Mohon tunggu...
Uut63
Uut63 Mohon Tunggu... Dosen - Pendidik UPGRIS

Sebagai seorang pendidik (sejak 1981), saya selalu ingin meningkatkan kualitas diri. terutama sebagai pribadi Muslim, saya sangat interest dengan berbagai ajaran yang mengajak ke jalan kebaikan, dan keselamatan dunia akherat. Di setiap tatap muka dengan mahasiswa, saya juga selalu mengingatkan akan hal ini. Di usia yang tidak lagi muda, saya ingin selalu bisa menebar kebaikan. Mudah-mudahan tidak saja bermanfaat untuk diri saya sendiri, tetapi juga untuk orang lain. Saat ini, saya sedang ingin membuktikan talenta pemberian Allah yang tidak saya sadari. Membaca, menyimak (mendengarkan dan memcermati), kemudian menuliskannya. Sesekali saya masih suka bergabung dengan teman, sahabat untuk menyanyi. Sembari menunggu anugerah Allah untuk bisa segera menuntaskan studi S3, saya ingin melakukan apa saja hal-hal yang bermanfaat. Setidaknya ini merupakan salah satu bentuk syukur pada-Nya. Semoga Allah ridla.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ikhlas

17 Januari 2023   10:47 Diperbarui: 17 Januari 2023   11:04 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Assalamu'alaikum, Sahabat Kompasiana, semoga Allah senantiasa karuniakan pada kita kelapangan dada, hati ikhlas.

Saya menuliskan ini berdasarkan pengalaman nyata. Sungguh, alangkah sulitnya memiliki rasa ikhlas. Betapapun yang kita lakukan demi kebaikan bersama. ternyata tidak mudah menyikapi suatu kondisi dengan rasa yang benar-benar ikhlas. Bisa menerima apa adanya, apapun yang terjadi.

Sahabat, dalam KBBI daring saya mendapatkan informasi bahwa ikhlas itu dapat diartikan bersih hati, tulus hati. Sementara dari artikel Lalily Nur Azizah di Link gramedia.com, dijelaskan secara detil, bahwa ikhlas itu merupakan satu perilaku melakukan apapun hanya semata karena mengharapkan Ridlo Allah. Ikhlas merupakan antonim dari riya, yaitu melakukan suatu pekerjaan atau ibadah karena ingin dilihat orang, ingin mendapatkan pujian.

Terlalu amat banyak contoh untuk menggambarkan makna Ikhlas. Dalam kehidupan sehari-hari kita sering dihadapkan pada fenomena ini.  lebih-lebih di jaman sekarang, di mana orang kebanyakan hanya mengejar kebutuhannya sendiri. Dan demi meraih apa yang diinginkan itu, rela hati melakukan apa saja, asal hajadnya terpenuhi.

Jika sudah demikian lazimnya seseorang tidak lagi mempedulikan adab bermasyarakat atau kebersamaan. Bukan tidak mungkin yang dilakukannya membuat sakit orang lain, menganggu hak-hak orang. Lupa bahwa sejatinya kita ini makhluk sosial yang membutuhkan pengertian, kerja sama, saling tolong menolong dan saling mengasihi dalam kebaikan.

Kisah ini terjadi di lingkup kerja yang bernuansa akademik. Meskipun tentu saja, setiap orang yang ada di sana sudah memiliki tugas dan tanggung jawabnya masing-masing. Namun toh begitu, tetaplah perhatian, pertolongan, bahkan mendapatkan atau mendengarkan pendapat orang lain tetap diperlukan. Besar sekali manfaatnya untuk evaluasi kinerja, untuk evaluasi diri, yang muaranya adalah demi kemajuan, dan meraup sukses sebagaimana yang diharapkan bersama.

Orang sering keliru menerjemahkan kritik, atau pendapat yang mengoreksi kinerja. Hal yang spontan muncul pada umumnya tidak suka, merasa bahwa yang dilakukannya sudah baik, sesuai prosedur, dan berguna bagi sesama. Lupa bahwa kita ini manusia biasa yang mudah terkena hasutan, bahkan itu bersemayam di dalam hati kita. 

Bukankah Syeitan sudah berjanji akan menggoda manusia sepanjang hayatnya? Bujukan merasa diri sudah sempurna, bahwa yang dilakukan pasti lebih baik dari yang lain, dan orang lain belum melakukan apa-apa. Jika ini menghinggapi kita, sudah jelas kita telah menyombongkan diri. Padahal Allah melihat kita. Apa saja yang kita lakukan tidak luput dari pengetahuan-Nya. Inilah hasutan syeitan yang sering tidak kita sadari.

Seorang teman selalu berusaha melakukan tugas dan tanggung jawabnya dengan sebaik-baik yang bisa dia lakukan. Ia ingin pekerjaannya tidak sia-sia. Karena itu selama bertahun-tahun ia selalu melakukannya, tentu dengan peserta didik yang sudah berbeda-beda dari tahun ke tahun. 

Selain dari melaksanakan amanah Kurikulum secara tuntas, ia berusaha agar peserta didiknya tidak hanya menguasai ilmu yang diajarkannya, melainkan harapannya mereka bisa mengaplikasinya dalam kehidupan mereka kelak. Rekan ini sudah benar, ia tidak hanya mengajar, tetapi ia juga mendidik. Dan ini sangat disadarinya. Oleh karenanya pendapat, kritik, hingga cemooh, tidak dipedulikannya.

Ia terus membawa keliling anak-anak asuhannya ini untuk berpentas di mana-mana. Di sekolah-sekolah yang bisa dan bersedia menerimanya. Beragam pendapat dan penerimaan dari kalangan sekolah. Ada yang menerima dengan terbuka, menerima dengan setengah hati, tetapi ada pula yang terus terang menolak. 

Sekolah yang menerima karena merasakan manfaatnya, tidak saja berarti memberikan bekal life skill dan penyelenggaraan pembelajaran yang lebih berbobot. Lebih dari itu kedatangan Tim Pagelaran Drama ini memberikan dampak positif bagi peserta didik berkaitan dengan penanaman pendidikan karakter. 

 Sekolah yang menolak, kemungkinan merasakan ini sebagai gangguan. Minimal mengganggu proses belajar-mengajar yang sedang berlangsung. Bisa jadi target pencapaian Kurikulum menjadi  molor, atau malah tidak mencapai KKM. Ini jelas kurang paham, bahwa sekolah bukan hanya memberikan bekal pengetahuan melalui penjabaran materi pada penyelenggaraan PBM, tetapi juga harus membekali rohani dengan pendidikan karakter, sehingga menghasilkan generasi yang unggul jasmani maupun rohani. Istilahnya mencetak anak didik yang utuh, cerdas, berpancasila, ulet, tangguh dan unggul dalam prestasi.

Teman ini ikhlas menerima berbagai anggapan, dan perlakuan dari lingkungan kerjanya sendiri maupun dari sekolah-sekolah tadi. Ia benar-benar membaktikan dirinya, total melaksanakan tugas dan kewajibannya. Ia terus bekerja, tak mempedulikan sepinya apresiasi terhadap upayanya memberikan bekal lebih pada mahasiswa. 

Memang tidak mudah mengajak orang lain bisa mengerti kita. Apalagi jika untuk itu harus mengorbankan waktu, kepentingan atau kesibukan lain, banyaklah alasannya. Begitu pun, ikhlas dalam sunyi, itu juga tidak mudah. Kita perlu berbesar hati, lapang dada,  , bahkan kadang-kadang akhirnya terpaksa cuek. Penting, kerja, kerja, kerja. Didiamkan, pura-pura tidak tahu, tidak peduli itu perilaku yang membuat tidak nyaman. Keikhlasan benar-benar menemui ujiannya. Dan teman satu ini, sejawat saya, telah menunjukkannya sebagai pribadi jempol.

Ia terus menunjukkan ketenangan di dalam situasi apapun. Kepribadiannya tangguh. Keukeuh pada keyakinanya. Saya lihat, ini sangat erat dengan kesehariannya, yang banyak mengurusi akherat dibandingkan dengan kepentingan dunia. 

Sebagai pribadi saleh, ia hanya mengurusi urusannya, dalam arti dia tidak ingin mengusik dan terusik oleh orang lain. Namun, ia selalu siap sedia menolong siapa pun yang memintanya ikut terlibat dalam urusannya. Nasihat, atau pandangannya selalu dikemas dalam bahasa cerita. Maksudnya mungkin agar tidak menggurui.  Dan anehnya jika dimintai tolong pun, ia akan melakukannya setotal ia bekerja untuk kepentingan tugasnya sendiri. Istilah kerennya, ia benar-benar konsisten, dan komit terhadap apa yang sudah diputuskannya. Tidak mudah, bukan?

Saya sendiri sedang belajar ke arah sana. Sangat sulit memang melakukan pekerjaan yang tidak mendapatkan apresiasi atau pengakuan. Tetapi sebagaimana artikel yang saya baca, bukankah Allah Maha Mengetahui, Allah Maha Mengerti Isi Hati.

Biarlah Allah saja yang mengapresiasi pekerjaan saya, dan memberikan hidayah sebagai penghargaan-Nya. Sebagai bukti keikhlasan, saya akan tetap komunikatif dan kontributif terhadap kesibukan di lingkungan kerja. Daripada berlelah-lelah menanti komentar orang, lebih baik menyibukkan diri dengan karya-karya lain yang bermanfaat untuk sesama. 

Demikianlah Sahabat, keikhlasan menemukan bentuknya. Dan akan berbuah pahala. 

Selamat berkarya luhur hari ini. Semoga Allah terus merahmati. Salam Literasi, Wassalamu'alaikum.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun