Kita pun pada hakikatnya beroleh otak secara gratis, tidak membayar bukan kepada Pencipta?
Saat sekarang, simpati dan empati dikedepankan. Berhati-hati dan bijak dalam mengeluarkan perkataan atau mengunggah sesuatu di media sosial, yang dilihat banyak orang. Sama-sama sedang susah, sama-sama seyogianya saling satu rasa bahkan menguatkan.
Hal yang mendukung dan juga utama
Keduanya boleh berfungsi optimal, jika kesehatan tubuh terjaga. Baik jasmani maupun rohani, keduanya sebaiknya seimbang. Bergaya hidup aktif dan makan sehat. Rutin beribadah dan melaksanakan perintah agama pada kehidupan sehari-hari.
Saat ini saya mengenang kembali semua itu, kendati tidak besuk di rumah sakit. Ketika mengamati orang-orang menyelesaikan perjuangan melawan Covid-19, terutama disebabkan oleh penyakit bawaan, seperti diabetes, sakit jantung, dan seterusnya, saya jadi tersentak.Â
Apakah kita selama ini tidak menggunakan pikiran sebaik-baiknya untuk mengatur pola makan? Atau, apakah kita tidak tahu, ajaran empat sehat lima sempurna itu?Â
Atau, kita memang tidak kuasa menahan godaan makanan-makanan enak di sekitar yang belum tentu sehat? Boleh jadi, Covid-19 hadir untuk menyadarkan itu.
Baru saja belanja
Hari ini saya keluar uang untuk belanja. Sekadar barang sederhana, tetapi sesuai anjuran yang seharusnya. Ada susu dan buah Mangga. Susunya susu beruang, yang sempat viral kemarin.
Saya beli satu dus untuk persediaan selama sebulan. Sehari cukup satu. Jika di toko secara eceran dijual 14.000, dengan membeli sedus, saya mendapatkan seharga 11 ribuan.
Terkait mangga, jenis Arum Manis saya peroleh di pasar. Harganya 25.000 sekilo. Saya mendapatkan tiga kilo, tepatnya tujuh buah. Persediaan sekitar 4-5 hari.