Mohon tunggu...
Huda Aulia
Huda Aulia Mohon Tunggu... Guru - huda aulia
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

"Agar kamu tidak bersedih hati terhadap apa yang luput dari kamu, dan tidak pula terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai terhadap orang yang sombong dan membanggakan diri." (QS. Al Hadid (57): 23)

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

7 Penyebab Remaja Terpuruk Tak Berdaya

1 Maret 2022   10:10 Diperbarui: 1 Maret 2022   10:13 530
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Hal tersebut bisa terjadi, bahkan, dalam sebuah kerumunan yang terbentuk secara cepat dan bersifat sangat temporer. Namun, jika kerumunan tersebut sudah berubah menjadi kelompok (group) atau komunitas (community), kekuatan pengikatnya menjadi semakin besar. Hal ini disebabkan masing-masing anggotanya, secara sukarela, mengikatkan diri mereka atas nama solidaritas dan mereka semakin yakin terhadap ideologi yang ada di dalam kelompok atau komunitas tersebut.

Melakukan tindakan tidak bertanggung jawab dengan mengatasnamakan solidaritas adalah hal berbahaya dan, sayangnya, sering terjadi. Penyebab tindakan suatu kelompok bisa saja sangat sepele, tetapi dampaknya sangat serius. Tawuran antarpelajar, tawuran antarkamapung, tawuran antargeng motor, atau tawuran antarkelompok ormas adalah contohnya. Setelah dicermati dengan saksama, ternyata pemicunya lebih banyak yang bersifat kecil dan sepele. Namun, atas nama solidaritas, aksi mereka bisa menjadi sangat brutal dan beringas.

Karena itu, makna solidaritas perlu diluruskan. Kamu boleh-boleh saja mengatasnamakan solidaritas untuk hal-hal yang baik dan benar, misalnya solidaritas dalam mewujudkan sekolah yang bebas rokok dan narkoba, solidaritas memberantas kebodohan dan kemiskinan di lingkunganmu, solidaritas membantu korban bencana alam, solidaritas menggalang dukungan terhadap tim olahraga sekolah, solidaritas membantu masyarakat miskin, solidaritas membantu teman dan sesama yang sedang kesulitan biaya sekolah, dan lain-lain. Itulah makna solidaritas yang bisa menghasilkan prestasi dan karya yang layak mendapatkan apresiasi dari banyak pihak Namun, bila solidaritas masih kamu maknai dengan tindakan yang merugikan diri, lingkungan, dan orang-orang sekitar, hidupmu pasti memburuk. Percayalah.

3. Permisif terhadap budaya konsumtif

Tahukah kamu bahwa bangsa kita merupakan target empuk bagi para produsen asing, terutama yang berasal dari negaranegara kapitalis? Mereka begitu gandrung dan bernafsu untuk memanfaatkan junlah penduduk kita yang besar dalam memasarkan dan menjual produk-produk mereka. Caranya?

Dengan tanpa henti mempropagandakan konsep gaya hidup (lifestyle) populer melalui berbagai media, baik sosial maupun komersial, guna menarik minat beli masyarakat kita. Lihat saja di Intemet dan media massa yang sehari-hari kamu temui. Setiap hari mereka selalu memperlihatkan iklan dan penawaran produk dengan cara yang sangat memikat Lalu, apa akibatnya? Kita menjadi lupa diri. Dengan menggunakan produk mereka dan meyakini kualitas barang-barang produksi asing tersebut lebih superior dibanding produk lokal, pelan tapi pasti, cara pandang dan cara berpikir kita akhimya mengikuti cara pandang dan cara berpikir mereka. Nilai-nilai luhur warisan enek moyang kita pun luntur karena berganti dengan nilai-nilai yang mereka sodorkan. Jati diri kita sebagai bangsa pun tergerus atau bahkan hilang. Namun, kita tak pernah merasa kehilangan. Tragis, bukan?

Tidak mengherankan jika mal dan pusat perbelanjaan modern berdiri di mana-mana, sementara pasar-pasar tradisional milik bangsa sendiri, pelan tapi pasti, kian tergusur dan terpinggirkan Sebuah kenyataan yang pahit dan mengenaskan. Tapi, siapa yang peduli?

Nah, akhimya kita seperti kerbau yang dicucuk hidungnya. Kita selalu berada di bawah pengaruh mereka. Kita terus-menerus menjadi korban mode dan gaya hidup mereka dan tidak lag bangga terhadap bangsa sendiri. Ini membuat bangsa lain jad lebih leluasa untuk kembali menjajah bangsa kita. Tidak lag lewat sistem pemerintahan dan wilayah kekuasaan, namun lewat bidang yang lebih mendalam di masyarakat, yaitu ekonomi, budaya, dan identitas nasional. 

Itulah kondisi negeri dan bangsa kita sekarang ini. Rasa nasionalisme dan patriotisme kita terkikis sedikit demi sedikit.

Coba amati orang-orang di sekitarmu. Banyak di antara mereka atau jangan-jangan kamu juga termasuk di antaranya, yang lebih bangga jika bisa menggunakan barang atau jasa impor ketimbang barang atau jasa karya bangsa sendiri

Di bidang seni, kita juga kerap menyaksikan betapa banyak di antara kita yang lebih membanggakan seni milik bangsa lain ketimbang seni milik bangsa sendiri. Coba kamu lihat, baik di lingkungan sekitar maupun di sekolah, banyak anak muda yang lebih gandrung pada seni modern yang berhaluan budaya asing daripada seni tradisional (baik musik, tari, maupun rupa) dari berbagai daerah di Indonesia. Bahkan media hiburan lokal dan nasional (baik acara televisi maupun film) yang kita tonton hampir setiap hari lebih memilih untuk merepresentasikan dan memopulerkan budaya luar daripada budaya bangsa sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun