media sosial. Ucapan utuhnya seperti ini:
Tulisan ini tercipta setelah saya membaca sebuah artikel di Kompas tentang seorang musisi dan youtuber ternama. Beliau punya banyak pengikut, hampir di berbagai"Gue enggak suka ditanya-tanya. Gue enggak suka dipaksa-paksa kapan bikin video lagi (lalu diunggah ke YouTube)."
Bahkan, beliau mengancam tidak akan mengunggah konten youtube lagi apabila terus dituntut membuat karya baru di youtube. Lebih tegas lagi, beliau bilang:
“Gue udah bilang, gue enggak suka ditagih. Semakin lu nagih gue, enggak akan gue keluarin. Tagih aja terus, enggak bakal gue keluarin.”
Selengkapnya baca di sini. Apa reaksi pertama saya? Wow! Hebat! Saya terpukau. Tidak pernah saya pikir akan keluar tanggapan seperti itu, saat orang-orang (selanjutnya disebut figur) berlomba-lomba mencari pengikut dan melakukan segala upaya agar pengikutnya tetap setia.
Jasa penjual pengikut
Sebagian figur yang punya banyak pengikut, pasti telah dinilai bermanfaat, sehingga orang dengan rela hati menekan tombol follow atau subscribe. Penilaian tiap-tiap pengikut berbeda.
Ada yang suka karena faktor paras (ganteng atau cantik), ada yang kagum dengan kualitas konten figur apa pun bentuknya, ada yang karena memang teman sehingga ingin tahu kabar terkini tentangnya, dan ada-ada lain, termasuk pengikut yang dijual.
Ya, sekarang marak, fenomena jasa jualan pengikut. Di berbagai media sosial, ada. Mereka menawarkan pengikut dalam rentang jumlah tertentu, di mana semakin banyak maka semakin mahal harga yang harus dibayar figur.
Ada kebanggaan tersendiri pastinya punya banyak pengikut. Diri para figur lebih terkenal. Punya nilai jual, semisal diminta untuk promosi iklan suatu barang, dapat mengenakan tarif.
Hubungan figur dengan pengikut