Mohon tunggu...
Hudriyanto
Hudriyanto Mohon Tunggu... Relawan - Mahasiswa
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Dengan menulis manusia dapat mengekalkan dirinya.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Imperialisme Baru Itu, Bernama Islam Moderat

13 September 2021   22:29 Diperbarui: 14 September 2021   09:15 644
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh: Hudriyanto

Kita mencatat sepasang konsep bahasa baru: ekstrimis dan moderat, predikat 'Moderat' disandangkan pada pihak-pihak yang mendukung kebijakan AS dan sekutunya. Sementara predikat 'ekstrimis' disandangkan pada pihak-pihak yang menentang, mengancam, mengusik kebijakan AS dan sekutunya. (Noam Chomsky dalam pirates and Emperors).

-----

Kembali ketema awal kita, Islam Moderat. Istilah Islam Moderat belakangan ini menjadi santer diperbincangkan para tokoh. Islam Moderat di identikkan dengan Islam ramah dan penuh dengan toleransi, menghargai perbedaan, menjunjung tinggi nilai perdamaian, bermanis muka terhadap orang-orang kafir dan munafiq, bahkan diidentikkan dengan Islam tanpa marah tanpa perang dan jihad.

Sebuah istilah terkadang mampu memberikan arwah terhadap orang yang lagi mati nalarnya, menyihir dan memperdayai siapapun. Apa lagi disampaikan dengan retoris apologetiks yang menggugah alam bawah sadar pendengar, besar kemungkinan ia akan masuk dalam jebakan intelektual semu dan tenggelam dalam degradasi kedunguan permanent, yang dalam bahasa agama disebut dengan istilah taqlid tanpa memeriksa apakah istilah itu sesuai ataukah berbahaya bagi keberlangsungan kehidupannya di masa depan.

Dalam sebuah kesempatan Mentri Agama memberikan sambutan hangat di Jogjakarta pada acara Ta'aruf Kongres Ummat Islam, Mentri Agama mengatakan bahwa Islam Indonesia yang moderat adalah versi Islam yang diharapkan dunia. Kemudian diacara yang sama dimana Wapres Jusuf Kalla mengungkapkan dengan sambutan yang hampir sama.

"Pemikiran Islam Indonesia diharapkan bisa menjadi referensi terbesar di dunia, karena itu umat Islam di Indonesia harus menunjukkan Islam yang moderat dan toleran, menjadi jalan tengah, serta mampu menjaga kebersamaan dan kedamaian." 

Bahkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam sambutannya di depan peserta APEC CEO Summit tahun 2011 di Honululu, Amerika Serikat, ia mengatakan yang intinya menekankan pentingnya model Islam Moderat serta menekan paham radikalisme tampa harus melanggar hak asasi manusia.

Kita dapat melihat, betapa pembesar negeri ini memiliki irama pemahaman yang hampir sama tentang Islam yang harus dijunjung kepermukaan dalam menjaga kedamaian dan ketentraman bangsa dan negara. Islam Moderat seolah menjadi solusi, merefresentasikan Islam yang ramah dan damai, menjaga HAM dan menjunjung nilai demokrasi yang ada,  meskipun tanpa ada pengkajian serius.

Islam Moderat sepintas istilah yang enak dan lembut didengar, ramah dipelupuk mata, namun ketika kita akses setback ke dalam sejarah munculnya istilah Islam Moderat dan Islam radikal sesungguhnya tidak lepas dari makar agitasi global jahat Amerika dan Ingris yang memliki kepentingan untuk menanamkan pengarunya di dunia Islam, termasuk Indonesia dengan sengaja menjadikan gedung WTC sebagai tumbal bagi jalan Imperialisme di negari-negeri Islam.

Dengan runtuhnya gedung WTC pada tanggal 11 september 2001, digiringlah issu Internasional, seolah-olah kelompok muslim yang bertanggung jawab atas runtuhnya gedung tersebut. Isu terorisme semakin menguat dinegara-negara penjajah itu, muslim yang taat kepada ajaran agamanya diberikan stigma Islam garis keras atau Islam radikal, sementara muslim yang menerima berbagai kebijakan dan ramah kepada sutradara di balik sinetron palsu tanpa melayangkan sedikitpun kritik terhadap apa yang lakukan penjajah, disebut sebagai Islam Moderat, dirangkul menjadi kawan perjuangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun