Mohon tunggu...
Christian Jati
Christian Jati Mohon Tunggu... Jurnalis - Humas Yayasan Tarakanita Surabaya

Humas Yayasan Tarakanita Surabaya | FB: Yayasan Tarakanita Wilayah Surabaya | Youtube: Humas Tarakanita Surabaya | Email: humastarakanitasby21@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Who Am I?

24 November 2020   13:50 Diperbarui: 24 November 2020   14:56 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dari kiri ke kanan: Frater Lumen, Frater Aloy, Frater Leo|Dokpri

Surabaya -- Sekolah tidak hanya menanamkan ilmu pengetahuan, tetapi juga pendidikan karakter. Anak-anak dididik untuk memiliki berbagai karakter seperti kedisiplinan, kejujuran, daya juang, keadilan, dan lain sebagainya. Semuanya itu membantu anak-anak untuk menjadi pribadi yang utuh (berintegritas).

Hal yang sama terdapat di SMP Santo Yosef Tarakanita Surabaya. Dalam rangka mendidik anak supaya menjadi pribadi yang utuh, SMP Santo Yosef membina aspek spiritualitas juga. Itu tampak dalam rekoleksi yang diadakan secara virtual via telekonferensi Zoom pada Selasa, 24 November 2020.

Rekoleksi ini diberikan untuk siswa/i kelas IX. Acara dibagi dalam dua sesi, yakni sesi pertama untuk kelas IX A dan IX B (pukul 07.30 -- 09.30 WIB) dan sesi kedua untuk kelas IX C dan IX D (pukul 10.00 -- 12.00 WIB).

Menarik bahwa yang menjadi nara sumber dalam rekoleksi ini adalah para frater alumni dari SMP Santo Yosef Tarakanita Surabaya. Mereka adalah Frater Leo, Frater Aloy, dan Frater Lumen. Frater Leo dan Frater Aloy lulus dari SMP Santo Yosef pada tahun 2011, sementara Frater Lumen lulus tahun 2013. Ketiganya kini menempuh pendidikan calon pastor di Seminari Tinggi Providentia Dei, Pakuwon City, Surabaya.

"Hari ini adalah hari yang sangat spesial karena kelas IX adalah penghujung di SMP. Satu tingkat atau satu semester lagi sudah berada di SMA. Kalian bukan anak-anak lagi. Sudah memasuki remaja akhir. Isilah waktu dan nikmatilah sebaik-baiknya. Rekoleksi ini juga untuk membangun keutuhan kalian," kata Margaretha Ilin Ubayanti (Kepala SMP Santo Yosef Tarakanita Surabaya) dalam pengantarnya.

Para frater memberikan tag line untuk menambah semangat anak-anak, "Rekoleksi 2020: Cerdas.. Berintegritas.. SMPK Santo Yosef: Ahh, Mantap!!"

Rekoleksi ini mengambil tema "Who Am I?". Para frater mengajak anak-anak untuk semakin mengenal dirinya sendiri dengan berangkat dari keluarga masing-masing.

Untuk membantu anak-anak agar semakin mengenal dirinya masing-masing, frater telah membagikan formulir online satu hari sebelum rekoleksi dilaksanakan. Anak-anak diajak untuk membagikan gambaran dirinya melalui formulir itu.

Ada Alfrado yang menggambarkan dirinya sebagai pantai yang tenang dan santai. Ada Nadine yang menggambarkan diri sebagai air yang mendidih karena di bawahnya ada api yang bernyala. Bagi Nadine, ia adalah orang yang membutuhkan dukungan agar terus bersemangat.

Nadine yang menggambarkan diri sebagai air mendidih.|Dokpri
Nadine yang menggambarkan diri sebagai air mendidih.|Dokpri

Berbeda lagi dengan Rachel yang menggambarkan diri sebagai akar pohon. Akar berusaha berkembang hingga pohon menghasilkan buah yang baik. Pertumbuhan selalu membutuhkan proses. Rachel ingin menjadi akar agar bisa berkembang, berproses, dan menghasilkan buah yang baik.

"Kasih Tuhan begitu besar kepada kita anak-anaknya. Kehadiran orang tua dan saudara memberikan kebahagiaan dan sukacita. Itu menjadikan kita sempurna dan berharga di mata Tuhan," ucap Frater Leo.

Selain tentang keluarga, para frater juga menyampaikan materi tentang pendidikan. Menurut Frater Aloy, keluarga dan sekolah memiliki kaitannya, "Keluarga sebagai awal pendidikan kemudian disambung dengan pendidikan di sekolah dengan para guru, teman-teman, dan para karyawan."

"Pendidikan itu membebaskan. Ketika sudah belajar banyak hal, kita bebas berekspresi dan menentukan banyak hal. Dengan belajar kita bisa menyalurkan ilmu kepada orang lain," tambah Frater Lumen.

Para frater membawakan rekoleksi dengan banyak selingan sehingga anak-anak tidak jenuh, di antaranya menyanyi bersama, memutar video tentang motivasi dan makna orang tua yang sangat berharga bagi anak-anak, dan juga menampilkan video orasi dari Keisha yang telah memenangkan Juara II Lomba Orasi Se-Jawa Bali. Orasi Keisha menjadi penyemangat teman-temannya untuk mencintai budaya sopan santun.

Keisha saat menampilkan orasinya.|Dokpri
Keisha saat menampilkan orasinya.|Dokpri

"Hidup ini suatu pilihan. Apa yang kamu putuskan menentukan masa depanmu. Hidup ini bukan melulu tentang hasil, tetapi tentang proses. Apapun hasilnya, yang terpenting adalah menghargai proses. Who Am I? Bagaimana diriku dan aku ingin menjadi seperti apa?," demikian closing statement dari Frater Aloy saat menutup rekoleksi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun