Mohon tunggu...
Farhan Haidar Rahmatian
Farhan Haidar Rahmatian Mohon Tunggu... Freelancer - Amateur

Khoirunnasi anfa'uhum linnasi

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Wisata Halal, Islamisasi Pariwisata atau Komersialisasi Label Halal?

15 November 2017   23:42 Diperbarui: 16 November 2017   11:41 7105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aceh, salah satu kota di Indonesia yang jadi destinasi ramah wisatawan muslim|Sumber: Serambi Indonesia/Nurul Hayati

Contoh wisata halal

Sebenarnya destinasi wisata halal tidak bisa dispesifikan, hanya saja wisata halal ini sebagaimana konsep dan karakteristiknya. Didalam kegiatan wisata halal ini harus ada fasilitas yang menunjang kebutuhan wisatawan muslim seperti: menyediakan makanan halal, fasilitas shalat, fasilitas di kamar mandi untuk berwudhu, arah kiblat di kamar hotel, informasi waktu sholat, pelayanan saat bulan Ramadan, pencantuman label tidak halal untuk mengetahui produk yang tidak bisa dikonsumsi oleh muslim, dan fasilitas rekreasi yang memisahkan antara pria dan wanita. Bisa juga ditambahkan interpretasi objek wisata yang dimasukan unsur nilai-nilai islam sebagai pengingat dan renungan bagi muslim..

Islamisasi wisata atau komersilisasi label halal?

Apakah wisata halal ini salah satu bentuk dari islamisasi? Beberapa orang berpandangan bahwa adanya wisata halal ini justru mengkotak-kotakan wisata dan membatasi pasar wisatawan. Didalam Islam kurang pas jika dikatakan Islamisasi, lebih pas itu dakwah, dengan tujuan menebar kebenaran dan kebaikan. Pada dasarnya tren wisata halal ini tidak bertujuan untuk membatasi tetapi malah menambah dan memperluas pasar wisatawan bagi muslim yang sebelumnya khawatir saat melakukan perjalanan wisata karena banyak image negative terkait pariwisata, kini mereka tidak khawatir karena kebutuhan mereka akan terjamin. Disamping itu bagi wisatawan non-muslim pun bisa menjadi opsi untuk kegiatan wisata mereka karena memang tidak dibatasi hanya untuk wisatawan muslim dan ini pun menjadi daya tarik tersendiri bagi mereka.

Atau bentuk dari komersilisasi label halal? Mungkin bagi sebagian orang label halal tidak penting bahkan ada yang beranggapan bahwa label halal itu hanya akal-akalan MUI untuk mendapatkan keuntungan. Bagi yang tidak mempelajari Islam hal ini sangat lumrah tetapi bagi muslim yang taat, mereka akan berhati-hati dalam memilih produk sesuai dengan anjuran ajaran agama islam.

Contoh dalam proses sertifikasi label halal pada produk makanan ada beberapa tahap yang harus diuji, seperti cara pemotongan hewan, asal-usul mendapatkan bahan-bahan makanan, bahan makanan yang digunakan, alat-alat yang digunakan hingga penyajiannya. Begitupun sertifikasi label halal dalam produk wisata lainnya, semua itu harus sesuai dengan ajaran islam.  Memang terlihat sangat ribet, tetapi itulah kebutuhan yang harus dipenuhi untuk memenuhi gaya hidup muslim sesuai ajaran islam.

Jadi, wisata halal ini bukanlah bentuk islamisasi wisata ataupun komersilisasi lebel halal, melainkan salah satu bentuk upaya untuk memenuhi kebutuhan wisatawan dalam setiap kegiatan wisata terkhusus bagi wisatawan muslim.

Bagaimana menurutmu?

Ayo bergaya hidup islami dengan wisata halal!

Terus, kapan halal sama kamunya? *ehh :))

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun