Mohon tunggu...
Humas FISIP UNNES
Humas FISIP UNNES Mohon Tunggu... Universitas Negeri Semarang

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Negeri Semarang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menggali Jejak Keagamaan Awal Nusantara Lewat Prasasti dan Naskah Kuno

18 Oktober 2025   21:40 Diperbarui: 18 Oktober 2025   20:46 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Laboratorium Sejarah FISIP menggelar kuliah umum bertema "Institusi Keagamaan di Indonesia Periode Awal melalui Pendekatan Epigrafis dan Filologis", Kegiatan ini menghadirkan dua pakar internasional, Titi Surti Nastiti, peneliti senior dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), dan Prof. Arlo Griffiths dari L'cole Franaise d'Extrme-Orient (EFEO). Kedua pembicara membahas warisan budaya tulis dan sistem keagamaan pada masa awal sejarah Indonesia melalui sumber prasasti dan naskah kuno.

Dalam pemaparannya, Titi Surti Nastiti menjelaskan bahwa transformasi dari budaya lisan ke budaya tulis menandai babak penting dalam perkembangan peradaban Nusantara. Ia menguraikan perkembangan aksara dari Pallawa, Kawi, hingga Ngar sebagai bukti kemajuan sistem komunikasi dan pengetahuan pada masa lampau. "Aksara Pallawa dari abad ke-4 hingga ke-5 Masehi menjadi aksara tertua di Indonesia, seperti yang ditemukan di Kutai dan Tarumanagara," ujarnya, Jumat (17/10/2025), di Aula Gedung C7 FISIP UNNES, Sekaran, Gunungpati, Semarang.

Sementara itu, Prof. Arlo Griffiths menyoroti pentingnya sumber epigrafis dalam memahami pemerintahan Raja Airlangga (1021--1049 M). "Dua prasasti penting dari masa Airlangga, yakni Prasasti Cane dan Prasasti Munggut, menunjukkan pusat pemerintahan di utara Sungai Brantas," jelasnya.

Namun, ia juga menekankan tantangan penelitian, seperti manipulasi teks dalam salinan Majapahit dan kerusakan material prasasti. "Setiap sumber perlu dievaluasi secara case by case untuk menjaga otentisitas," tambahnya.

Melalui kegiatan ini, Laboratorium Sejarah memperkuat perannya dalam pengembangan riset berbasis filologi dan arkeologi. Pendekatan ilmiah terhadap peninggalan sejarah tersebut sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG) 4: Pendidikan Berkualitas dan SDG 11: Kota dan Komunitas Berkelanjutan, khususnya pada aspek pelestarian warisan budaya dan peningkatan literasi sejarah.

Kuliah umum ini menjadi ruang bagi mahasiswa dan akademisi untuk memahami pentingnya dokumentasi budaya dalam membangun identitas nasional sekaligus menjaga kesinambungan ilmu pengetahuan lintas generasi.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun