dari Stasiun Purwokerto, menyebrangi peron, membawa semangat baru dan setengah kantuk sisa perjalanan dari Yogyakarta. Kebodohan saya dimulai dari keputusan impulsif: ambil tiket kereta terlalu pagi, mandi ayam, dan lupa sarapan.

Begitu keluar stasiun, sapaan abang-abang ojek pangkalan saya hiraukan dengan keangkuhan khas penumpang kere yang merasa tangguh. Saya jalan kaki, karena yakin akan menemukan sarapan murah. Sarapan ala rakyat jelata yang sering dilupakan pemerintah.

Ternyata benar. Beberapa langkah dari pintu keluar, saya menemukan angkringan di timur laut stasiun. Tanpa pikir panjang, saya pesan semangkuk mangut lele, sepiring nasi, dan es teh. Setelah semuanya sampai di meja, barulah saya sadar: saya tidak bawa uang tunai. Dompet saya lebih kosong dari tawa di grup WA keluarga.

Belum sempat saya menyusun rencana untuk mencari ATM, datanglah seorang ibu-ibu dengan motor tua yang aksesorisnya sudah lebih banyak hilang daripada harapan saya untuk makan dengan tenang. Motor itu mungkin lebih sering kehabisan bensin daripada saya kehabisan alasan untuk menunda mandi. Ibu itu menghampiri saya dengan wajah panik, sorot matanya seperti tokoh antagonis disinetron azab.

"Mas, saya mau ke Bumiayu. Minta tolong kasih saya lima ribu," katanya.

Kalimatnya singkat, tapi ada nuansa yang bikin saya merasa bersalah jika menolak. Seolah-olah saya baru saja menolak permintaan terakhir seorang sahabat. 

Kisah Lama dengan Judul yang Beda-Beda

Saya tidak yakin apakah ibu-ibu itu betul-betul butuh lima ribu buat perjalanan ke Bumiayu yang jaraknya hampir 40 kilometer. Tapi wajahnya meyakinkan. Suaranya tenang. Motornya juga memang kelihatan sudah lama tidak diajak ke mana-mana. Kecuali (mungkin) ke stasiun untuk memelas ke tamu-tamu seperti saya. Maaf, suuzon sedikit.

Yang jelas, ini bukan pertama kalinya saya menemui adegan semacam ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun