Mohon tunggu...
Hanifa Paramitha Siswanti
Hanifa Paramitha Siswanti Mohon Tunggu... Penulis - STORYTELLER

Penikmat kopi pekat ----- MC, TV Host, VO Talent ----- Instagram: @hpsiswanti ----- Podcast Celoteh Ambu

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Nestapa Bagimu, Karunia Untukku

29 Agustus 2020   12:00 Diperbarui: 29 Agustus 2020   12:01 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

2012

Bapak sakit. Sebagai bungsu dan paling dekat dengannya,  keadaan ini jadi dilema. Tempatku bekerja akan mengangkatku menjadi wartawan tetap. Namun syaratnya adalah bersedia ditempatkan di Jakarta.

Di satu sisi, aku senang dengan tawaran itu. Aku akan memiliki pendapatan besar dengan fasilitas yang memadai. Di sisi lain, Bapak sakit. Aku tak tega meninggalkannya berdua dengan Ibu di Bandung. Kedua kakakku bekerja di luar pulau. Hanya akulah satu-satunya anak yang bisa leluasa merawat Bapak.

Dengan pertimbangan  itu, kuputuskan keluar dari pekerjaan dan mencari tempat baru. Syukurlah saat itu sebuah koran lokal membuka lowongan. Aku berhasil lolos. Meskipun sudah berpengalaman, statusku di tempat baru ini adalah wartawan percobaan selama enam bulan ke depan.

Sebenarnya aku sangat menggemari liputan di bidang olahraga. Namun sebagai wartawan percobaan, aku harus menerima dapat giliran liputan di bidang lain, termasuk musik dan hiburan. Aku kurang suka ingar bingar, sehingga dua bidang ini tak membuatku nyaman.

Namun kehadiran perempuan lincah dan supel itu membuat berbeda. Aku baru tahu kalau Kika sudah lulus kuliah. Kini ia jadi wartawan muda di media remaja yang  masih satu grup dengan mediaku. Berbagai acara hiburan lain jadi rajin kusambangi. Siapa tahu bisa kebetulan bareng Kika.


Semakin lama, aku merasa tertarik padanya. Aku suka sikapnya yang luwes, aktif, penuh rasa ingin tahu, dan berani. Bahkan ia juga mandiri. Sebagai wartawan baru, liputan sejauh apapun dijajal sendirian hanya bermodalkan angkot, ojek, dan peta digital. Aku jadi heran, lantas pacarnya punya peran apa?

Suatu hari, ia mengabarkanku mengenai perhelatan pameran mode.

Aku pun mengiyakan. Selain meliput, aku juga ingin bertemu Kika. Entah kenapa, ada dorongan dalam hati untuk tahu lebih banyak tentangnya. Aku tak tahu apa nama perasaan ini. Suka? Naksir? Cinta? Ah, kejauhan!

"Ingat, Abdul, dia udah punya pacar," ujarku pada diri sendiri.

Aku berangkat ke lokasi. Meliput bersiap menunggu fashion show di panggung utama.. Tetiba saja ada sosok yang kukenal. Kika! Tampil dalam balutan busana yang tak pernah kulihat selama ini. Kika jadi model! Segera kuarahkan kamera ke arah manapun ia melangkah. Aku nggak habis pikir. Perempuan yang sehari-hari berpenampilan cuek dan bertarung dengan debu jalanan, kini hadir dengan penampakan berbeda. Rupanya multi talenta juga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun