Mohon tunggu...
Ruslan H
Ruslan H Mohon Tunggu... -

Technology Enthusiast, sms : 0881-136-5932

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Kita Tidak Perlu Memproduksi Mobil Listrik

28 Oktober 2015   17:16 Diperbarui: 28 Oktober 2015   17:16 518
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Selo"][/caption]

 

Mobil Selo Dilirik

Kabar tentang mobil listrik Selo yang diminati Malaysia menjadi berita hangat awal September yang lalu. Ricky Elson yang dipercaya Dahlan Iskan untuk  mengembangkan prototype mobil Selo ini mengungkapkan hal ini di medsos. Investor perorangan asal Malaysia menunjukkan minat untuk mengakuisisi proyek mobil listrik selo ini, untuk selanjutnya dikembangkan di sana. Selanjutnya medsos ramai membahas kemungkinan akuisisi ini. Berbagai hujatan diarahkan ke pemerintah karena tidak mau menjadikan mobil ini sebagai mobnas. Pemerintah dikatakan tidak menghargai karya anak bangsa. Rasa tidak suka ke Malaysia menambah panasnya hujatan ini. Memang selama ini masyarakat merasa kalah dengan Malaysia dalam hal industri mobil.  Ketekunan Malaysia dalam membangun industri mobil nasional dengan partner Mitsubishi sekarang telah membuahkan hasil mobil Proton.

Industri mobnas Indonesia dengan partner KIA dari Korea kandas di tengah jalan disapu badai krisis Asia tahun 1997. Kompetitor Jepang mengadukan industri mobil Timor uni ke WTO dan membunuhnya selamanya. Situasi persaingan ini yang menyebabkan keinginan menggelora dari masyarakat untuk memiliki industri mobil yang nantinya bisa dibanggakan. Tawaran mobil buatana anak bangsa akan selalu mendapat sambutan antusias dan langsung mendaulat buatannya langsung diproduksi menjadi mobil nasional. Karen itu ketika Dahlan Iskan membawa Ricky Elson dari Jepang untuk membuat prototype mobil listrik Selo, masyarakat banyak yang meminta Selo dijadikan mobnas. Ibarat orang kehausan di padang pasir di iming imingi sebotol air. Tidak mengherankan ketika selo diminati investor asing dan akan dikembangkan di Malaysia maka banyak yang protes menghujat pemerintah.

 

Membuat mobil

Membuat mobil itu memerlukan waktu yang cukup lama. Dari konsep awal melalui tahapan disain sampai fase siap produksi masal memerlukan waktu 4-5 tahun. Kaidah teknis pembuatan mobil harus diterapkan dengan benar. Mobil harus dilihat secara keseluruhan sebagai unit utuh. Komponen komponen penyusun mobil tersebut dihitung dan didisain melalui suatu proses engineering. Tidak bisa dilihat satu komponen saja, seperti tampilan luar yang bagus. Mobil harus bisa dikendarai dengan aman. Perlengkapan seperti rem harus bekerja dengan baik. Rangka dan body harus bisa menahan benturan yang mencelakakan. Tidak ada gunanya mobil tampilan bagus tapi cuma bisa dikendarai sejauh 30 km.

Apa yang dilakukan Ricky Elson dan Dahlan Iskan ini adalah riset independen, lepas dari lembaga pemerintahan.  Untuk bisa menilai mobil ini layak produksi masal harus melalui due diligence. Tidak bisa sekedar dipamerkan bentuk nya dan dikendarai beberapa km. Seluruh elemen penyusun mobil harus dihitung dengan teliti. Ini adalah benda seberat dua ton bergerak di jalan umum. Bisa mencapai kecepatan 100 km per jam. Tidak boleh tanpa perhitungan. Nanti bisa membahayakan keselamatan umum.

Memiliki industri mobil memang bisa memberikan lapangan kerja bagi Indonesia. Syaratnya mobil harus laku dijual. Jika tidak laku maka industri akan gulung tikar dan menenggelamkan investasi yang telah ditanamkan.

 

Bisa bangkrut

Membuat mobil tidak selamanya menguntungkan. Bisa bangkrut. Mobil adalah produk yang banyak saingan. Kalau tidak ada keunggulan produk maka tidak akan laku dijual. Pelaku bisnis akan sangat hati hati memasuki area ini.  Mereka tidak mau uangnya lenyap sia sia.

Ketika periset memamerkan prototype mobil hasil karyanya, pebisnis tidak akan langsung menelan mentah mentah ide untuk memproduksi mobil tersebut. Sikap dkeptis diperlukan dalam setiap keputusan bisnis. Apakah yang dipamerkan periset tersebut benar menguntungkan atau membangkrutkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun