Fakultas kedokteran merupakan Fakultas dengan peminat terbanyak sehingga menjadikan jurusan ini sebagai jurusan dengan persaingan terketat.Namun tidak perlu khawatir lagi karena sekarang sudah banyak universitas yang membuka Fakultas kedokteran baru artinya semakin besar peluang bagi peminat jurusan kedokteran untuk masuk ke fakultas kedokteran. Sejumlah perguruan tinggi negeri di luar pulau Jawa kini juga sudah banyak yang memiliki Prodi Kedokteran. Hal ini bertujuan agar calon mahasiswa yang memiliki keinginan untuk melanjutkan kuliah di kedokteran tidak harus pergi ke luar daerahnya lagi.
      Kedokteran memiliki spesifikasi yang berbeda dengan jurusan lain. Karena mahasiswa kedokteran tidak cukup hanya lulus secara akademis. Namun, masih diwajibkan untuk melaksanakan pendidikan pra klinis (co-as) dan ujian klinis untuk mendapatkan surat tanda registrasi profesi kedokteran. Uji Kompetensi Mahasiswa Program Profesi Dokter (UKMPPD) sangat penting karena menjadi syarat agar bisa praktik menjadi dokter. Besarnya minat terhadap jurusan kedokteran di karenakan kedokteran memiliki prospek kerja yang menjanjikan.Banyaknya peminat kedokteran di Indonesia tidak mengatasi kekurangan dokter aktif di Indonesia.
      Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat, hingga pertengahan tahun 2022 Indonesia hanya memiliki sekitar 140.000 dokter aktif. Angka tersebut masih jauh dari persentase jumlah dokter yang ditetapkan oleh World Health Organization (WHO) dimana idealnya 1 banding 1.000 jumlah penduduk. Melihat standar WHO tersebut, Indonesia seharusnya mempunyai dokter sebanyak 270.000 dengan perbandingan penduduk yang diperkirakan sebanyak 270 juta.Oleh karena itu, kehadiran Fakultas Kedokteran tidak cukup hanya terbatas di perguruan tinggi negeri (PTN), melainkan juga di perguruan tinggi swasta (PTS)[HBQ1]
      Seperti yang kita tahu, indonesia masih sangat kekurangan tenaga medis, khususnya dokter.Bahkan rasio antara jumlah dokter yang ada di indonesia dengan penduduknya termasuk yang terendah di tingkat ASEAN.Oleh karena itu banyak universitas membuka fakultas kedokteran untuk melahirkan banyak dokter.Universitas yang mengahadirkan fakultas kedokteran baru diantaranya Institut Pertanian Bogor (IPB), Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), UPN Veteran Jawa Timur, Universitas Negeri Semarang (Unnes), Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Universitas Dian Nuswantoro (Udinus), Universitas Bangka Belitung (UBB), dan lain lain.
      Pengawasan dari hulu dan hilir diperlukan untuk menjamin kualitas dokter dan dokter gigi dalam bekerja di masyarakat. Prosesnya harus diperhatikan agar tidak hanya lulus, tetapi juga menjadi dokter dan dokter gigi yang berkualitas. Pembentukan dan pendirian fakultas kedokteran pada perguruan tinggi di Indonesia diatur dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 36 Tahun 2021 tentang fakultas kedokteran dan fakultas kedokteran gigi. Sesuai Permendikbudristek 36 Tahun 2021, perguruan tinggi yang  membuka program studi kedokteran harus mendirikan fakultas kedokteran. PTS yang  menyelenggarakan pendidikan kedokteran harus membentuk fakultas kedokteran dan/atau fakultas kedokteran gigi sesuai dengan  persyaratan peraturan menteri ini.
      Pendirian Fakultas Kedokteran dan Fakultas Kedokteran Gigi minimal merupakan pendidikan lanjutan. Kajian unggulan atau kelayakan dan naskah akademis, rencana strategis, termasuk rencana umum penelitian dan pekerjaan sosial, kurikulum yang berhubungan dengan standar nasional. untuk pendidikan kedokteran, laboratorium biomedis, laboratorium kedokteran klinik, laboratorium bioetika/ilmu kesehatan, dan laboratorium kedokteran masyarakat dan kesehatan masyarakat yang digunakan untuk kegiatan pendidikan, penelitian dan pengembangan kedokteran dan teknologi, rumah sakit pendidikan atau rumah sakit yang bekerjasama dengan rumah sakit pendidikan dan lembaga pendidikan kedokteran, serta ditunjukkan dengan ketentuan hukum dokumen perjanjian kerjasama, dengan  sumber pendanaan dan perencanaan anggaran  penyelenggaraan Tridharma perguruan tinggi serta pengembangan kedokteran dan teknologi.
      Dengan banyaknya dibuka sekolah kedokteran baru di Indonesia, maka akan  banyak lahir dokter yang mampu meningkatkan angka harapan hidup masyarakat Indonesia. Selain itu, seiring dengan semakin banyaknya Fakultas Kedokteran yang dimiliki oleh perguruan tinggi negeri dan swasta, termasuk di luar Pulau Jawa, hal ini dapat membantu calon mahasiswa kedokteran mewujudkan cita-citanya. Faktanya, kebutuhan dokter umum di layanan primer di Indonesia  cukup, hanya saja  belum merata. Oleh karena itu, lebih baik mengatasi masalah ketimpangan terlebih dahulu dibandingkan  menciptakan dokter baru.
      Menambah fakultas kedokteran untuk melahirkan dokter-dokter potensial guna memenuhi kebutuhan daerah sebenarnya tidak tepat karena pendidikan kedokteran  seakan-akan menjual habis krisis dokter.Benar  kurangnya dokter spesialis dan masalah distribusi di Indonesia. Namun  dokter keluarga tidak mengalami kekurangan, dengan rasio penduduk 1:2500, beban kerja dokter keluarga masih ideal di Indonesia. Hal itu mengacu pada data rata-rata jumlah pasien di Indonesia yang membutuhkan  dokter  setiap bulannya yang masih berkisar 18-20 persen dari total penduduk. Ke depan, penekanan kuantitas dan kualitas dokter keluarga dengan membuka sekolah kedokteran di beberapa perguruan tinggi  dinilai tidak terlalu mendesak dan perlu.
      Pemerataan dokter hingga pemerataan pelayanan kesehatan di seluruh tanah air, baik  dokter keluarga maupun dokter spesialis merupakan solusi yang cukup baik terhadap permasalahan ini. Jika jawaban pemerintah terhadap krisis dokter hanya dengan meningkatkan jumlah lulusan dokter, dampak negatifnya akan mulai terlihat dalam 10 tahun ke depan karena semakin banyak dokter muda yang tersingkir dari pasar.
Â
Â