Beberapa homestay, bahkan pemilik merangkap karyawan sehingga mengurangi beban biaya karyawan. Biaya rutin pemeliharaan homestay juga kecil, sehingga penurunan pendapatan pada masa pandemi tidak terlalu berpengaruh.
Homestay juga memiliki keunggulan dalam pemasaran pariwisata budaya. Apabila wisatawan tinggal di homestay maka mereka akan mendapatkan pengetahuan dan pengalaman asli dari penduduk lokal Bali. Contohnya pada homestay, wisatawan bisa berinteraksi langsung dengan tuan rumah.Â
Wisatawan juga bisa mengamati aktivitas tuan rumah sehari-hari ketika tuan rumah menjalankan budayanya seperti upacara-upacara kecil sehari-hari.
Oleh karena itu, pemasaran homestay ini tinggal menunggu keberpihakan pemerintah kepada usaha rakyat. Pada masa-masa sebelumnya, pemerintah kerap membatasi perkembangan homestay karena kesulitan dalam memungut pajaknya. Pemilik homestay enggan berurusan dengan pajak. Apalagi jika mereka tidak berurusan dengan pinjam-meminjan di bank. Â
Akan tetapi, perkembangan homestay ini sangat membantu ekonomi masyarakat sehingga pemerintah sebenarnya bisa bermain pada sektor pajak yang lainnya, di luar pajak hotel dan restoran.Â
Tetapi pemerintah enggan bermain pada sektor kecil ini sehingga lebih bergairah dengan sektor usaha pariwisata besar sehingga selalu menggadang-gadang investasi asing.
Keengganan pemerintah bermain pada sektor usaha kecil ini berdampak pada masa pandemi ini. Hotel-hotel berbintang mulai tak bisa menjalankan operasionalnya. Karyawan-karyawan hotel pun banyak dirumahkan.Â
Ketika ketatnya protokol kesehatan mulai dibuka, hotel-hotel berbintang ini tak bisa menutupi biaya operasional karena pariwisata masih mengandalkan pasar dalam negeri. Pada pasar dalam negeri ini, hotel non-bintang dan homestay mendapatkan kesempatan untuk bisa menjalankan usahanya.
Jika pemerintah sejak awal mendorong usaha-usaha kecil ini maka keadaan ekonomi Bali tak akan mengalami pertumbuhan minus. Sebab usaha-usaha mikro ini akan dengan mudah berbalik arah atau memutar aluhan pada situasi-situasi sulit. Kasus Yogyakarta menunjukkan bahwa daerah itu tidak mengalami keterpurukan ekonomi separah Bali walaupun sama-sama mengandalkan pariwisata. ]
Hal itu terjadi karena usaha-usaha kecil di Yogyakarta cepat berputar arah untuk berjualan online berbagai cenderamata Yogyakarta sehingga bisa menutupi keterpurukan pada kunjungan wisata.Â
Usaha-usaha pariwisata besar di Bali tak bisa cepat berbalik arah seperti itu. Mereka hanya bisa menjual perlengkapan-perlengkapan hotelnya dengan harga murah agar bisa bertahan.