Ada pula yang menuliskan logika derita pelaku pelecehan. Bagaimana si pelaku kesulitan mengendalikan hawa nafsunya? Bagaimana si pelaku menderita kelainan seksual? Bagaimana cara agar pelaku boleh sadar dan tidak mengulanginya?
Kendati kita begitu benci atas perbuatan pelaku, ingin sekali mengutuknya, bila perlu menghajarnya saat bertemu muka, dan bahkan sekadar membaca pengakuannya terasa tidak layak, tidak ada salahnya kita nikmati tulisannya.
Boleh jadi malah kita ketemu dan terpikirkan solusi, untuk menolong pelaku kembali ke jalan yang benar. Satu nyawa terselamatkan dari emosi dan kita jadi berpikir luas lewat berbagai sudut pandang.
Ulangi bagian-bagian penting
Perhatikanlah! Ada sebagian penulis yang suka menebalkan tulisan dan membuatnya miring (terlihat aneh dari yang lain) dengan maksud menyampaikan bahwa itu lebih penting. Bisa jadi pesan utama.
Ulangi baca hal-hal seperti itu. Dapat di awal, bagian tengah, atau akhir tulisan (tepatnya di kesimpulan dan saran). Kita dapat mudah menangkap intisari tulisan.
Biasanya, itu dituliskan terbaik dengan racikan pilihan kata yang tepat oleh penulisnya. Ada pesan kuat terkandung di dalamnya. Boleh jadi, dengan membaca itu selintas, kita telah tahu seluruh isi tulisan.
Amati rujukannya
Agar lebih sempurna menikmati, amati setiap rujukan atau referensi yang ditulis penulis. Secara etika, seharusnya penulis menyertakan sumber jika mengutip dari penulis lain.
Banyak cara, seperti menyisipkan tautan yang jika diklik, tampilan berubah ke sumber tulisan. Atau, menulis daftar pustaka di bagian akhir artikel.
Opini yang disusun tentu berdasarkan rujukan. Dengan mengetahui dan membaca lengkap sumber, kita jadi paham, kemungkinan sebab mengapa penulis mengambil sudut pandang dan menyusun logikanya seperti itu.