Surabaya, sebagai ibu kota Provinsi Jawa Timur, merupakan salah satu kota terbesar di Indonesia dengan tingkat urbanisasi yang sangat tinggi. Pertumbuhan penduduk yang pesat di kota ini didorong oleh migrasi dari daerah sekitar, terutama dari wilayah pedesaan di Jawa Timur. Faktor utama yang menarik pendatang ke Surabaya adalah peluang ekonomi, infrastruktur yang berkembang, serta statusnya sebagai pusat perdagangan dan industri di Indonesia bagian timur.
Namun, pesatnya urbanisasi juga menimbulkan berbagai tantangan, salah satunya adalah meningkatnya jumlah permukiman kumuh. Keterbatasan tempat tinggal yang terjangkau membuat banyak pendatang akhirnya menetap di kawasan padat dan tidak layak huni. Salah satu contoh nyata adalah permukiman kumuh di pesisir Kenjeran, yang masih menjadi permasalahan sosial dan ekonomi hingga saat ini.
Permukiman kumuh di Kenjeran mayoritas dihuni oleh masyarakat yang bekerja sebagai nelayan atau buruh lepas. Seiring bertambahnya pendatang dari berbagai daerah, jumlah permukiman ini terus meningkat, membawa dampak serius bagi lingkungan dan kesejahteraan masyarakat setempat.Â
Lalu, apakah keberadaan permukiman kumuh menjadi penyebab utama meningkatnya kemiskinan di Kenjeran? Atau kondisi ini justru merupakan dampak dari urbanisasi yang tidak diimbangi dengan perencanaan tata kota yang baik?Â
1. Kesehatan Masyarakat yang TerancamÂ
Salah satu dampak terbesar dari keberadaan permukiman kumuh adalah buruknya kondisi kesehatan masyarakat. Banyak kawasan di Kenjeran yang tidak memiliki sistem sanitasi memadai, sehingga limbah domestik dan industri mencemari lingkungan. Akses air bersih pun terbatas, warga sering kali mengandalkan air sumur yang kualitasnya tidak terjamin atau harus membeli air dengan harga tinggi.Â
Akibatnya, berbagai penyakit seperti diare, infeksi saluran pernapasan, dan penyakit kulit kerap menyerang warga setempat. Kondisi ini berkontribusi terhadap meningkatnya angka kemiskinan karena warga yang sering sakit kesulitan bekerja secara produktif. Biaya pengobatan yang tinggi juga semakin membebani ekonomi rumah tangga mereka. Jika tidak ada intervensi serius, tingkat kemiskinan di Kenjeran berpotensi terus meningkat.Â
2. Dampak Lingkungan yang Mengancam Mata Pencaharian
Selain masalah kesehatan, permukiman kumuh juga memberikan dampak buruk terhadap lingkungan. Sampah yang tidak terkelola dengan baik mencemari kawasan pesisir, sementara limbah rumah tangga sering kali dibuang langsung ke laut. Kondisi ini mengancam ekosistem laut dan berpengaruh terhadap hasil tangkapan nelayan dan menurunnya jumlah ikan akibat pencemaran lingkungan membuat pendapatan nelayan semakin tergerus. Akibatnya, mereka semakin kesulitan mencukupi kebutuhan hidup, yang pada akhirnya memperparah tingkat kemiskinan di wilayah tersebut.Â
3. Akses Pendidikan yang Terbatas dan Siklus Kemiskinan