Mohon tunggu...
Rio Estetika
Rio Estetika Mohon Tunggu... Freelancer - Dengan menulis maka aku Ada

Freelancer, Teacher, Content Writer. Instagram @rioestetika

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Solusi Atas Ragam Reaksi Teologis Menyikapi Covid-19

27 Maret 2020   22:48 Diperbarui: 30 Maret 2020   14:34 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora Aesthetic-- Badai Covid-19 (Corona) belumlah berlalu  dan upaya untuk melawannya  terus dilakukan, semua elemen turut memberikan kontribusinya. 

Pemerintah, ulama, dan ilmuan bahu membahu menjaga keselamatan umat manusia dengan mendayagunakan segala kemampuan dan upaya menghilangkan dampak terburuk dari pandemi Covid-19. 

Namun, ada masalah serius dibalik Covid-19 ini. Covid-19 ternyata juga menjadi medan tempur yang empuk bagi paham-paham teologi yang membuat nalar berfikir masyarakat kacau sehingga sulit mengambil langkah tegas dalam kondisi saar ini.

Merangkum dari pernyataan Ustadz Faturrahaman Kamal, Ketua Majelis Tabligh PP Muhammadiyah. "Kelompok menyimpang NEO-JABARIYAH "membajak" dalil-dalil agama agar umat mengambil sikap fatalistik dan tak perlu berikhtiar untuk kemaslahatan hidup dan kemanusiaan. 

Sementara kelompok menyimpang ULTRA-QADARIYAH dengan keangkuhan dan arogansi intelektualnya menyeru umat untuk menyatakan bahwa Covid-19 menunjukkan kelemahan Tuhan, bahkan lebih jauh lagi kesesatan mereka dengan mengatakan Tuhan tak pernah ada, hanya ilusi dan khayalan manusia".

Implikasi dari suburnya pemahaman di atas memunculkan ragam reaksi teologis masyarakat dalam menyikapi Covid-19. Misalnya terkait dengan fatwa MUI berkaitan dengan pelaksanaan ibadah di masa KLB/darurat Covid-19, yaitu pelaksanaan shalat Jumat bisa digantikan dengan shalat Dhuhur di rumah, menutup sementara masjid (lockdown masjid). 

Berdasarkan diskusi-diskusi kecil yang saya temukan, masyarakat memberikan ragam reaksi. Diantara argumen yang saya temukan, "kebijakan menutup masjid sebagai upaya untuk melawan pandemi Covid-19 merupakan tindakan "riddah" (kemurtadan), dan menyatakan kekafiran". 

Ada pula yang berpendapat begini, "Lho, kita kan mau dapat pahala shalat jamaah kok dihalangi. Toh mati itu ditangan Allah, bukan karena Corona." Begitulah beberapa sampel reaksi masyarakat yang di dalam alam pikiran mereka tertanam konsep-konsep pemahaman teologis jabariyah maupun qodariyah.

Sesat Pikir Terhadap Himbauan Shalat di Rumah Masing-Masing

Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat mengeluarkan fatwa terkait tata laksana ibadah praktis di masa KLB/darurat Covid-19; lalu ditegaskan dan didukung oleh fatwa-fatwa dari Ormas-Ormas Islam terkemuka di tanah air seperti Muhammadiyah, NU, Persatuan Islam (Persis), Wahdah Islamiyah, 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun