Ada fase kering, fase sepi, fase di mana kita harus berdiri sendiri, kokoh dengan akar yang menghujam bumi, meski tanpa mahkota yang indah.Â
Di tengah kesendiriannya, ia tetap memiliki fungsi : sebagai penanda, sebagai peneduh bagi mereka yang melintas, dan sebagai tempat bertumpu bagi tanaman liar yang merambat. Bahkan dalam ketelanjangan, ia tetap bermanfaat.Â
Saat saya kembali melanjutkan perjalanan, perasaan hangat membuncah. Kehangatan itu bukan hanya karena cuaca, tapi karena sapa akrab dan senyum tulus dari warga desa yang saya temui.Â
Tatapan santun dan keramahan mereka seolah menjadi 'daun' baru yang menutupi ranting-ranting kering di jiwa yang kadang lelah. Inilah esensi Angkinang : perpaduan sempurna antara alam yang menenangkan dan hati manusia yang menghangatkan.Â
Perjalanan singkat ini mengajarkan saya bahwa cinta sejati terletak pada kemampuan kita untuk melihat keindahan bahkan dalam hal yang kering dan sunyi.Â
Pohon itu, Dusun Pakuan Pematang ini, adalah pengingat bahwa di setiap kepingan tanah yang kita pijak, selalu ada kisah yang menunggu untuk direnungi. Terima kasih, Kabupaten HSS. Engkau adalah sumber ketenangan yang tak pernah kering. (ahu)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI