Mohon tunggu...
Jurnalis Cendekia
Jurnalis Cendekia Mohon Tunggu... Aktivis-Ekonom-Penulis

Cogito Ergo Sum ; Aku berpikir maka aku ada.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Membangun Ekonomi Hijau Melalui Agropolitan: Integrasi Pertanian, Agribisnis, dan Urban Linkage

5 Oktober 2025   18:31 Diperbarui: 5 Oktober 2025   19:12 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari segi Sumber Daya Manusia (SDM), Wilayah perdesaan Indonesia tidak kekurangan potensi, mereka hanya membutuhkan pengetahuan dan keterampilan baru yang sesuai dengan tuntutan ekonomi modern. Karakteristik budaya masyarakat desa yang telah mengakar, seperti keteguhan pada nilai-nilai adat, kegigihan dalam bekerja, saling menghargai, kejujuran, serta semangat gotong royong, merupakan modal sosial yang sangat kuat. Nilai-nilai ini telah menjadi fondasi kehidupan masyarakat perdesaan selama berabad-abad, dan justru dapat menjadi katalis untuk mempercepat transformasi menuju model agropolitan yang berkelanjutan. Dengan pendampingan teknologi, akses pendidikan vokasi, dan pelatihan agribisnis yang tepat, masyarakat desa Indonesia memiliki peluang besar menjadi penggerak utama ekonomi hijau nasional.

Untuk memperkuat ekosistem agropolitan, diperlukan insentif fiskal dan akses pembiayaan inklusif. Program Kredit Usaha Rakyat (KUR) pertanian, dana desa produktif, dan skema investasi hijau dapat diarahkan untuk mendukung petani, UMKM pengolahan hasil, hingga startup agritech di desa. Pendekatan kolaboratif antara pemerintah, swasta, dan komunitas menjadi kunci agar nilai ekonomi tidak bocor keluar dari wilayah desa.

Salah satu aspek paling menarik dari konsep ini adalah peluang besar bagi petani milenial. Dengan dukungan pelatihan digital farming dan ekosistem e-commerce pertanian, agropolitan dapat menjembatani semangat kewirausahaan muda dengan kebutuhan sektor pangan. Kementerian Pertanian menargetkan lahirnya 2,5 juta petani milenial hingga 2025, dan kawasan agropolitan bisa menjadi ruang tumbuhnya generasi baru tersebut.

Dari perspektif bisnis, agropolitan membuka peluang rantai nilai yang lebih baik. Investasi di sektor pascapanen seperti cold storage, packaging, hingga logistik mikro menciptakan efek domino ekonomi. Desa menjadi sentra produksi sekaligus pusat distribusi, memotong rantai pasok panjang yang selama ini merugikan petani, adanya jarak yang jauh antara derah penghasil bahan baku (pedesaan) dan Industri yang cenderung berada di wilayah perkotaan sehingga mengakibatkan biaya distribusi yang tinggi. Oleh karena itu model agropolitan ini juga memperkuat ketahanan pangan lokal sekaligus menekan emisi karbon dari transportasi jarak jauh.

Meski demikian, masih banyak tantangan yang harus dijawab. Fragmentasi lahan, akses modal terbatas, serta fluktuasi harga komoditas menjadi hambatan klasik. Oleh karena itu, agropolitan perlu didukung dengan kebijakan inovatif dengan memformalisasi sektor pertanian seperti adanya asuransi pertanian, kontrak farming, dan sistem informasi pasar real-time agar petani dapat berproduksi dengan kepastian ekonomi yang lebih tinggi.

Untuk mempercepat implementasinya, pemerintah daerah dapat menyusun peta jalan agropolitan yang mencakup pembangunan infrastruktur dasar, penguatan kelembagaan lokal, dan digitalisasi layanan pertanian. Program ini perlu disertai pengawasan partisipatif masyarakat agar tetap inklusif dan akuntabel. Kolaborasi antara universitas, lembaga riset, dan komunitas desa juga penting untuk memastikan transfer teknologi berjalan efektif.

Konsep agropolitan adalah gambaran masa depan desa yang berdaya dan hijau. Ia menawarkan visi ekonomi yang tumbuh tanpa merusak lingkungan, menghubungkan desa dan kota dalam harmoni pembangunan yang berkelanjutan. Jika dijalankan dengan konsisten, agropolitan bukan hanya akan memperkuat ketahanan pangan nasional, tetapi juga menjadi fondasi bagi ekonomi hijau Indonesia yang mandiri, adil, dan tangguh menghadapi perubahan zaman.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun