"Berapa, Mas, harganya?" tanya saya lagi. "Oh, itu sekitar 80.000 per ekor," jawab si penjual. Saya tawarlah separuhnya. "Bagaimana kalau 40.000, tetapi saya ambil dua?"Â
Saya paham, para penjual ikan terkadang menaruh harga bisa berubah-ubah. Tergantung jenis ikan dan kualitasnya. Leluasa pula kita menawarnya. Karena pembeli adalah raja.
"Baiklah, Mas. Dua ekor, ya," jawab si penjual setelah berpikir lama. Saya hampir saja melakukan taktik pura-pura pergi, lalu balik kembali. Tetapi, penjualnya sigap ternyata.
Lekaslah ia mengambil saringan, memasukkan dua ekor Labi-Labi yang kecil itu, dan menaruhnya dalam plastik putih berisi air dan oksigen. Lalu ia mengikat ujungnya dengan beberapa karet. Selepas bayar, saya bawa pulang. Saya berpikir, pasti Lou Han senang ada temannya.
Benar saja. Setelah saya masukkan Labi-Labi itu ke akuarium bersama Lou Han, mereka bertiga bisa hidup rukun. Tidak ada yang saling serang. Mulut Lou Han sesekali menyenggol cangkang Labi-Labi, seolah ingin kenalan.
Seputar Labi-Labi
Saya baru sadar bahwa itu adalah ikan, bukan kura-kura. Tahu lebih lengkap, setelah mencari informasinya di media peramban. Tepatnya, dari situs Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Labi - Labi merupakan ikan dengan jenis kura-kura berpunggung (cangkang) lunak yang merupakan anggota suku Trionychidae. Kura-kura ini disebut berpunggung lunak karena sebagian perisainya terdiri dari tulang rawan dan tempurung punggungnya (karapas) dilapisi oleh kulit tebal yang licin.
Penyebutan Labi - Labi di tiap-tiap daerah di Indonesia berbeda-beda. Untuk daerah Pasundan, Jawa Barat, disebut dengan Kuya, Minangkabau, Sumatera Barat, disebut Labi, dan untuk daerah Kalimantan disebut dengan Bidawang.Â
Di luar Indonesia, hewan ini dikenal dengan nama Asiatic softshell turtle atau common softshell turtle. Namun secara umum, namanya dikenal dengan Labi - Labi atau Bulus.
Bagaimana dengan makanannya?