Mohon tunggu...
Den Ciput
Den Ciput Mohon Tunggu... Penulis - I'm a writer...

Just Ordinary man, with the Xtra ordinary reason to life. And i'm noone without God.. http://www.youtube.com/c/ChannelMasCiput

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Artikel Utama

"Electric Vehicle" Kendaraan Masa Depan, Bagaimana Nasib Kendaraan Konvensional?

19 Januari 2021   20:19 Diperbarui: 23 Januari 2021   02:51 979
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi mobil listrik. (foto: KOMPAS.com/Ruly)

Awal Mobil listrik

Satu saat, para pengendara kendaraan bermotor baik roda dua maupun lebih ( tiga, empat dan seterusnya) tidak akan melihat pemandangan tachometer (pengukur putaran mesin) pada dashboard. 

Karena kendaraan mereka tidak menggunakan lagi mesin dengan system pembakaan dalam yang mengandalkan putaran mesin untuk performa tertentu. 

Tidak pula melihat posisi tingkat percepatan pada persneling kendaraan karena gearbox konvensional tidak lagi diperlukan, dan digantikan dengan system perpindahan tenaga menjadi single gear ratio. Tak ada pula indikator bahan bakar. Sebagai gantinya, hanya informasi jumlah cadangan energy dalam baterai.

Kedepannya, kita tidak akan mendengar lagi raungan mesin dari Muscle car yang menambah kesan maskulin ketika berkendara. Ke depannya, satu hal yang jelas, pabrik knalpot bakal bangkrut, atau alih usaha.

Nantinya jalanan akan terasa jauh lebih senyap, walah ramai sekalipun, karena mobil listrik nyaris tanpa suara. Hanya suara gesekan suara ban dan aspal. Saat itu, sudah tak ada lagi SPBU. Juga penjual bensin dipinggir jalan. Tak ada pula asap kendaraan yang kadang bikin sesak nafas.

Kinerja dan kelebihan mobil listrik

Secara kasat mata, mobil listrik tidak jauh berbeda dengan mobil konvensional. Tapi ada perubahan yang sangat besar ketika kita menilik sumber tenaga dan material body (sasis) yang ringan. Artinya, tidak ada lagi bongkahan mesin seperti pada kendaraan konvensional. 

Sebagai gantinya, ada beberapa motor listrik yang menyambung langsung ke roda, baik roda depan  ( Front wheel drive), belakang  ( Rear whell drive), atau semuanya ( All Wheel drive). Gearbox absen.

Seperti saya tulis diatas, mobil listrik memakai single gear ratio. Dengan begitu penyaluran tenaga dari sumbernya ( Motor Listrik) lebih efektif dan efisien. 

Tidak ada energi yang terbuang akibat gesekan antar logam pada system transmisi yang biasa terjadi pada mobil konvensional yang menjadi salah satu sumber pemborosan pada kendaraan konvensional.

Efisiensi lainnya didapat dari ketiadaan system idle. Artinya kalau mobil tidak berjalan mesin juga tak  menyala. Energi keluar hanya ketika mobil jalan. Pada kondisi macet, konsumsi listrik jauh lebih berkurang. Karena motor listrik mati, dan (energi) hanya dipakai untuk menyalakan sistem kelistrikan seperti AC, audio, dan lain-lain.

Awal mobil listrik

Sejarah mobil listrik sebenernya dimulai jauh pada masa lampau, yaitu pada tahun 1828 (dibuat oleh Anyos Jedlik) sampai dengan tahun 1900. Jauh sebelum  pendirian pabrik mobil pertama, Daimler-Benz tapi proyek mobil listrik tidak berlanjut karena pertimbangan cost yang mahal, serta kecepatan mobil listrik tak sekencang mobil internal combustion. 

Karena teknologi dibidang kelistrikan belum secanggih sekarang, komputer yang menjadi alat bantu pun belum bisa banyak membantu, selain karena memang belum ditemukan. (Komputer praktis pertama ditemukan pada tahun 1942 dalam bentuk kalkulator). 

Hal lain yang menjadikan kendaraan listrik tidak efisien pada masa itu adalah bobot Baterai dan bodi yang berat.

Jadi kalau bicara mengenai efektifitas penggunaan tenaga listrik sebagai sumber penggerak sebuah kendaraan (saat itu), ya masih kalah dengan mesin internal combustion yang lebih bertenaga dan efisien. 

Inilah kenapa waktu itu mesin internal combustion dipilih manusia untuk menjadi sumber penggerak kendaraan.

Mobil listrik era modern.

Seiring dengan makin berkembangnya  sistem penyimpanan energi listrik yang canggih (bobot baterai yang makin ringan dan mampu menyimpan banyak cadangan listrik) sehingga membuat daya jelajah kendaraan listrik lebih jauh, menjadikan pertimbangan produsen mobil dunia untuk memproduksi kendaraan listrik. 

Setidaknya pada tahun 1996 munculah mobil listrik yang diproduksi dan dijual massal untuk pertama kali. Adalah General Motor yang mencoba menawarkan kendaraan yang di namai EV1. Tapi sayang, produksi EV1 terhenti pada tahun 1999.

EV1 dijual hanya di dua negara bagian di Amerika, yaitu Arizona dan California. Dengan total penjualan mencapai 2500 unit, saya secara pribadi berfikir EV1 mengalami kendala berupa dukungan pengisian baterai.

Sebenarnya GM EV1 hanya segelintir dari sekian banyak produsen kendaraan yang mencoba peruntungan memproduksi mobil listrik, Toyota RAV pun ada yang versi listrik yang disebut RAV4-EV. Honda, Nissan, Chrysler pun sudah mencoba, dan semua berakhir dengan alasan sama: EFISIENSI yang menjadi pertimbangan!

Sampai pada tahun 2003 didirikan Tesla di Palo Alto, California. Tesla mengubah mindset masyarakat mengenai mobil listrik yang tidak efisien dengan meluncurkan mobil listrik teknologi canggih yang sanggup menempuh jarak lebih dari 300 km dalam sekali isi baterai hingga penuh.

Urusan efisiensi bisa diselesaikan dengan membuat body/ sasis kendaraan dari material berbahan ringan. Teknologi canggih sekelas pesawat pun disematkan pada semua model Tesla, yaitu sistem auto pilot!

Mobil listrik di Indonesia

Di tanah air BMW memproduksi mobil full electric, yaitu BMW i3. Selain BMW, tentu saja Tesla sebagai pelopor mobil listrik dan sebagai pemain baru di pasar otomotif ikut jualan. Bukan hanya dua merk itu, bahkan Smart pun juga meramaikan pasar mobil listrik tanah air.

Masalahnya sampai disini adalah kendala harga mobil listrik yang mahal, terbatasnya stasiun pengisian kendaraan listrik umum. Sejauh ini PLN baru membangun sebanyak 21 SPKLU yang tersebar di sejumlah kota-kota besar pulau Jawa dan Bali. Hal inilah yang menjadikan mobil listrik hanya diminati di kota-kota besar. 

Meski dari listrik rumah bisa juga diisi, masalahnya kadang yang jadi kendala kalau kita berpergian keluar kota. Walau pun daya jangkau mobil listrik sekali isi (penuh) bisa diatas 300 kilometer.

Foto : SPKLU di Jakarta. (Sumber: CNN Indonesia)
Foto : SPKLU di Jakarta. (Sumber: CNN Indonesia)
Okelah, soal harga bagi sebagian orang bukan masalah besar, toh selain merk 'mahal' yang saya tulis diatas, toh ada Hyundai yang menyerang dengan jurus 'mobil listrik murah' dengan meluncurkan Hyundai Kona electric dan Hyundai Ionic. 

Dan saya yakin, produsen lain pun tak akan tinggal diam, terutama pemain besar dari Jepang macam Toyota, Honda, Nissan. 

Toh sekarang mereka sudah mengawali dengan jualan mobil Hibrid, sebagai langkah awal pada masa peralihan antara mobil konvensional ke mobil elektrik. Karena yang paling memungkinkan untuk dimiliki tanpa harus repot nge-charge baterai ya mobil hibrid. 

Hal-hal tersebut diatas yang menjadikan keberadaan mobil listrik masih sangat terbatas. Tapi seiring berjalannya waktu, ketika stasiun PKLU ( pengisian Kendaraan Listrik Umum) sudah tersebar, saya yakin, kendaraan listrik akan menggantikan mobil dengan sistem pembakaran dalam.

Apakah nantinya mobil konvensional dengan sistem pembakaran dalam masih ada, atau punah begitu saja dan masuk museum?

Jawabannya sederhana, selama beberapa negara di dunia ini masih memproduksi minyak dan menjadikannya komoditi sebagai penghasil devisa, dengan berbagai cara akan mencegah agar kendaraan listrik tak buru-buru menggantikan kendaraan kovensional. Nanti minyaknya mau dijual kemana? Kere lagi dong!

Seperti hal-nya sebuah pernikahan, walau suami istri sudah tidak saling cinta, tapi setidaknya ada kepentingan untuk saling mempertahankan rumah tangganya. Yang jelas kepentingan itu bukan soal cinta, tapi anak ( dan ekonomi), kere lagi dong!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun