Dari sekian banyak nasihat yang terus membangun dan menguatkan kami, ada tiga inti yang bisa saya ceritakan:
Tetaplah berdoa
Ada pengharapan dalam setiap doa. Ada pujian dan ucapan syukur kepada Tuhan atas berkat yang selalu ada. Kita masih hidup. Boleh bernapas tanpa tabung oksigen.Â
Bisa bertemu keluarga inti. Masih terselamatkan dari Covid-19. Terkena pun, masih ada yang merawat. Bersyukur mampu menambah kebahagiaan. Meningkatkan imun.
Pikirkan bahwa semua ini dialami bersama
Penderitaan karena Covid-19 tidak dialami sendiri. Mama pun sering membagi berita-berita yang disaksikannya di televisi. Semua kesusahan karena Covid-19. Tidak ada yang lebih susah satu sama lain.
Ini mengingatkan agar kita tidak terlalu terpuruk dengan penderitaan. Apa yang kita alami juga dialami orang. Berhenti menyalahkan diri dan mulailah menerima keadaan.
Bertahan dan tetap semangat
Yang terakhir, bak motivator, seperti telah saya ulas tadi, Mama rutin menyemangati kami. Begitu pun sebaliknya lewat percakapan balasan dari kami. Ya, kami, para anggota keluarga, saling menyemangati. Memberi perhatian tiada henti.
Sederhana, bukan? Terasa klasik, bukan? Tetapi, itulah yang mampu meredakan kecemasan. Kami yakin, doa orangtua sangat manjur. Itu dilantunkan begitu jujur dan sangat dalam dari hati.
Saya percaya, hati Tuhan pasti tersentuh. Sekiranya kami terpisah, kami tetap ada dalam perlindungan Tuhan. Semua karena doa-doa Mama.