Mohon tunggu...
Deddy Huang
Deddy Huang Mohon Tunggu... Freelancer - Digital Marketing Enthusiast | Blogger | Food and Product Photographer

Memiliki minat di bidang digital marketing, traveling, dan kuliner. Selain itu dia juga menekuni bidang fotografi sebagai fotografer produk dan makanan. Saya juga menulis di https://www.deddyhuang.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Rekreasi di Kota Palembang

23 Mei 2010   08:49 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:02 329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berawal dari informasi teman kerja kalau sekarang Palembang bisa berwisata ke Pulau Kemarau atau Pulau Kemaro (dalam bahasa Palembang) hanya dengan IDR 6.000 untuk tiket PP mengunakan jasa Trans Musi. Rasa penasaran untuk melakukan pembuktian ke Pulau Kemarau dengan jalan darat untuk rekreasi bersama Kamis kemarin (13/05).

Awalnya kita masih bertanya apa bisa hanya dengan naik Trans Musi saja ke Pulau Kemarau? Masalahnya letak Pulau Kemarau itu di tengah perairan Sungai Musi. Selama ini kalau ke Pulau Kemarau selalu menggunakan jalan air yaitu bisa menggunakan speed boat atau sejenis ketek/tongkang. Saya sendiri memang pernah ke Pulau Kemarau sebelumnya pakai jalan darat, tapi itu karena ada acara Cap Go Meh. Cuma jalan itu baru dibuka kalau ada acara Cap Go Meh saja setiap tahunnya.

Petualangan Dimulai

Kami sepakat untuk janjian berkumpul jam 10 pagi di kantor. Entah ini sudah budaya atau apa, biasanya kalau janjian kita itu selalu mengaret satu jam kemudian, dan kami baru berkumpul tepat jam 11. Tujuan pertama, kita menuju halte Trans Musi yang letaknya di depan kantor. Sekitar 20 menit untuk menunggu bus Trans Musi berhenti di halte RS. Muh. Hoesin A. kami pun mulai masuk ke dalam bus. Ini juga termasuk untuk pertama kalinya kita mencoba naik Trans Musi.

Hampir sama dengan busway, Trans Musi juga yang punya AC dan musik. Seharga IDR 3.000 kita bisa keliling kota Palembang tanpa perlu mengganti halte dan bus. Sistem pembayaran tiketnya pun dilakukan di dalam bus. Kalau dibanding dengan bus kota, tentunya ada plus dan minus. Enaknya naik Trans Musi kita tidak perlu was-was sama tindak kriminal seperti pencopetan dan tidak perlu kepanasan karena berdesakan sama yang lain. Namun, sayangnya pengelolaan Trans Musi sendiri belum terstandarisasi, misalnya dari sisi bangunan halte. Ada sebagian bangunan halte yang memiliki kaca, pintu, dan tempat duduk, tapi ada juga di halte lain yang sama sekali tidak memiliki kaca dan tempat duduk.

Petualangan berhenti di halte transit tepat di bawah Jembatan Ampera. Nah, disini kami bingung kenapa perlu transit dan menyambung naik kapal Trans? Ternyata info teman kantor itu salah, bus Trans Musi sendiri tidak bisa untuk mencapai Pulau Kemarau. Jadi, cuma sampai di halte transit kami menikmati Trans Musi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun