Mohon tunggu...
hotma nauli
hotma nauli Mohon Tunggu... -

seorang dokter biasa yang bermimpi bisa berbuat yang lebih dr biasa..

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Undangan eselon

17 November 2010   12:20 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:32 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Paling menyebalkan kalau harus menghadiri acara undangan yang membedakan tempat dan hidangan bagi para undangannya berdasarkan "kasta".Bisa dibayangkan perasaan anda ketika sipenerima tamu menanyakan kepada anda"Mana undangannya bu? "Emangnya saya kurang kerjaan datang ke undangan yang saya tidak diundang?saya selalu jawab seperti itu.Dan memang saya punya kebiasaan buruk selalu lupa meletakkan dimana undangan yang telah saya terima jadi tentu saja saya jarang bawa undangan ke acara .

Bahkan yang lebih parah lagi saya pernah ditanya sama penerima tamu "Maaf bu, ibu dinas dimana dan eselon berapa?"..Oh Tuhan..saya langsung jawab "Emang kenapa bu? Ibu Baperjakat ya?Mau naikin eselon saya krn menghadiri undangan ini? waduh..terimakasih ya bu,tapi saya pikir ndak usah dulu deh..saya masih merasa cukup kok sekarang ini..mending teman saya aja deh bu,kasian dia lagi non job..saya telepon dia dulu ya bu?..Dia terpana mendengar jawaban dan sekaligus pertanyaan panjangku..he he.."Oh bukan bu,maksudnya biar saya tau menunjukkan tempat untuk eselonnya ibu".Oh,gitu..emang kalau eselon I duduknya dimana?tanya saya lagi.Dia kemudian menunjukkan tempat di depan dengan meja yang bulat yang indah dengan hiasan bunga dan aneka makanan serta buah diatas meja itu. "Kalau eselon II? Tangannya mengarah ke tempat agak sedikit dibelakang tempat tadi namun hidangan dimejanya agak sedikit berbeda. Nah,kalau eselon III? Sang penerima tamu menunjuk ke tempat agak dipinggir dengan meja tetap ada hiasannya namun hanya ada buah disana tanpa makanan kecil." Eselon IV pasti disana",ucapku sambil menunjuk tempat dibelakang tetap dengan meja bulat tapi hanya ada bunga dan air mineral kemasan gelas diatasnya tanpa buah dan makanan kecil."Jadi kalau tidak ada eselon diletakin dimana bu?tanya saya. Oh,kalau non eselon duduknya disana bu"katanya sambil tangannya menunjuk barisan kursi tanpa meja. "Oh,saya kesana aja yang non eselon karena saya udah punya meja kok di kantor dan dirumah" ucapku sambil melangkah. Dan begitu tuan rumah melihat aku duduk ditempat "kasta" terendah,buru-buru siibu yang kebetulan staf saya dikantor menjumpai saya. ."Aduh ibu,kok duduk disini? Ayo duduk didepan aja"ajaknya.  Oh,ndak usah bu..disini aja takut duduk disana ntar diperiksa KPK" jawabku.Loh,kenapa bu?tanya ibu itu lagi. "La iya, kan yang duduk disana  para pejabat nah sekarang para pejabat banyak yang diperiksa KPK."jawabku sambil tersenyum manis..

Dilain waktu aku juga pernah menghadiri undangan anak pejabat daerah tetangga yang ketika aku memasuki gedung dan bermaksud kesebelah kiri untuk mengambil hidangan tiba-tiba seorang gadis manis menyapaku "Maaf bu,hidangan ini untuk ibu bupati nanti " . Saya jengkel setengah mati dan sejurus memandang dia tajam sambil berkata " Loh, kamu belum tau ya..kalau saya ini istri bupati", sambil saya terus melangkah dan mengambil hidangan.Ha ..ha..aku liat wajahnya bingung..dalam hati aku berpikir mana mungkin istri bupati  bisa menghabiskan nasi segentong besar beserta lauk pauknya yang cukup untuk makan 50 orang.

Dan selain masalah tempat dan hidangan kita juga dibedakan tempat parkir.Tempat parkir para pejabat berbeda dengan "orang biasa" dan yang lebih menyebalkan lagi undangan harus diletakkan diatas kendaraan kita baru boleh memasuki area parkir lokasi undangan. Saya tidak tau apakah hal seperti ini terjadi juga ditempat lain di dunia ini dan apakah hanya saya yang merasa terganggu dengan hal ini. Sehingga kalau tidak karena menghargai undangan saya merasa malas untuk menghadiri undangan para pejabat. Lebih baik saya menghadiri undangan dari orang "biasa" aja seperti saya yang sangat biasa ini. Mungkin perlu dipikirkan kembali oleh yang berencana membuat acara untuk kembali menghayati esensi dari suatu undangan yang tentu saja berharap dihadiri untuk bersama-sama merasakan kebahagiaan bukan untuk diinterogasi dan dibeda-bedakan perlakuannya.


Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun