Mohon tunggu...
Y. Edward Horas S.
Y. Edward Horas S. Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Cerpen Sastra Grup (cerpensastragrup.com)

Nomine Terbaik Fiksi (Penghargaan Kompasiana 2021). Peraih Artikel Terfavorit (Kompetisi Aparatur Menulis 2020). Pernah menulis opini di KompasTV. Kontributor tulisan dalam buku Pelangi Budaya dan Insan Nusantara. Pendiri Sayembara Menulis Cerpen IG (@cerpen_sastra), Pendiri Perkumpulan Pencinta Cerpen di Kompasiana (@pulpenkompasiana), Pendiri Komunitas Kompasianer Jakarta (@kopaja71), Pendiri Lomba Membaca Cerpen di IG (@lombabacacerpen), Pendiri Cerita Indonesia di Kompasiana (@indosiana_), Pendiri Tip Menulis Cerpen (@tipmenuliscerpen), Pendiri Pemuja Kebijaksanaan (@petikanbijak), dan Pendiri Tempat Candaan Remeh-temeh (@kelakarbapak). Enam buku antologi cerpennya: Rahimku Masih Kosong (terbaru) (Guepedia, 2021), Juang (YPTD, 2020), Kucing Kakak (Guepedia, 2021), Tiga Rahasia pada Suatu Malam Menjelang Pernikahan (Guepedia, 2021), Dua Jempol Kaki di Bawah Gorden (Guepedia, 2021), dan Pelajaran Malam Pertama (Guepedia, 2021). Satu buku antologi puisi: Coretan Sajak Si Pengarang pada Suatu Masa (Guepedia, 2021). Dua buku tip: Praktik Mudah Menulis Cerpen (Guepedia, 2021) dan Praktik Mudah Menulis Cerpen (Bagian 2) (Guepedia, 2021).

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Kebiasaan Sering Memberi Tip Sebaiknya Dipikir Ulang

26 Juli 2021   16:13 Diperbarui: 29 Juli 2021   21:52 2710
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi memberi tip, sumber: Visualphotos

Pada sisi lain, pernahkah kita temukan di lapangan, seseorang sedang bekerja dengan tulisan "Dilarang memberi tip" di bagian belakang seragam kerjanya? Saya pernah.

Atas hal itu, saya simpulkan perusahaan sudah tahu potensi penerimaan tip di lapangan dan saya begitu yakin mereka membentuk mental pegawai untuk tidak menerima tip. 

Sayang, integritas menolak dihadapkan pada keinginan manusia memiliki uang. Siapa yang tidak suka uang, apalagi ada yang rela memberi? Uang panas pun sebagian sangat suka.

Tip sependektahuan saya, tidak diharuskan. Itu berdasarkan kerelaan pemberi. Jumlah pun terserah, bisa 10.000 Rupiah, 20.000 Rupiah, atau bahkan 50.000 Rupiah.

Membuat standar kepuasan lain

Seharusnya, kepuasan normal seorang pekerja hanya terjadi ketika ia telah menyelesaikan tugas sebaik-baiknya dan mendapat upah pantas karena itu. Tentu, hanya dari pihak pemberi kerja.

Jika kita memberi tip, sedikit banyak membuat standar lain. Kebiasaan yang terus berulang berpotensi menyenangkan si pekerja. Ia jadi berpikir dan merasa ada sumber pendapatan lain selain upah.

Karena sudah terbiasa, jika tidak menerima, boleh jadi mengurangi sukacitanya bekerja. Padahal, ia sudah menyelesaikan sebaik-baiknya pekerjaan, yang itu merupakan kepuasan normal yang seharusnya terjadi. 

Seyogianya, tidak ada yang hilang dari tidak diterimanya tip itu.

Pelayanan bisa berbeda

Dari sisi pelanggan, perlakuan pekerja dalam melayani bisa berbeda. Pelanggan yang sering memberi tip mendapat pelayanan optimal, seperti didahulukan, beroleh senyuman, pekerja sangat ramah, mengucapkan terima kasih, dan seterusnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun