Mohon tunggu...
Hukum Hindu (Mertamupu)
Hukum Hindu (Mertamupu) Mohon Tunggu...

Akun sebelumnya www.kompasiana.com/mertamupu. \r\nID Facebook:facebook.com/mertamupu .\r\nAkun sekarang www.kompasiana.com/mertamupu.co.id

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Sivarātri Di India Dan Di Bali Sebuah Kajian Banding

17 Januari 2012   15:06 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:46 672
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock



I Wayan Sudarma, S.Ag – Kota Bekasi


"Atyantādhika ning bratanya
taya kājar denikang rāt kabeh,
manggeh ling nikang ādisastra
Shivarātri punya tan popama"

Shivarātrikalpa. 12.1.

(Sangat utama Brata Sivarātri telah diajarkan kepada dunia dan sastra-sastra utama selalu menekankan keutamaan Shivarātri tiada bandingnya)


A. Sumber ajaran Sivarātri.

Sumber ajaran Shivarātri di Indonesia adalah sama yakni kitab-kitab Purāna. Pemujaan kepada Shiva sebagai dewata tertinggi memang mulai dan mengalami masa kejayaan pada jaman dituliskannya kitab-kitab Purāna. Sebagai dimaklumi pada kitab suci Veda pemujaan kepada dewa Shiva belum begitu menonjol atau menjadi satu dewa Istadevatā yang dominan. Pada kitab-kitab Purāna, kedudukan dewa-dewa yang dominan dalam Veda seperti : Agni, Indra, Vāyu dan Sūrya digantikan oleh Brahma, Visnu dan Shiva (Wilkin, 1975 : 92, Bhattacharji, l988 : 3).

Usaha untuk menemukan sumber asli dari kitab Shivarātrikalpa, satu-satu kakawin yang secara gamblang memberikan keterangan tentang Shivaratri di Indonensia, telah dilakukan oleh Teeuw dan kawan-kawan (l969) dan menyatakan bahwa kakawin ini sangat dekat dengan kitab Padmapurāna dibandingkan dengan Purāna yang lain (l969 : 186) seperti Skandapurāna, Shivapurana, Agnipurāna atau Garudapurāna.

Untuk menambah luasnya wawasan kita tentang sumber - sumber ajaran Shivarātri atau Shivarātrivrata yang di dalam Shiva Purāna disebut juga dengan nama Shivacaturdasi (Shastri, Vol.2, Part II, p.1063), ada baiknya kita bahas secara sepintas sumber-sumber tersebut, sebagai berikut :


1. Shivapurana

Pada topik Vidyasvarasaýhitā, Shiva menyatakan diri-Nya sebagai Tuhan Yang Mahaesa dan menganugrahkan Brata Shivarātri yang sangat utama (Shastri, Vol.1, Part I, p.60), selanjutnya pada topik Rudrasamhita (XVIII, 1-50), dijelaskan bahwa Gunnidhi, putra Diksita Yajñadatta telah melakukan dosa, yakni tidak kuasa menahan laparnya, mereka mengunjungi sebuah pura Shiva, pada saat itu kebetulan upacara perayaan shivarātri sedang berlangsung. Gunanidhi sempat melihat dari luar perayaan yang berlangsung meriah itu dan tidak disadari air liurnya menetes menyaksikan berbagai jenis makanan yang dipersembahkan. Selesai upacara ternyata lampu mulai gelap, suasana pura sangat sepi karena umat yang habis melaksanakan persembahyangan, kelelahan dan langsung tertidur di halam dalam pura. Dengan langkah pelan-pelan sambil mengamati orang yang sedang tidur ia mencuri makanan yang baru dipersembahkan. Ternyata perbuatannya diketahui oleh beberapa orang umat yang tidak sengaja sempat diinjak oleh Gunanidhi, mengakibatkan orang berteriak dan lampu dinyalakan dengan terang dan Gunanidhi sempat melarikan diri. Ketika ia meninggal rohnya dijemput oleh Yamabala (tentara dewa Yama) dan bersamaan pula para Gana (tentara dewa Shiva) menjemput yang bersangkutan, terjadi tarik-menarik dan perkelahian yang berimbang dan pada saat yang bersamaan dewa Yama dan Shiva muncul di tempat itu. Pertempuran dihentikan dan dewa Shiva menjelaskan, sekalipun Gunanidhi seorang pencuri, karena pada saat itu dilakukan pada hari Shivaratri, berjasa pula membangunkan orang-orang dari tidurnya dan lampu yang tadinya tidak menyala dihidupkan kembali (Ibid, Vol.1, Part I, p.261).

Dalam Rudrasamhita pula (LVIII, dibunuhnya Dundubhi Nirhrada) dijelaskan bahwa seorang bhakta yang melaksakanakan kebaktian dengan kesujudan hati kepada Shiva, dewa dewi seluruh dewa-dewa(24), selanjutnya Shiva menyatakan : "Bila seseorang mampu melihat wujudk-Ku begini dengan Sraddha ( keimanan ) yang tulus akan dibebaskan dari penderitaan dan kesalahan (Ibid, Vol.2, Part II, p.1064).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun