Mohon tunggu...
K Catur Marbawa
K Catur Marbawa Mohon Tunggu... Insinyur - I will be back

Berusaha tulus. Tidak ada niat tidak baik

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Kokokan Petulu, Konservasi Tradisional Berspirit Ritual

30 November 2020   14:40 Diperbarui: 30 November 2020   21:29 688
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Desa ini memang tidak menerapkan tarif khusus kepada pengunjung. Sifatnya sukarela, berupa donasi. Sebelum masa pandemi Covid-19, dari pengunjung rata-rata sebulan desa ini mendapat pemasukan kotor 50 jutaan tiap bulannya. 

Dampak lainnya juga nampak. Penduduk bisa berjualan makanan dan minuman, juga cinderamata. Penduduk bisa menjadi pemandu wisata. Potensi desa pun kemudian banyak dilihat pengunjung. Ada perajin seni ukir, patung, lukisan pun akhirnya berkembang. 

Disamping untuk tambahan program pembangunan desa dan juga operasioanal pengelola wisata burung, pemasukan dana dari pengunjung juga untuk membangun kandang-kandang perawatan serta operasionalnya. 

Dari ribuan sarang burung, kadang ada memang beberapa anakan yang jatuh. Dan burung-burung seperti inilah kemudian dirawat di kandang ini.

Saya memasuki desa ini di sore hari menjelang matahari terbenam. Waktu yang tepat sebenarnya. Saya melihat semakin-sore semakin banyak burung yang datang. Mereka hinggap dan menghabiskan malam di pohonpohon disepanjang jalan utama di Desa Petulu. Keesokan harinya terbang lagi untuk mencari makan.

Jadi berapa sebenarnya populasi Burung Kokokan di Desa Petulu ini? Jawabannya tergantung musim, tergantung juga dengan waktu. Mereka tidak sepanjang tahun ada di desa, dan juga tidak sepanjang hari. 

Burung tertentu biasanya sering melakukan pergerakan atau berpindah tempat. Pergerakan yang terjadi biasanya berhubungan dengan pakan. Ini salah satu strategi tetap bertahan hidup, beradaptasi, dan mengurangi kematian yang tinggi dalam menghadapi musim dingin atau berkurangnya pakan di suatu lokasi. 

Pergerakan dari daerah dingin (utara) ke daerah panas (selatan) disebut migrasi musiman. Terjadi pada setiap tahun pada bulan Oktober hingga April. Ribuan burung, seperti burung pantai, burung elang, hingga burung kecil menuju ke negara tropis untuk mencari makan.

Apakah fenomena ini terjadi untuk Kuntul Kerbau atau Kokokan ini? Mungkin saja demikian, namun sepertinya belum ada penelitian untuk itu. Yang jelas saat-saat bulan Oktober -- April adalah puncaknya Burung Kokokan ada di desa ini. Saat inilah Burung Kokokan melakukan aktivitas roosting (bertengger) maupun untuk aktivitas reproduksi. 

Terhadap jumlah populasi Burung Kokokan di Desa Petulu, Universitas Udayana pernah melakukan penelitian. Pada Bulan Desember 2017, Dra. Luh Putu Eswaryanti Kusuma Yuni., M.Sc. Ph.D. dan tim melakukan penelitian dengan metode pencacahan langsung. 

Dalam pencacahan, burung yang tercatat dikelompokkan kedalam tiga kategori yaitu individu dewasa, anakan diluar sarang (fledgling), dan anakan yang masih berada didalam sarang (nestling). Pencacahan dilakukan pada pohon pohon di sepanjang jalan utama (sekitar 2 kilometer) di Banjar Petulu Gunung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun