Terasa kencang saat kedua tangan saling mengepal sambil berucap dalam hati agar cuaca bisa lebih tenang. Kedua mata pun ikut mengawasi situasi luar jendela. Sama sekali gelap, penglihatan saya hanya dibalas beberapa kali kilatan petir yang menjadi jawaban kondisi penerbangan saya malam itu dari Kuala Lumpur ke Macao.
Turbulensi pesawat termasuk salah satu bagian yang menegangkan dalam hidup saya, apalagi bagi saya yang baru pertama kali punya pengalaman backpacker ke luar negeri. Perjalanan ke Macao sudah saya rencanakan satu tahun sebelumnya bersama teman lainnya. Tiap bulan saya sisihkan sekitar 10 persen dari hasil kerja per bulan agar memiliki perjalanan cap paspor pertama kali.
Memang, dalam banyak kesempatan, Macao ditampilkan sebagai pusat perjudian di Asia, bahkan disebut-sebut sebagai Las Vegas nya Asia. Sebenarnya, Macao menawarkan banyak pesona lain dan sangat layak dijadikan destinasi liburan.
Fakta berkata, Macao hingga kini masih menyisakan aroma Portugis di setiap sudutnya. Masyarakat lokal berdarah campuran yang cantik dan tampan, dan tentunya bangunan peninggalan kolonial yang masih terawat baik, terutama di sekitar kota tua Senado Square.
Macao, Sejuta Pesona Germelap
Suasana bandara Macao International Airport tidak terlalu ramai malam itu, kami berinisiatif keluar bandara dan melihat ada shuttle bus dari hotel-hotel mewah yang ada di Macao. Selamat datang di Macao, kota megah penuh gemerlap. Sepanjang perjalanan saya di dalam bus, saya hanyut terpukau dengan bangunan tinggi dan kerlap-kerlip lampu warna-warni.
Saya tidak pernah mengira bisa menginjakkan kaki ke kota yang tengah dalam pembangunan kota dan akan lebih indah lagi 10 tahun mendatang. Macao seperti perpaduan kota bersejarah kelas dunia dan teknologi serta pengetahuan yang akan memanjakan kita. Sistem transportasi yang sudah sangat mendukung, kita bisa memanfaatkan bus antar hotel yang telah disediakan. Gratis.
Kami tiba di kawasan Cotai, turun di sebuah hotel berarsitektur Eropa. Tanpa sadar salah satu teman saya menyenggol tangan saya yang sedang terkesima melihat animasi 3D mapping yang menyorot tembok dinding Hotel Venetian. Kami pun bergegas mencari transportasi gratis untuk menuju Senado Square, pusat kota Macao sekaligus tempat kami bermalam.
Hati sudah tak sabar menantikan esok pagi untuk memulai petualangan menemukan jejak Portugis di Macao. Ada banyak aktivitas yang ingin saya kejar selama di Macao. Kebanyakan orang datang ke Macao untuk berkunjung ke berbagai kasino yang tersebar di sana, namun saya lebih menyukai blusukan ke beberapa tempat bersejarah.
Tersesat di Labirin Senado Square
Di saat orang masih berselimut hangat, kami segera keluar dari hotel tepat pukul 6 pagi menuju Senado Square, pusat kota Macao yang masih memiliki bangunan-bangunan bersejarah sisa Portugis. Jalanan beraspal dengan lorong-lorong kecil yang menghubungkan ke jalan lain membuat kita seolah diajak untuk menelusuri bangunan melihat satu per satu.
Diselimuti oleh bangunan khas Portugis, saat menyusuri lorong-lorong di bagian kota tua Macao. Saya jadi membayangkan bagaimana sibuknya orang Macao dan Portugis saat dulu aktifitas di Museu do Macao, Mount Fortress, St Dominic's Church, dan The General Post Office Building.Â
Bagi yang tertarik belanja, terdapat pusat perbelanjaan Senado yang memiliki banyak varian tempat belanja. Maka tak heran mengapa Senado Square ini masuk dalam daftar warisan dunia UNESCO karena merupakan bagian dari sejarah kota Macao.
Menghirup Udara Segar di Reruntuhan Katedral St. Paul
Kita tidak akan bosan selama menelusuri sepanjang Senado Square, sebab pada satu titik kita akan bertemu dengan ikon kota Macao yaitu reruntuhan katedral St. Paul. Bangunan ini merupakan sisa runtuhan yang menyisakan bangunan depan dan tangga batu yang besar sebuah gereja terbesar di Macao. Tampak dari sisa runtuhan depan, terdapat beberapa patung yang masih tersisa di atas.
Menurut info, reruntuhan bangunan ini dibangun pada tahun 1580, kemudian gereja ini mengalami kebakaran pada tahun 1595 dan 1601 kemudian dilakukan rekonstruksi. Namun, angin topan melanda kota Macao tahun 1835 kemudian terbakar kembali hingga lenyap sudah sejarah gereja terbesar di Macao.
Udara di sekitar reruntuhan gereja sangat segar sebab banyak perpohonan hijau. Datanglah lebih pagi sebab kita akan bertemu dengan para lansia yang sedang melakukan olahraga pagi dan senam Tai Chi. Saya senang bisa menyapa para lansia tersebut dan mendapatkan pandangan dari orang lokal.
Menelusuri Kawasan Kota Tua Coloane Village
Kita bisa berjalan kaki di tepi Coloane Village, sambil mengabadikan keindahan gereja-gereja peninggalan Portugis yang memiliki arsitektur serta tata kota khas Eropa di dalam kamera.
Berjumpa "Kai-Kai" di Macao Giant Panda Pavillion
Kita bisa berjumpa dengan "Kai-Kai" apabila dia sedang aktif bermain di pohon bambu yang menjadi kesukaannya. Bukan hanya panda, di taman ini pun terdapat beberapa spesies monyet, burung merak, dan jenis-jenis burung eksotis lainnya.
Melihat Teknologi Masa Depan Macao
Dipisahkan oleh jembatan yang menghubungkan kawasan Cotai dan Macao maka saya seolah melihat kecanggihan masa depan. Kaki saya diajak untuk terus berjalan melihat kemewahan pertunjukan yang disuguhkan.Â
Bak hamparan menyilaukan selama menikmati hiburan di Macao. Tatanan penyajian yang teratur dan menjadi tontonan yang menghibur.

Penggabungan seni pahat tradisional, pencahayaan modern dan efek audio dalam sebuah pertunjukkan yang dramatis bagi puluhan pasang mata.
Saya sungguh beruntung bisa melihat pertunjukkan Dragon of Fortune di Hotel Wynn yang berlangsung tiap satu jam sekali selama 4 menit. Selanjutnya, saya melihat sebuah pohon tinggi dengan dedaunan yang lebat terbuat dari daun kungan berlapis emas.Â
Ada sensasi yang berbeda saat memasuki Wynn, Pohon Kemakmuran menggambarkan astrologi Cina dan Barat, yang terus naik pada bagian akhir dari setiap pertunjukkan dan bertransformasi dalam warna-warna empat musim.
Selain dua pertunjukkan tersebut, masih ada pertunjukkan lainnya yang akan memanjakan mata kita saat berada di City of Dreams. Kita dapat melihat penampilan acara berbasis air yang memukau. Sesuai dengan nama tempatnya bahwa Macao dapat membawa kita ke suatu masa depan.
Goyang Lidah Icip Kuliner Tradisional
Seperti menemukan harta karun tersembunyi saat keliling Macao dan menemukan ragam kuliner enak. Saya mengamati di tiap restoran memiliki menu masakan yang merupakan kombinasi dari masakan Portugis dan Cina.



Seradura merupakan cream cheese dan biskuit susu yang bertekstur sangat creamy namun juga ringan dan lumer di dalam mulut. Sedangkan eggtart merupakan kue khas Portugis yang diadaptasi oleh penduduk Macao. Penampilan kue terkesan tidak ada yang istimewa, namun saat gigitan pertama, dalam mulut kita akan merasakan campuran telur dan karamel yang pas serta bagian dalam kue begitu lembut.
Hidden Gem Sebuah Kota Sejarah
Bukan hanya kasino yang menjadi tumpuan perekonomian orang-orang setempat, walau mereka punya pilihan untuk larut dari pagi hingga malam mempertaruhkan harta mereka di atas meja kasino.Â
Namun, dari obrolan saya bersama seorang penjaga kasino saat sedang menunggu bus. Bagaimana hidup di Macao, jajahan Portugis yang amat kecil di ambang pintu benua Tiongkok?Â
Tidakkah kalian merasa bahwa kita tinggal dalam zaman lampau yang amat terbelakang, sedang di sekeliling sejarah baru manusia mengalir dengan amat cepat?


Tiga pulau ini saling terhubung ke daratan utama Macao oleh tiga jembatan megah serta berbatasan dengan Provinsi Guangdong. Saat ini pengembangan Pulau Taipa lebih dikhususkan untuk hotel dan kasino besar. Maka 10 tahun mendatang, Macao akan menjadi salah satu destinasi menarik bagi orang yang ingin melihat masa depan dan sejarah.
Saya jadi teringat saat sedang berjalan kaki bertanya alamat menelusuri lorong-lorong pertokoan sekitar Senado Square. Saya berjumpa dengan seorang lansia lalu berkomunikasi dengan bahasa mandarin yang terbatas. Dari obrolan kami, saya menangkap tentang masyarakat lokal yang begitu menikmati hari tua di sebuah negara persemakmuran Portugis.
Macao memang telah lama menjadi tempat kontras hadir berdampingan: hidup bersama, tak saling menghancurkan, malah saling mendukung. Potret keindahan bangunan serta perpaduan budaya dan kuliner. Seperti sepasang patung yang berdiri di seberang reruntuhan St. Paul. Romantis.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI