Mohon tunggu...
Deddy Huang
Deddy Huang Mohon Tunggu... Freelancer - Digital Marketing Enthusiast | Blogger | Food and Product Photographer

Memiliki minat di bidang digital marketing, traveling, dan kuliner. Selain itu dia juga menekuni bidang fotografi sebagai fotografer produk dan makanan. Saya juga menulis di https://www.deddyhuang.com

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Lambaian Tenun Tajung, Blongsong dan Jumputan dari Tepian Musi

6 Desember 2018   10:55 Diperbarui: 6 Desember 2018   10:55 979
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perajin sedang melepaskan ikatan kain
Perajin sedang melepaskan ikatan kain
Pewarnaan kain dengan zat warna
Pewarnaan kain dengan zat warna
Tahap awal kain setelah diikat
Tahap awal kain setelah diikat
Tumpukan kain selesai diikat
Tumpukan kain selesai diikat
Di sebuah rumah sederhana dari kayu, sejumlah orang tengah mengerjakan kain jumputan.

"Apa nama motifnya ini, Bu?"

"Tidak ada, kreasi sendiri, asal bagus, cerah. Sudah jadilah!" jawab si ibu sambil tertawa.

Tangan-tangan terampil perajin jumputan, membuat pola ikatan pada kain, mengikat kain, mencelup warna, hingga membuat lapisan akhir. Selesai pewarnaan, kain direbus di air hangat untuk membersihkan zat warna. Kemudian ditiriskan, barulah ikatan kain dilepas dan siap dijemur. 

Nilai kain jumputan tergantung dari kerumitan, motif, dan bahan pewarna yang digunakan. Penggunaan pewarna alami akan lebih tinggi nilainya.

Menenun Generasi Baru 

Syarif bersemangat menjelaskan ke saya tentang proses tenun
Syarif bersemangat menjelaskan ke saya tentang proses tenun
Perkampungan Tuan Kentang seakan labirin. Setiap lorong memberi pemandangan baru. Di sisi lain tampak sejumlah remaja muda yang turut diajak menenun dan membuat jumputan.

"Nah inilah workshop yang kami bangun!" seru Syarif ketika mengajak kami ke tempat berikutnya. "Di sini tempat kami mengajak anak-anak muda menenun. Sayangnya masih terbatas dengan jumlah alat yang kami punya," tambahnya lagi.

Ruang workshop tempat anak-anak muda berkreasi.
Ruang workshop tempat anak-anak muda berkreasi.
Proses pemisahan benang membutuhkan konsentrasi tinggi.
Proses pemisahan benang membutuhkan konsentrasi tinggi.
Benang tenun diberi warna sesuai motif.
Benang tenun diberi warna sesuai motif.
Sebelum menenun ada panduan benang dan motif.
Sebelum menenun ada panduan benang dan motif.
Keterbatasan yang dialami oleh UMKM Tuan Kentang bukan hambatan bagi warga untuk tetap optimis dan mandiri. Para perajin ini akhirnya membuat sendiri ATBM untuk memenuhi kebutuhan alat sekaligus memberdayakan anak-anak muda kampung untuk belajar menenun. Selain difasilitasi ilmu, mereka juga diberikan uang saku sekitar Rp 500.000 sebagai pemasukan buat mereka. Tujuannya melestarikan budaya menenun.


Proses menenun cukup panjang, berkisar 1-3 bulan. Di workshop ini remaja diajarkan pemilihan benang, pemisahan benang, pewarnaan hingga pembuatan motif atau pelimaran kain yang setelah itu dibongkar dan dimasukkan dalam paletan.

Senyum terkembang menghiasi raut wajah mereka saat saya mengabadikan momen lewat kamera.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun