Mohon tunggu...
Agustina Mega
Agustina Mega Mohon Tunggu... Lainnya - Available

Hi! I'm currently living in Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Culture Jamming dalam Upaya Memberi Kritik dan Peringatan terhadap Konsumsi Minuman Alkohol

30 Maret 2021   19:51 Diperbarui: 30 Maret 2021   19:55 608
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Minuman beralkohol hampir sama seperti air mata di Gurun Sahara. Versi berbahaya dari kerja psikolog. Ada banyak jenis minuman beralkohol yang biasanya dikonsumsi, beberapa diantaranya adalah Gin, dengan kandungan alkohol sekitar 35-55%, Tequilla dan Brandy dengan rata-rata kandungan lakohol sebesar 40%, Wiski dengan 40-50% kandungan alkohol, Rum sebesar 40-75,5%, Vodka dengan rata-rata sebesar 40%, dan Absinth sebesar 90% kandungan alkohol.

Minuman alkohol menglobal dengan berbagai daya tarik yang diberikan. Selain memberikan kesenangan, beberapa bahkan bisa dijumpai produksi minuman alkohol merupakan sebuah budaya daerah. Beberapa minuman alkohol lokal seperti Arak Bali dan Ciu Bekonang.

Era dewasa ini, konsumsi minuman beralkohol dapat digolongkan sebagai budaya populer. Hal itu dapat kita buktikan dari betapa banyaknya bar atau seller minuman alkohol yang sudah menjamur, hingga ke berbagai platform shopping daring. Banyak kita temui, mereka yang mengkonsumsi alkohol masih tergolong anak di bawah umur. Hal seperti itu tidak bisa dihindari dengan mudah, sebab sebagai salah satu budaya populer, akses kepada minuman alkohol bisa dikatakan sangat mudah.

Sayangnya, walaupun tergolong sebagai budaya populer, konsumsi minuman alkohol banyak bertentangan dengan aspek hukum dan moral karena mempertaruhkan martabat manusia. Kehidupan dalam modernisme penuh gemerlap dan kenikmatan terkadang membuat kita melupakan kemungkinan-kemungkinan manusia menjadi irasional dan mengalami disorientasi.

Oleh karena itu, kemudian postmodernisme muncul ditengah hingar-bingar gairah menjelejahi segala kenikmatan dunia. Postmodernisme hadir sebagai anti tesis dari modernisme yang mengalami kemunduran. Namun, untuk memahami lebih lanjut, mari kita pahami dulu mengenai konsep dari postmodernisme.

Postmodernisme adalah suatu ide baru yang menolak atau pun yang termasuk dari pengembangan suatu ide yang telah ada tentang teori pemikiran masa sebelumnya, yaitu paham modernisme yang dianggap telah gagal dan bertanggung jawab terhadap kehancuran martabat manusia (Setiawan dan Sudrajat, 2018).

Postmodernisme memiliki pemikiran turunan yaitu culture jamming. Culture jamming merupakan bentuk gerakan atau aksi perlawanan yang diberikan kepada iklan mainstream atau gerakan yang ingin mengkomunikasikan sikap melawan konsumerisme dan anti-korporat.

Culture jamming seperti ingin melakukan perlawanan atau pertentangan terhadap suatu bentuk-bentuk komunikasi iklan dengan suatu karya seni ekstrim yang sifatnya 'menghancurkan' atau 'membelokkan' pesan dari iklan tersebut (Putri, 2011).

Culture Jamming terhadap Produk 'Absolut Vodka'

Kembali kepada minuman beralkohol sebagai salah satu budaya populer, saya mengambil salah satu produk minuman alkohol yang populer, yaitu Absolut Vodka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun