Ssshh... Ssssshhh..
BYAARRR!!
Di malam yang gelap dan dingin, debur suara ombak terdengar sangat keras. Gulungannya yang tinggi seakan siap melahap apa saja di pantai. Kawanan kepiting di pinggir pantai pun merasa terganggu.
"Aduh besar sekali suara ombak ini. Aku nggak bisa tidur," gerutu kepiting kuning.
"Huh! Pekerjaanku berantakan nih akibat ombak kencang," kepiting jingga mulai marah.
"Huhuhu.. makan malamku jadi hilang semua. Aku lapaaarr.. huaaa," kepiting biru mulai menangis.
Semua kepiting kesal dengan ombak. Mereka kemudian berpikir. Apa yang bisa dilakukan untuk melawan ombak?
"Gimana kalau besok pagi kita hadang ombak di pantai? Jumlah kita kan banyak sekali. Ada seribu ekor. Pasti ombak bakal takut dan  nggak bakal ganggu kita lagi," kepiting merah yang sedari tadi diam tiba-tiba memberi usulan.
Para kepiting pun mengangguk setuju.
Esok paginya, Â para kepiting berbaris dan siap melawan ombak. Capit tajamnya diacungkan ke udara.
Kemudian  muncul udang dari dalam pasir. Ia heran melihat kepiting berkumpul.
"Lho kalian sedang apa di sini? Ombak besar bisa datang kapan saja lho!" udang memperingatkan.
"Kami mau melawan ombak! Dia sudah membuat kekacauan," jawab kepiting merah.
"Apa? Melawan ombak?" udang terpekik kaget.
Sesaat kemudian, muncul  buih putih di kejauhan.
"Awaaass! Ombak besar datang!" Udang berteriak sambil berlari menjauh dari pantai.
"Hahaha. Inilah yang kami tunggu!" tawa para kepiting congkak.Â
Tiba-tiba...
BYAARRR!!!Â
Ombak besar menghantam pantai. Menyapu semua yang ada di sana, termasuk kawanan kepiting. Tubuh kepiting bergelimpangan.Â
Banyak dari mereka yang mati karena terhantam ke karang. Ada yang ikut terbawa ombak ke laut. Ada pula yang selamat, Â namun mengalami luka sangat parah.Â
Tak ada satu pun kepiting yang berhasil melawan ombak.
 ***
Cerita fabel dalam tulisan merupakan naskah cerita saya yang disadur dari dongeng Filipina dan telah diterbitkan dalam buku antologi bertajuk "Amazing Fairy Tales: Bukan Dongeng Biasa" (Leguty Media, 2020).Â
Cerita fabel "Kawanan Kepiting Melawan Ombak" ini saya tuliskan kembali pada awal tahun 2021 untuk Kompasiana dengan beberapa perubahan pada pilihan kata.Â
Hanifa Paramitha