Mohon tunggu...
Eka Ernasari
Eka Ernasari Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa administrasi pendidikan FKIP universitas jambi

Makin awal kamu memulai pekerjaan, makin awal pula kamu akan melihat hasilnya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Membangun Kesetaraan Gender dalam Pendidikan

3 Juni 2022   12:37 Diperbarui: 3 Juni 2022   12:45 771
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Berbagai bentuk apapun kesenjangan gander yang bisa terjadi di dalam kehidupan masyarakat, bisa terjadi juga dalam pendidikan. Bahkan, institusi pendidikan juga di pandang ikut berperan besar dalam mensosialisasikan dan ikut melestarikan nilai nilai dan cara pandang mereka yang mendasari bagaimana minculnya berbagai ketimpangan gender didalam masyarakat luar. Secara garis besar, fenomena kesenjangan gender dalam pendidikan juga dapat diklasifikasi dalam beberapa bentuk dimensi, antara lain ;

1.Yg pertama kurangnya partisipasi

Di dalam hal yg berpartisipasi hampir semua perempuan di seluruh dunia akan menghadapi masalah yang sama. Dibandingkan dengan laki laki yg berpartisipasi perempuan dalam sebuah pendidikan formal jauh lebih rendah. Jumlah murid perempuan yang pada umumnya hanya ada separuh atau sepertiga jumlah murid seorang laki laki.

2.Kurangnya perwakilan dari perempuan sebagai tenaga pengajar di sekolah maupun pimpinan dalam sebuah lembaga pendidikan formal yang menunjukkan bahawa dominasi seorang laki laki dalam hal tersebut lebih tinggi daripada dominasi perempuan.

3.Perlakuan yang tidak adil. Pada kegiatan pembelajaran di dalam kelas seringkali bersifat aka merugikan murid perempuan. Guru yang secara tidak sadar akan cenderung menaruh harapan dan perhatian yang lebih besar kepada seorang murid laki laki dari pada murid perempuan. Para guru guru terkadang masih juga berpikiran perempuan tidak penting dan tidak perlu mendapatkan pendidikan yang tinggi. 

Masalah ketidaksetaraan gender dalam dunia pendidikan dapat Terkait erat dengan diskriminasi. Diskriminasi dapat terbagi menjadi dua jenis, yaitu ada diskriminasi dengan jure dan diskriminasi dengan facto. 

Diskriminasi secara de jure merupaka sebuah diskriminasi yang secara aturan . Dalam aturan diskriminasi de jure seorang laki laki dan perempuan bener bener di bedakan. Padahal di dalam dunia pendidikan tidak ada undang undang yang dapat membedakan antara keduanya. 

Justru keduanya diberikan hak yang sama dalam memperoleh pendidikan yang tinggi. Dengan kata lain, secara de jure sejatinya tidak ada namanya diskriminasi. Namun secara de facto masih ada terdapat persepsi yang bisa membedakan antara laku laki dan perempuan. Bahkan akan muncul pandangan bahwa seorang perempuan merupakan warga kelas dia yg berada di bawah seorang laki laki.

Karenanya, mereka tidak berhak memiliki pendidikan yang sama dengan lak-laki.23Dalam konteks perguruan tinggi pun diskriminasi antara laki-laki dan perempuan masih terlihat. 

Dalam hal pemilihan jurusan misalnya, masih terdapat anggapan jika perempuan itu baiknya mengambil jurusan sastra, sedangkan laki-laki itu teknik. 

Selain itu, tidak sedikit dari masyarakat juga masih melihat bahwa lakilaki adalah pencari nafkah utama. Karena itu dalam pendidikan mereka lebihdiutamakan. Pandangan-pandangan seperti inilah yang menyebabkan ketidaksetaraan antara laki-laki dan perempuan. 

Di sisi lain kondisi ini pula yang menyebabkan tingkat Drof Out anak perempuan cenderung lebih tinggi daripada laki-laki, terutama terjadi pada masyarakat perempuan yang berada di wilayah pedalaman atau pedesaan.24 Kesenjangan gender dalam dunia pendidikan tentu perlu diatasi, jika tidak selamanya perempuan akan termarjinalkan dalam ranah tersebut

Maka dari itu, mereka tidak berhak memeliiki pendidikan yang sama dengan pendidikan laki laki. Dalam konteks sebuah perguruan tinggi pun diskriminasi antara laki laki dan perempuan masih juga terlihat. 

Dalam hal memilih jurusan misalnya, masih ada anggapan jika seoranb perempuan itu baiknya mengambil jurusan sastra bahasa Indonesia, sedangkan seoranh lelaki mengambil jurusan teknik. 

Selain itu, tidak sedikit pula dari masyakat yang masih melihat bahwa seorang laki laki adalah pencari nafkah di dalam rumah tangga. Maka dari itu didalam sebuah pendidikan seorang lelaki lebih di utamakan. Pandangan yang seperti inilah yang bisa menyebabkan ketidaksetaraan antara laki laki dengan seorang perempuan. 

Di sisi lain kondisi ini juga yang menyebabkan dgof out seorang anak perempuan lebih cenderung lebih tinggi daripada anak laki laki, terutama terjadi pada masyarakat perempuan yang berada di wilayah pedalaman atau pedesaan. Kesenjangan gender didalam dunia pendidikan tentu harus di stasiun, jika tidak akan selamanya perempuan itu akan termanjinalkan dalam tanah tersebut.

Dengan kata lain, kesetaraan gender didalam dunia pendidikan mutlak harus di perlakuan agar seorang perempuan memiliki kesempatan yang sama dengan seorang laki laki dalam memajukan dunia pendidikan. 

Dalam mengupayakan untuk memenuhi kesetaraan gender, pendidikan itu perlu untuk memenuhi dasar yang dimilikinya, yakni untuk menghantarkan setiap individu atau masyarakat untuk mendapatkan pendidikan sehingga bisa disebut pendidikan yang berbasis kesetaraan. Adapun ciri ciri kesetaraan gender dalam sebuah pendidikan adalah sebagai berikut.

1.Yang pertama perlakuan dan kesempatan yang sama dalam sebuah pendidikan pada setiap jenis kelamin dan tingkatan ekomomi, politik, sosial, dan agama maupun letak cept. Dalam konteks ini pun sistem pendidikan tidak boleh melakukan tenang pilih terhadap kondisi dalam Masyarakat, terutama dari jenis seorang manusia yaitu perempuan dan laki laki.

2.Adanya pemerataan dalam pendidikan yang tidak bisa mengalami biasanya gender.

Di dalam dunia pendidikan, sistem dan sdm di dalamnya harus memiliki kesadaran bahwa semua manusia yang layak mendapatkan pendidikan, baik itu perempuan maupun laki laki itu sama saja . Dengan demikian, maka hal hal yang bisa bersifat bias gender dapat diminimalisasikan.

4.Memberikan mata pelajaran yang sesuai dengan bakat dan minat dari setiap individu. Para pengambil kebijakan didunia pendidikan juga perlu menyediakan model dan pembelajaran yang dapat sesuai dengan bakat dan minat yang dimiliki oleh setiap individu peserta didik baik laki laki maupun perempuan.

5.Pendidikan harus bisa menyentuh kebutuhan dan relakan dengan menuntut zaman . Dalam sebuah konteks ini pendidikan yang diberikan kepada peserta didik di waktu yang akan datang dapat teraktualisasikan. 

Apabila peserta didik perempuan dan laki laki diberikan pendidikan yang menyentuh kepada tuntutan zaman, maka ke depan antar keudanya memeliki kesempatan untuk Mengaktualisasikan diri sesuai dengan potensi yang bisa dimilikinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun