Mohon tunggu...
Husni Mubarok
Husni Mubarok Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa PGSD Semester VI Universitas Islam Nahdlatul Ulama Jepara

Don't Lose Your Hope

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Strategi Pembelajaran Pendidikan Inklusif Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) pada Masa Pandemi Covid-19

19 Juni 2020   00:01 Diperbarui: 19 Juni 2020   00:49 3678
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pendidikan merupakan kebutuhan dasar yang harus dimiliki setiap manusia dalam mejamin keberlangsungan hidupnya agar lebih bermartabat. Tetapi sistem pendidikan di Indonesia belum mengakomodasi keberagaman, sehingga menyebabkan munculnya segmentasi lembaga pendidikan. Perbedaan ini menyangkut kemampuan siswa baik fisik maupun mental yang dimiliki. Akibatnya segmentasi ini lembaga pendidikan ini menghambat siswa untuk dapat belajar menghormati realitas keberagaman dalam masyarakat. 

Slogan sekolah untuk semua yang sering didengungkan pakar pendidikan, berarti semua anak bisa sekolah termasuk ABK yang dapat sekolah berbaur dengan anak-anak reguler, sistem pendidikan yang mencampurkan ABK dengan anak reguler adalah sistem pendidikan inklusif yang harus menerapkan kurikulum adaptif. Hal ini juga yang menandakan bahwa pendidikan tersebut menganut sistem berkeadilan sosial yang berprinsip pada keseimbangan dan pemerataan hak serta kewajiban bagi setiap warga negara. Pemerataan tersebut berlaku untuk semua warga negara, termasuk bagi mereka yang memiliki hambatan belajar atau berkebutuhan khusus.

Kurikulum yang digunakan di sekolah penyelenggara pendidikan inklusif harus bersifat fleksibel sesuai dengan kemampuan atau kebutuhan peserta didik (Hidayat, 2009). Kurikulum harus bersifat lentur atau fleksibel artinya adalah bahwa kurikulum itu harus bisa dilaksanakan sesuai dengan kondisi yang ada. Kondisi kurikulum yang kaku atau tidak fleksibel akan sulit diterapkan dalam proses pelaksanaan sistem pendidikan yang bersifat inklusif. Fleksibilitas kurikulum adalah program pembelajarannya bersifat dinamis, diantaranya adalah program pembelajaran individual (Individualized Education Program /IEP).

Dalam masa pandemi Covid-19 pembelajaran pendidikan inklusif harus disesuaikan dengan situasi saat ini. Perluanya modifikasi dan perubahan pembelajaran agar pembelajaran masih tetap berlanjut.  Terdapat tantangan dalam pembelajaran pendidikan inklusif pada masa pandemi Covid-19 kepada anak berkebutuhan khusus. Salah satunya adalah mengenai cara guru dalam menyelenggarakan proses belajar mengajar yang tidak dilakukan secara tatap muka langsung. Guru harus menyesuaikan kurikulum pendidikan inklusif pada masa pandemi ini. Tentunya tidak mudah menghadapai perubahan situasi belajar mengajar dan kondisi belajar yang dilakukan dari rumah masing-masing. 

Dibutuhkan pendekatan pembelajaran yang baru dalam pendidikan inklusif selama belajar mandiri dari rumah. Hal ini dibutuhkan peran orang tua, kerabat, atau pendamping belajar anak berkebutuhan khusus. Orang tua atau pendamping belajar harus paham dalam penggunaan teknologi digital guna mendukung kegiatan belajar dirumah.

 Dikutip dari Seminar Online pembelajaran ABK saat pandemi Dr. Joko Yuwono, M.Pd dari Dosen PLB UNS menyebutkan anak berkebutuhan khusus terdapat 3 kondisi yang berbeda yakni menyangkut produktivitas, kemandirian, dan mengisi waktu luang. Anak dikelompokkan pada kondisi ringan, sedang, dan berat. Perlakuan yang diterapakan berbeda pada masing-masing tingkatan. 

Kemandirian pada ABK di jenjang pendidikan sekolah dasar pada masa pandemi Covid-19 ini anak dapat mengembangkan keterampilan-keterampilan yang dimilikinya dengan bimbingan orang tua. Setelah mempunyai keterampilan yang dapat dikembangkan, ABK bisa lebih produktivitas untuk menghasilkan suatu karyanya melalui keterampilan yang telah dikuasai ABK tersebut. Waktu luang bagi ABK dapat dimanfaatkan untuk melatih mental yang positif seperti anak diajak untuk bermain dengan keluarga sehingga ABK merasa dihargai dan bisa lebih percaya diri.

Terdapat beberapa hal yang bisa dilakukan oleh orang tua anak ABK dalam menerapkan pembelajaran di rumah yakni, pertama orang tua harus berkolaborasi dan berkerjasama dengan pihak sekolah dalam pembelajaran. Kedua, laksanakan arahan dari pihak sekolah dan sesuaikan dengan kondisi situasi pada anak. Ketiga, kenali sumber daya yang ada dirumah, hal ini bisa terkait media pembelajaran dan bahan ajar yang digunakan dalam pembelajaran.

 Keterlibatan pemerintah, orang tua, masyarakat sangat penting dalam mewujudkan pendidikan inklusif yang ramah untuk semua, terlebih saat pandemi Covid-19 saat ini. Kolaborasi guru dan orang tua sangat dibutuhkan dalam mengembangkan sistem pendidikan yang dapat memberi jalan keluar di masa pandemi Covid--19,  bagi pendidikan anak berkebutuhan khusus dimanapun berada. Pemerintah sebagai pembuat kebijakan, dapat berkontribusi baik moril maupun materiil, dan pro pada peningkatan pendidikan anak-anak berkebutuhan khusus di Indonesia. Membuat kebijakan pada sistem kurikulum anak berkebutuhan khusus dalam setting inklusif, bagaimana pelaksanaan proses pembelajaran sampai ujian nasional dan hal yang berkaitan dengan kebijakan lainnya.

Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Suharsiwi pada tahun 2016 di SD Semut-Semut Kelapa Dua Depok yang berjudul Adaptasi Kurikulum Pendidikan Inklusif Siswa dengan Hambatan Sosial Emosional di Sekolah Dasar, bahwa anak ABK memang memiliki tingkat sosial emosional yang berbeda. Untuk itu seorang guru wali dengan guru pembimbing dapat memahami karakteristik anak terlebih dahulu sebelum merancang pembelajaran. 

Program kegiatan pembelajaran yang dapat dilakukan anak ABK yaitu, program IEP ( Individual Educational Program ) yang dimaksudkan sebagai program pendidikan individual. IEP adalah program yang dirancang untuk memfasilitasi kebutuhan ABK mengingat kemampuan anak tidak bisa disamakan dengan usia kronologisnya, baik berkaitan dengan kemampuannya maupun gaya belajarnya dan juga disesuaikan dengan karakteristik kebutuhannya yang istimewa. Dimana di atas sudah dijelaskan bahwa orang tua bisa mendampingi anaknya dalam belajar sesuai dengan apa yang telah diarahkan oleh gurunya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun