Mohon tunggu...
Hyasint Asalang
Hyasint Asalang Mohon Tunggu... Human Resources - Pergo et Perago

Bisnis itu harus menyenangkan!!!!!

Selanjutnya

Tutup

Politik

Generasi Muda Harus Berpolitik

27 Juni 2019   14:35 Diperbarui: 27 Juni 2019   14:43 273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Tak dapat dipungkiri, politik menjadi salah satu topik terhangat yang diperdebatkan di Indonesia. Politik menjadi daya tarik tersendiri karena bisa menjangkau setiap lapisan masyarakat. Pada dasarnya, setiap kalangan masyarakat dapat membicarakan politik karena esensi dan eksistensinya sebagai manusia. 

Sebagai hal yang esensial, politik berkaitan dengan kesejahteraan manusia; bagaimana manusia mempertahankan hidupnya bersama orang lain di sekitarnya. Sedangkan sebagai yang eksistensial, politik berhubungan dengan kebebasan dan tanggung jawabnya sebagai makluk yang berakal budi. 

Sistem demokratis menghargai setiap person sebagai mahluk moral dan rasional yang memiliki kebebasan dan tanggung jawab atas dirinya sendiri. Demokrasi sebagai sistem politik juga merupakan refleksi yang paling nyata dari pengakuan akan  hak individu atas kebebasan. Pengakuan ini terwujud melalui terbukanya peluang sebesar-besarnya bagi partisipasi politik semua warga. 

Unsur yang sangat ditekankan di sini ialah segi manusia. Kesejahteraan, kebebasan dan tanggung jawab hanya menemukan ungkapannya secara penuh dalam konteks hidup bersama. Ia tidak bisa dilihat secara terlepas. Tanggung jawab pribadi dan bersama baru dapat dicapai secara optimal dalam proses demokrasi yang berkelanjutan.

Struktur politik suatu masyarakat bersama ellit politiknya berperan merumuskan tata aturan pembangunan dan menjatuhkan pilihan atas model pembangunan yang tepat dalam arti mendukung perkembangan ekonomi massa.

Untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi perlu "dijamin" oleh stabilitas politik. Sistim kepemimpinan yang otoriter dangan pendekatan kekuasaan/keamanan sering dihalalkan demi mempercepat stabilitas politik. Pola kepemimpinan yang demikian bersifat monokultur, searah, sambil mengklaim diri sebagai penentu kebenaran dan validitas.

Konkretisasi Politik
Sebuah pertanyaan mendasar pada bagian ini ialah, mengapa politik harus diwujudkan dalam kehidupan masyarakat Indonesia? Politik di Indonesia telah terselubung oleh pemikiran sempit yang terus dipertahankan mengenai status kepemilikan politik. Terdapat  dua kenyataan yang tak dapat ditolak mengenai status kepemilikan politik, yakni: politik hanya dimiliki para "elit" dan politik hanya boleh dibicarakan oleh orang dewasa.

Pada pandangan yang pertama, seringkali terjadi bahwa politik hanya dimiliki oleh kaum "elit". Salah satu contoh yakni partai politik. Banyak partai politik yang sudah bermunculan dengan nama, visi dan misi yang baru, entah karena kepedulian pada masyarakat maupun karena ambisi terselubung dalam meraup keuntungan dan keberpihakan dari masyarakat. 

Suara-suara yang keluar dari lambang bendera politik mengisyaratkan tujuan yang harus dicapai. Suara-suara yang selalu terdengar di mana-mana ketika pemilu akan dilangsungkan satu atau dua tahun ke depan, tetapi akan menghilang ketika banyak masyarakat yang tak berminat, kemudian muncul lagi dengan nama, bendera, visi dan misi yang baru. 

Semuanya berputar terus dalam lingkaran kaum "elit" politik yang tak bertepi. Jika demikian, bagaimana dengan masyarakat dari berbagai kalangan lainnya, yang pada hakekatnya memiliki esensi dan eksistensi yang sama dengan orang-orang yang masuk golongan "elit" tersebut? Apakah mereka hanya menjadi penonton dalam sebuah "perlombaan lari" politik? Inikah predistinasi dalam politik? Sungguh ironis!

Selanjutnya, pandangan kedua tentang status kepemilikan politik, dibicarakan sebuah tradisi yang tak boleh diganggu gugat: politik hanya bisa dibicarakan oleh orang dewasa. Pandangan ini dengan sendirinya mengekskomunikasikan kaum muda sebagai penerus dalam berpolitik. Kaum muda dianggap belum cukup dewasa dalam menanggapi masalah-masalah yang terkait dengan politik. 

Sering dijumpai, apabila orang dewasa sedang membicarakan permasalahan politik, kaum muda dengan sendirinya menyingkir dari kelompok tersebut. mereka menyingkir bukan karena ketidakmampuan untuk berpikir secara kritis dan konstruktif, melainkan karena unsur ketidakpercayaan yang sudah melekat pada diri orang dewasa. Kehadiran remaja sudah ditolak terlebih dahulu sebelum pendapat mereka diutarakan.

Berdasarkan dua pandangan di atas, diindikasikan bahwa poltik belum diwujudkan sebagaimana seharusnya. Politik hanya dapat diartikan, ditafsirkan dan diperjuangkan oleh golongan tertentu, sedangkan kelompok lainnya hanyalah "kelinci percobaan" dari interpretasi dan pengejawantahan politik.

Kekuatan relasi konstruktif dan kemandirian tiga kekuasan politik yakni lembaga legislatif, eksekutif dan yudikatif semakin hilang dalam benak masyarakat yang tidak termasuk dalam ketiga lembaga tersebut. Kaum muda sebagai salah satu kader politik seakan-akan melihat kearogansian yang tengah bertumbuh subur dalam sebuah sistem pemerintahan.  

Lembaga eksekutif yang diharapkan memilih mode pembangunan yang memihak rakyat,  peran kritis dan dan rasional dari lembaga legislatif untuk meluruskan arah apabila terjadi penyelewengan atau ketimpangan dan kehadiran lembaga yudikatif yang otonom dalam  mengatur tatanan hidup sosial, belum cukup untuk menjelaskan esensi dan eksistensi sebagai manusia yang sesungguhnya. 

Buktinya, ada saja ketimpangan yang selalu berhubungan dengan politik, bahkan berbagai paradigma pemikiran menyangkut aspek idiologi, sosial, ekonomi, budaya, senantiasa diarahkan untuk kepentingan politik. 

Banyak pengalaman kaum muda mulai melihat berbagai macam unsur kehilangan baru, seperti kehilangan kemampuan untuk membangun dimensi afektif, kehilangan dimensi dan cita rasa historis, kehilangan kemampuan untuk mengintegrasikan nilai-nilai baru tanpa mengabaikan aturan yang berlaku umum, kehilangan cara-cara baru dan kreatif untuk menggali dan mengolah pengalaman hidup baik pribadi maupun bersama, kehilangan kemampuan untuk membaktikan diri secara radikal tanpa syarat, dan akhirnya kehilangan semangat dedikasi untuk memperjuangkan kebaikan universal tanpa pamrih.  Lantas, bagaimana mengatasinya?

Politik Mahasiswa: Sebuah Peluang
Kaum muda adalah orang-orang yang sedang dan sudah mengenal identitas dirinya. Salah satu hal yang selalu melekat pada diri mereka ialah keingintahuan. Kaum muda selalu bertanya kepada diri sendiri tentang sifat dasar dan hakikat berbagai kenyataan yang tampil baik secara nyata maupun secara abstrak. Mereka senantiasa ingin mengupas apa artinya manusia - sukma serta jiwa - diri sendiri dan orang lain. 

Sebagaimana kehidupan manusia selalu tergantung dari konteks kebudayaan tempat dia berkembang, demikian pula dirasakan oleh kaum muda, namun yang harus dilihat ialah bahwa ia sebagai individu tetap merupakan sesuatu yang sama sekali berlainan dengan jumlah atau perpaduan segala pengetahuan dari suatu zaman. Pengetahuan, pengalaman kaum muda dan dunia yang secara wajar ada pada setiap individu dimiliki oleh semua orang yang secara bersama-sama melakukan penilaian di antara individu manusia.

Keunikan inilah yang ingin ditinjau dalam mengembangkan sebuah partisipasi politik. Partisipasi ini bukan sesuatu yang absurd dilakukan remaja karena pengintegralan identitas dirinya yang bisa dikatakan dalam tahap pencarian, melainkan keunikan dalam mengkritisi politik yang menyimpang dan memberi jalan keluar yang sederhana dalam meninjau sebuah masalah dalam politik.

Oleh karena itu, memberi peluang pada kaum muda agar ikut secara aktif dalam proses politik, menuntut adanya pengakuan akan kekuasaan rakyat yang dituntun oleh konstitusi yang adil. Penekanan prinsip kebebasan dan kesamaan bagi semua warga sama sekali tidak dimaksudkan untuk menuntut suatu tingkat partisipasi yang sama besarnya bagi segenap warga. Kesamaannya bukan terletak pada fakta tetapi kualitas yang sama baik dari segi keahlian dan kesediaan berusaha. Hal ini menjadi kesempatan yang terbuka bagi kaum muda secara fair. 

Prinsip kesamaan yang fair untuk berpartisipasi dalam politik secara khusus akan diterapkan dalam lembaga-lembaga sosial politik. Hal ini didukung dengan prinsip demokrasi politik yang sama karena demokrasi yang sesungguhnya didasarkan pada banyak orang yang terlibat dalam proses politik. Semakin banyak kaum muda yang terlibat dalam urusan politik, maka semakin transparan prosesnya yang fair  dalam pengambilan keputusan politik bagi kesejahteraan semua pihak.

Prinsip dalam Politik Kaum Muda
Politik kaum muda adalah suatu hal yang sangat kompleks. Politik kaum muda juga merupakan salah satu indikasi adanya sesuatu yang hidup, bergerak, beregenerasi ke arah yang lebih baik. Memikirkan politik kaum muda secara mendalam tidak seperti berpikir matematis yang segalanya diukur atas dasar perhitungan angka, tetapi menyangkut tentang pertanyaan prinsip dari kehidupan politik kaum muda. Berbicara mengenai politik kaum muda, ada tiga prinsip umum yang menjadi pegangan dalam mengejawantahkan politik yang bersih.

Pertama, prinsip Rasional. Prinsip rasional mengarah pada politik yang masuk akal. Kaum muda harus bersikap konsisten adil terhadap suatu politik dan tidak boleh dipengaruhi oleh pandangan-pandangan yang bersifat denominasional ataupun kepribadian. Kaum muda pada dasarnya secara historis telah dipengaruhi oleh suatu pandangan tertentu. Tetapi, hal itu tidak berarti bahwa tak satu pun dari kaum muda yang bisa menjadi pembaharu politik yang benar-benar netral dan obyektif. Ini menawarkan suatu proses rasional yang teliti.

Kedua, prinsip Pengenalan. Prinsip ini dibarengi dengan pertanyaan mengenai latar belakang dari situasi dan kondisi lokasi tempat suatu politik diberlakukan; mengapa sampai hal itu terjadi, apa yang melatarbelakangi politik turut masuk ke dalamnya. Maksud dan tujuan diberlakukannya sebuah politik bukanlah sekedar keberlangsungan masyarakat yang berbudaya, berperasaan, berkepribadian, maupun kebutuhan denominasional kita adalah kuncinya. Penerapan adalah pasangan yang tak terpisahkan dari suatu sistem politik, namun cara kerja yang tepat harus selalu mendahului suatu penerapan.

Prinsip ketiga adalah mengidentifikasi unit literatur. Setiap aksi politik adalah suatu kesatuan dokumen. Para politikus tidak memiliki hak untuk mengisolir suatu aspek kebenaran tertentu dan mengabaikan yang lain. Oleh karena itu kaum muda harus berusaha keras untuk memahami maksud dari keseluruhan pandangan politik sebelum dijalankan. 

Maksud dari bagian-bagian individual -- arah politik, target tujuan, hasil yang diharapkan -  tidak boleh menyimpang dari maksud keseluruhan pandangan politik. Pengertian ini harus bergerak dari pendekatan deduktif terhadap keseluruhan pandangan kepada pendekatan induktif terhadap bagian-bagiannya. 

Oleh karena itu, hal ini membantu kaum muda dalam menganalisa dan mengidentifikasi struktur dari setiap unit-unit pemikiran. Aksi politik yang dicanangkan hendaknya tidak menyesuaikan pendapat yang nampak saling bertentangan yaitu antara kemutlakan sebuah sistem dan dan kehendak bebas manusia, namun meneguhkan keduanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun