Mohon tunggu...
I Gede Sutarya
I Gede Sutarya Mohon Tunggu... Dosen - Penulis dan akademisi pada Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar

Lahir di Bangli, 8 November 1972 dari keluarga guru. Pendidikan SD sampai SMA di tempat kelahirannya Bangli. Menempuh Diploma 4 Pariwisata di Universitas Udayana selesai tahun 1997, S2 pada Teologi Hindu di IHDN Denpasar selesai tahun 2007, dan S3 (Doktor Pariwisata) di Universitas Udayana selesai tahun 2016.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ancaman dan Kesadaran Pariwisata Bali Pasca Pandemi

30 Juli 2022   19:55 Diperbarui: 30 Juli 2022   20:08 833
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tradisi ini disebarkan antropolog dunia dalam penelitiannya pada masyarakat-masyarakat India seperti Harris (1974). Penelitian-penelitian tentang Subak di Bali juga mewarnai pembangunan konsep pembangunan berkelanjutan tersebut. Pembangunan berkelanjutan itu berlandaskan kepada penguatan ekonomi lokal, masyarakat lokal, dan pelestarian lingkungan. 

Pemikiran-pemikiran ini telah muncul pada tahun 1920-an pada pejuang-pejuang Hindu seperti Mahatma Gandhi yang mengajukan konsep gramswaraj (masyarakat desa yang mandiri). Soekarno mengembangkannya di Indonesia menjadi berdikari. Soeharto melanjutkannya menjadi swasembada (kemampuan sendiri).

Masyarakat Hindu (Bali) memiliki orisinalitas pemikiran tentang pembangunan berkelanjutan, tetapi pembangunan pariwisata Bali ternyata memberikan ancaman kepada budaya dan lingkungan karena pembangunan pariwisata Bali masih bertumpu kepada teori pertumbuhan ekonomi kalangan Neokeynes. 

Teori pertumbuhan ekonomi ini menyatakan, pertumbuhan ekonomi dipengaruhi modal, permintaan, dan investasi (Harrod-Domar, 1947). Karena itu, pembangunan pariwisata Bali kemudian bertumpu kepada modal, peningkatan kunjungan wisman (permintaan) dan investasi. 

Pertumbuhan modal, permintaan dan investasi ini diharapkan bisa meneteskan kemakmuran kepada masyarakat Bali, tetapi ternyata menimbulkan ketergantungan masyarakat kepada wisman, pemodal dan investasi.

Teori pertumbuhan ekonomi telah mendapatkan kritik dari teori ekonomi baru Lucas-Romer. Teori ekonomi baru ini menyatakan, pertumbuhan ekonomi ini dipengaruhi modal sumber daya manusia (Leasiwal, 2015). Teori ekonomi baru ini mempengaruhi munculnya program-program pemberdayaan masyarakat. 

Program-program ini mendukung upaya pembangunan dari bawah, bukan dari atas. Konsep ini sejalan dengan perjuangan-perjuangan kemandirian yang dilakukan para pejuang Indonesia seperti Soekarno.

Konsep pembangunan ekonomi ini telah muncul pada awal reformasi sebagai kritik dari pembangunan ekonomi Orba, tetapi kemudian pariwisata Bali terjebak lagi kepada teori pertumbuhan ekonomi karena pemberdayaan masyarakat memerlukan kesabaran untuk mewujudkannya. 

Bibit-bibit pemberdayaan masyarakat ini telah mulai muncul dengan program-program desa wisata tetapi tenggelam dengan riuhnya modal dan investasi yang kemudian kembali mengancam lingkungan dan budaya Bali seperti pada kasus tahun 1994 - 1997. 

Pada kondisi seperti itu, pariwisata Bali harus dikembalikan lagi kepada kesadaran semangat reformasi yaitu pariwisata yang berbasis pemberdayaan masyarakat sesuai filosofi Tri Hita Karana. Filosofi Tri Hita Karana ini menuntut pembangunan pariwisata Bali berbasis kepada spirit Bali (parahyangan), masyarakat Bali (pawongan), dan lingkungan (palemahan). 

Spirit Bali adalah keseimbangan yang terwujud dalam masyarakat yang harmoni dengan sesama dan lingkungan. Karena itu, pelestarian budaya dan lingkungan adalah faktor utama dari terlaksananya filosofi Tri Hita Karana. Ancaman terhadap budaya dan lingkungan Bali mengancam keberlangsungan pariwisata Bali. 

Karena itu, ancaman ini harus menumbuhkan kesadaran untuk kembali kepada spirit reformasi pariwisata Bali melalui pemberdayaan masyarakat Bali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun