Masih ada kaidah lain yang lebih lengkap, tetapi sekiranya tidak semua perlu digunakan dalam satu tulisan.Â
Memperbaiki sesuai kaidah bukan tugas editor saja
Kita pasti tahu, orang yang pekerjaannya membenarkan tulisan salah satunya adalah editor. Ia bertugas mempersiapkan naskah sampai siap terbit. Semua dikoreksi sesuai kaidah.
Butuh waktu dan itu tidak sebentar, tergantung berapa lembar naskah yang dikerjakan. Sementara kita, para penulis daring, paling hanya tiga sampai lima lembar.
Tentu, tidak seberat tugas editor dalam menyeleksi. Pernahkah kita memberi perhatian lebih untuk sengaja memeriksa kembali tulisan agar benar sesuai kaidah? Meskipun kita tidak sedang membuat buku.
Kendati muatan tulisan sangat baik dan berguna, pernahkah kita berupaya untuk memberikan contoh tulisan yang diusahakan benar? Sampai di sini, saya jadi ragu bahwa hanya seruan "terus menulis" yang patut digemakan.
Ada potensi orang meniru tulisan kita
Setelah pembaca membaca tulisan kita, apalagi nama kita sudah tenar lantas punya pengikut banyak sehingga semakin banyak pula pembacanya, ada potensi sebagian pembaca dalam menulis meniru tulisan kita.
Pernahkah kita berpikir, bagaimana kalau mereka meniru tulisan yang salah? Maksud saya, yang tidak sesuai kaidah? Bukankah kita mengajarkan yang tidak benar?
Syukur-syukur kalau mereka selektif dan belajar soal kaidah. Saya pribadi bukan orang yang paling tahu tentang kaidah. Saya juga bukan guru Bahasa Indonesia. Tetapi, saya merasa penulis wajib terbeban untuk menyajikan tulisan sesuai kaidah.
Tanggung jawab penulis menyosialisasikan bahasa tulis yang benar