Bagaimana menjelaskan kelihaian bapak dalam menipu anak. Bagaimana dalam ketulusan dan kepolosan anak, ia diperdaya sampai diperkosa.
Tempat-tempat mana saja yang ingin digambarkan. Situasi dan kondisi yang ingin dibangun seperti apa. Bagaimana gejolak emosi yang ingin dirasakan bersama, baik penulis maupun pembaca.
Merupakan rambu-rambu agar tidak terlalu jauh keluar
Terkadang -- kalau saya sering -- oleh karena terlalu asyik berimajinasi dan seketika menulis begitu lancar, beberapa kisah sampingan dan tambahan bisa dibahas begitu dalam, sampai-sampai kisah utama terlewatkan. Yang penting malah sangat singkat.
Ini terbilang kebiasaan yang perlu dikendalikan dalam menulis cerpen. Jangan sampai saya keluar koridor dari konsep. Tokoh utama dibahas lebih sedikit dari yang tambahan. Konsep berguna untuk mengingatkan saya kembali fokus.
Prediksi seberapa panjang cerpen
Sudah pernah saya bahas sebelumnya, bahwa cerpen terdiri dari tiga jenis: mini (750 s.d. 1.000 kata), ideal (3.000 s.d. 4.000 kata), dan panjang (4.000 s.d. 10.000 kata).
Dengan mengetahui konsep dan menilai seberapa menarik cerita, seberapa baru ide, seberapa luas imajinasi yang hendak dikembangkan, saya terbantu untuk memprediksi seberapa sanggup kata-kata tertulis.
Bagian-bagian mana yang perlu dijelaskan singkat, mana yang lebih lengkap. Mana yang sekilas saja, mana yang ditekankan mendalam. Jumlah kata tentu jadi pertimbangan agar tulisan layak disebut cerpen.
Tahu kapan akan selesai menulis
Bagian ini penting. Saya harus tahu kapan selesai menulis. Jangan karena terlalu asyik, menulis dan terus menulis, kita tidak punya rem untuk menyelesaikan cerita.