Mohon tunggu...
Deddy Huang
Deddy Huang Mohon Tunggu... Freelancer - Digital Marketing Enthusiast | Blogger | Food and Product Photographer

Memiliki minat di bidang digital marketing, traveling, dan kuliner. Selain itu dia juga menekuni bidang fotografi sebagai fotografer produk dan makanan. Saya juga menulis di https://www.deddyhuang.com

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Lambaian Tenun Tajung, Blongsong dan Jumputan dari Tepian Musi

6 Desember 2018   10:55 Diperbarui: 6 Desember 2018   10:55 979
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di tengah kepopuleran kain Songket, tak banyak orang tahu masih ada jenis kain Palembang lain tengah bangkit. Sekitar 15 menit ke selatan dari Jembatan Ampera, persis di lorong kiri sebelum Jembatan Kertapati, terdapat sebuah perkampungan warga keturunan Jawa. Kampung Tuan Kentang namanya. Di sana sudah dibangun dermaga karena lokasinya di tepian Sungai Musi. Konsep waterfront ini untuk menarik wisatawan datang melalui sungai.

Masih misteri mengapa perkampungan ini dinamakan Tuan Kentang. Konon, ada seorang saudagar Cina, memiliki bisnis besar di sepanjang muara sungai. Makamnya berada tak jauh dari kampung itu. Teori lain mengatakan area ini dulu dipenuhi tanaman kentang. Namun saat ini tak terlihat satupun tanaman kentang. 

Pagi itu di kampung Tuan Kentang masih sepi. Tak terlihat tanda aktivitas warga. Nampak berjajar tiang tiang jemuran kain dengan jepitan masih bergelantungan.

Pusat kain tenun Tuan Kentang Palembang
Pusat kain tenun Tuan Kentang Palembang
Saya bertemu dengan Syarif, seorang warga asli Kampung Tuan Kentang yang aktif dalam kegiatan UMKM. Meski sebagian besar warga kampung ini berdarah Jawa, namun sudah tak terdengar logat asli mereka. Saya bersama tiga teman diajak Syarif  berkeliling melihat proses tenun kain tajung, blongsong sekaligus pembuatan kain jumputan. Kain sudah menjadi penopang ekonomi warga.

Menenun Hidup dengan Kain Tajung dan Blongsong

Lorong sempit di perkampungan Tuan Kentang
Lorong sempit di perkampungan Tuan Kentang
Bunyi riuh alat tenun bukan mesin (ATBM) terdengar memenuhi lorong sempit yang membelah di antara rumah panggung. Kampung ini sejak 1970-an memproduksi tenun kain tajung dan blongsong. Teras rumah umumnya menjadi tempat penenunan. Nampak penenun lansia lincah menggerakan kaki dan tangan dengan irama teratur.

"Di belakang sano nah dek lebih banyak lagi kalau mau lihat," seru ibu penenun saat saya sedang terpesona menyaksikan kelihaiannya memindahkan benang. Ia sibuk menghitung langkah tenunannya.

Seorang lansia menolak berhenti berkarya
Seorang lansia menolak berhenti berkarya
Motif patut bunga
Motif patut bunga
Bu Woro sedang menunjukkan indahnya Blongsong yang ia kenakan
Bu Woro sedang menunjukkan indahnya Blongsong yang ia kenakan
Rona warna kain Tajung dan Blongsong umumnya cerah dengan beragam motif. Mulai dari motif patut, kembang kecil, hingga lepus. Setiap motif memiliki gintir atau tingkatan. Tingkatan yang lebih rumit adalah motif dobi atau tenun timbul. Semakin tinggi tingkatan, semakin lama waktu pengerjaanya, makin tinggi nilainya. Yang membedakan kain Tajung dan Blongsong dengan Songket terletak pada benang yang digunakan tidak menggunakan benang emas seperti Songket. Kain Tajung dan Blongsong sebenarnya sama, hanya berbeda peruntukannya. Tajung lebih maskulin karena untuk digunakan oleh pria sebagai sarung. Sedangkan Blongsong digunakan oleh perempuan sebagai sarung atau selendang.

Menjemput Jumputan

Warna-warni kain jumputan Palembang
Warna-warni kain jumputan Palembang
Tak butuh waktu lama untuk pandangan saya tergoda oleh lambaian kain warna-warni yang tengah dijemur. Rona warna jumputan Palembang memang tampak berbeda dengan kain jumputan daerah lain, seperti kain Shibori dari Jepang.  

"Mau foto, Dek? Tapi hanya bisa sendiri ya. Soalnya rumah kecil. Masuklah ke dalam!" seru si bapak. Saya tidak menyia-nyiakan kesempatan menyaksikan proses pewarnaan kain jumputan.

Perajin sedang melepaskan ikatan kain
Perajin sedang melepaskan ikatan kain
Pewarnaan kain dengan zat warna
Pewarnaan kain dengan zat warna
Tahap awal kain setelah diikat
Tahap awal kain setelah diikat
Tumpukan kain selesai diikat
Tumpukan kain selesai diikat
Di sebuah rumah sederhana dari kayu, sejumlah orang tengah mengerjakan kain jumputan.

"Apa nama motifnya ini, Bu?"

"Tidak ada, kreasi sendiri, asal bagus, cerah. Sudah jadilah!" jawab si ibu sambil tertawa.

Tangan-tangan terampil perajin jumputan, membuat pola ikatan pada kain, mengikat kain, mencelup warna, hingga membuat lapisan akhir. Selesai pewarnaan, kain direbus di air hangat untuk membersihkan zat warna. Kemudian ditiriskan, barulah ikatan kain dilepas dan siap dijemur. 

Nilai kain jumputan tergantung dari kerumitan, motif, dan bahan pewarna yang digunakan. Penggunaan pewarna alami akan lebih tinggi nilainya.

Menenun Generasi Baru 

Syarif bersemangat menjelaskan ke saya tentang proses tenun
Syarif bersemangat menjelaskan ke saya tentang proses tenun
Perkampungan Tuan Kentang seakan labirin. Setiap lorong memberi pemandangan baru. Di sisi lain tampak sejumlah remaja muda yang turut diajak menenun dan membuat jumputan.

"Nah inilah workshop yang kami bangun!" seru Syarif ketika mengajak kami ke tempat berikutnya. "Di sini tempat kami mengajak anak-anak muda menenun. Sayangnya masih terbatas dengan jumlah alat yang kami punya," tambahnya lagi.

Ruang workshop tempat anak-anak muda berkreasi.
Ruang workshop tempat anak-anak muda berkreasi.
Proses pemisahan benang membutuhkan konsentrasi tinggi.
Proses pemisahan benang membutuhkan konsentrasi tinggi.
Benang tenun diberi warna sesuai motif.
Benang tenun diberi warna sesuai motif.
Sebelum menenun ada panduan benang dan motif.
Sebelum menenun ada panduan benang dan motif.
Keterbatasan yang dialami oleh UMKM Tuan Kentang bukan hambatan bagi warga untuk tetap optimis dan mandiri. Para perajin ini akhirnya membuat sendiri ATBM untuk memenuhi kebutuhan alat sekaligus memberdayakan anak-anak muda kampung untuk belajar menenun. Selain difasilitasi ilmu, mereka juga diberikan uang saku sekitar Rp 500.000 sebagai pemasukan buat mereka. Tujuannya melestarikan budaya menenun.


Proses menenun cukup panjang, berkisar 1-3 bulan. Di workshop ini remaja diajarkan pemilihan benang, pemisahan benang, pewarnaan hingga pembuatan motif atau pelimaran kain yang setelah itu dibongkar dan dimasukkan dalam paletan.

Senyum terkembang menghiasi raut wajah mereka saat saya mengabadikan momen lewat kamera.

Lambaian Kain Menarik Minat Pengembangan Usaha

Mereka berjuang memajukan kain Palembang
Mereka berjuang memajukan kain Palembang
Usaha turun temurun yang dibangun sejak tetua mereka hijrah ke Palembang, bekerja dengan saudagar setempat. Hingga berhasil membuka usaha sendiri membuat mereka nampak lebih ulet dibandingkan penduduk asli Palembang sendiri. Kerja keras mereka membuat pihak swasta dan pemerintah mulai melihat potensi warga Tuan Kentang. Sehingga para pelaku usaha tenun Tajung, Blongsong serta Jumputan mendapatkan fokus pembinaan dan pemberdayaan.

Pengerjaan ATBM baru masih belum selesai
Pengerjaan ATBM baru masih belum selesai

Merebus kain untuk memisahkan zat warna
Merebus kain untuk memisahkan zat warna
Pembinaan yang dilakukan bervariasi mulai dari memaksimalkan strategi pemasaran, promosi usaha, sistem pemasaran online, pencatatan usaha dan laporan keuangan usaha serta pelatihan-pelatihan lain yang mendorong pengembangan usaha. Adapun para pelaku usaha ini juga mendapatkan pengadaan alat tenun bukan mesin yang baru untuk mengganti alat lama yang berusia tua. Tujuannya agar UMKM Tuan Kentang kegiatan produksi lebih lancar dan omzet meningkat.

Melayangkan Kain Palembang Ke Seluruh Penjuru Tanah Air

Griya Kain Tuan Kentang
Griya Kain Tuan Kentang
Di Kampung Tuan Kentang ada tempat untuk menampung dan memajang hasil produksi anggota perajin yang tergabung dalam UMKM Tuan Kentang, Griya Kain Tuan Kentang. Uniknya di sini kita bisa datang langsung ke pengrajinnya. Sehingga bisa menyaksikan sendiri kualitas dan motif yang diinginkan. 

Saya dibawa untuk bertemu dengan Habibie, Ketua Usaha Bersama di Tuan Kentang. Habibie menjelaskan perkembangan tenun kain Tuan Kentang. Sekitar 70% hasil penjualan kain datang dari pedagang yang berasal dari Palembang maupun luar Palembang. Sedangkan 30% sisa penjualan berasal dari gabungan antara tamu yang datang berkunjung ke lokasi dan penjualan daring lewat Instagram.

Berjumpa dengan Habibie, KUB Tuan Kentang
Berjumpa dengan Habibie, KUB Tuan Kentang
Perkembangan dunia usaha dan gaya hidup masyarakat daring, mempermudah UMKM tenun Tuan Kentang mengirimkan pesanan kain dengan cepat dan aman. Dengan bantuan JNE, UMKM Tenun Tuan Kentang dapat menjangkau konsumen dari luar Palembang dengan jaringan yang luas. Habibie menjelaskan selama ini sangat tertolong dengan JNE sebagai partner yang menghubungkan penenun ke pembeli di seluruh Indonesia.

"Seminggu pasti ada yang kirim barang pakai JNE. Apalagi petugas JNE dapat datang menjemput kiriman ke sini," tambah Habibie.

Fasilitas pick up point memudahkan pelaku UMKM Tuan Kentang tanpa harus repot mendatangi gerai JNE. Petugas tinggal mengambil paket yang sudah dikemas rapi. Jenis layanan JNE YES (Yakin Esok Sampai) adalah pilihan favorit. Tak perlu kuatir barang tak sampai sebab ada fasilitas pelacak sehingga pelaku usaha bisa memberikan informasi akurat ke pembeli.

Rona warna-warni kain tenun Palembang menyimpan sejuta kisah perjuangan perajin tenunan dalam membangkitkan kembali Tajung, Blongsong dan Jumputan.


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun